Kisah Inspiratif Guru RI Ciptakan Metode Pembelajaran Inovatif saat Pandemi

ADVERTISEMENT

Kisah Inspiratif Guru RI Ciptakan Metode Pembelajaran Inovatif saat Pandemi

Kristina - detikEdu
Rabu, 27 Apr 2022 13:45 WIB
Li’lli Nur Indah Sari, guru SDI Nurul Hikmah saat berbagi cerita mengajar di acara Fellowship Jurnalisme Pendidikan, Senin (25/4/2022).
Li'lli Nur Indah Sari, guru SDI Nurul Hikmah saat berbagi cerita mengajar di acara Fellowship Jurnalisme Pendidikan, Senin (25/4/2022). Foto: Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan
Jakarta -

Kondisi pandemi COVID-19 menjadi musibah tapi juga tantangan bagi para guru Indonesia. Mereka mau tidak mau harus memutar otak untuk menciptakan metode pembelajaran yang efektif di tengah masa sulit tersebut.

Seperti yang dilakukan oleh Li'lli Nur Indah Sari, guru SDI Nurul Hikmah, Legok, Kabupaten Tangerang, Banten. Wanita yang akrab disapa Lilik ini berinisiatif menerapkan metode pembelajaran berbasis proyek (project based learning) kepada siswa kelas 1 dan 2.

Ide ini berangkat dari keresahannya melihat anak-anak sejauh ini hanya belajar dari buku. Ditambah sistem penilaian akhir atau asesmen dilakukan dengan mengerjakan soal saja. Padahal, kata dia, asesmen itu dilakukan guru untuk membantu proses belajar murid dalam mencapai kompetensi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awalnya saya bingung keresahan itu saya harus memulai dari mana mengubahnya," ucap Lilik dalam acara Fellowship Jurnalisme Pendidikan yang diselenggarakan oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan berkolaborasi dengan PT Paragon Technology and Innovation, Senin (25/4/2022), dan ditulis Rabu (27/4/2022).

"Waktu pandemi akhirnya kan kita dipaksa untuk beradaptasi dengan sistem belajar yang baru, memanfaatkan apa yang ada di rumah yang tentunya kondisi di rumah itu berbeda-beda," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Instruktur Pendidikan Guru Penggerak ini akhirnya merefleksikan isi kompetensi yang ada. Kebetulan kompetensinya menyebut, anak-anak memiliki pengalaman menerapkan aturan yang ada di rumah.

"Kalau sistem asesmennya dengan mengerjakan soal ini masalah, anak-anak tidak bisa memiliki pengalaman langsung menerapkan aturan yang ada di rumah kaya gitu. Maka saya sampaikan ini kepada kepala sekolah saya. Kebetulan kepala sekolah saya itu juga merasakan keresahan yang sama," sambungnya.

Akhirnya, tercetuslah alternatif untuk menggunakan asesmen berbasis proyek. Walaupun ia harus kembali memutar otak untuk mencari cara bagaimana mengajak anak kelas 1 mengerjakan proyek--biasanya proyek diterapkan pada anak jenjang menengah.

Lilik langsung mengambil aktivitas yang sesuai dengan kondisi siswanya dan mengajak mereka berkenalan dengan aturan di rumah masing-masing. Anak didiknya pun antusias kala menceritakan kondisi rumahnya.

"Maka anak-anak melihat kondisi rumahnya yang perlu dibantu untuk dirapikan. Maka proyeknya kita namakan menjadi polisi aturan di rumah," ucapnya.

Apa yang dilakukan Lilik ini tak hanya melatih anak untuk mencapai satu kompetensi untuk memiliki pengalaman dan menerapkannya saja. Tetapi, anak-anak juga menjadi lebih percaya diri dalam menceritakan pengalamannya dan memiliki tanggung jawab.

Tak hanya Lilik, praktik baik ini juga dilakukan oleh Iwan Ardhie Priyana, guru SMP Negeri 1 Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Pria yang sejak SMP punya hobi menulis ini berpikir bagaimana menjadikan rumah sebagai sekolah bagi para siswanya.

Dia pun membuat rancangan pembelajaran yang disebut dengan belajar dalam kehidupan. Dalam hal ini, para siswa bukan lagi belajar materi saja, melainkan melalui pekerjaan sehari-hari yang ada di rumah.

"Saya buat rancangan pembelajaran selama enam hari yang diberikan kepada siswa. Ini saya berikan satu kali pertemuan dan selanjutnya berupa proyek," kata Iwan.

Metode yang diajarkan Iwan ini juga dapat meminimalisir penggunaan kuota internet dalam melakukan pembelajaran daring selama pandemi. "Karena anak-anak belajar menggunakan kuota, saya berpikir bagaimana sehemat mungkin memberikan materi tanpa menyedot kuota yang banyak," ucapnya.

Dia pun menjelaskan materi dalam pertemuan awal kemudian dilanjutkan dengan proyek yang dikerjakan oleh siswa di rumah masing-masing. Proyeknya pun cukup sederhana, mulai dari mencuci pakaian hingga melatih empati.

Setelah mengerjakan proyek di rumah, para siswa diminta untuk bisa menceritakan terkait proyek yang mereka lakukan dengan menulis referensi. Hal ini selaras dengan kompetensi dalam pelajaran bahasa Indonesia yang diampu oleh Iwan.

Metode pembelajaran yang dicetuskannya ini mendapat respons baik dari siswa hingga orang tua. "Orang tuanya senang kerena tidak banyak kuota yang tersedot, tugas banyak, dan mereka terbantu," kata pria yang pernah mengikuti Teachers Program Development di Adelaide Australia ini.

Peluang kondisi yang serba daring ini juga dimanfaatkan oleh Virandy Putra, Guru SMA Negeri 1 Sijuk Belitung, Bangka Belitung dalam membuat pembelajaran yang interaktif dan efektif.

Pria yang dalam kesehariannya mengajar Fisika ini tak menampik bahwa kondisi pandemi memang cukup menyulitkan bagi para guru. Bahkan, tidak terpikirkan sebelumnya untuk mengajar secara daring.

"Di awal mungkin saya pun juga merasakan dulu belum pernah terpikirkan atau terbayang mengajar secara online atau secara daring, istilahnya menggunakan berbagai aplikasi seperti itu. Bahkan, teknologi ini pun kita jadi terpaksa bisa menerapkan teknologi karena pandemi COVID-19," ucap Virandy mengawali kisahnya.

Ia pun mengambil sisi positif dari situasi pandemi dan mencoba untuk beradaptasi dengan teknologi. Virandy pun melakukan asesmen diagnostik dengan menanyakan kepada siswanya terkait keinginan mereka dalam pembelajaran yang akan dilakukan ke depannya.

Termasuk di antaranya kesiapan dalam pembelajaran mulai dari perangkat yang digunakan seperti handphone hingga aplikasi yang sering mereka gunakan.

Dari hasil asesmen awal tersebut, Virandy menemukan bahwasannya banyaknya aplikasi yang harus di-install oleh siswa membuat handphone mereka melambat dan tak jarang memori mereka penuh.

Dia pun menggali lebih dalam dan menemukan satu aplikasi yang sering digunakan oleh siswanya, yaitu Instagram. "Ternyata salah satunya, paling banyak menggunakan Instagram. Dan saya pun juga sering menggunakan Instagram," ucapnya.

Akhirnya, ia pun mencetuskan ide untuk mengajar dengan memanfaatkan media sosial Instagram. Dirancanglah asesmen interaktif menggunakan fitur kuis dan membagikan materi pembelajaran melalui fitur feed serta komunikasi melalui Instagram live.

"Pembelajaran melalui Instagram membuat saya memahami bahwa pembelajaran daring tidak harus dirancang melalui aplikasi pembelajaran yang konvensional, toh dengan aplikasi atau sosial media juga bisa," terangnya.

Ketiga guru inspiratif tersebut tergabung dalam komunitas Cerita Guru Belajar. Ruang ini dirancang untuk memfasilitasi guru dan pemimpin sekolah/madrasah untuk belajar dan membagikan praktik baik pembelajaran dan kepemimpinan merdeka belajar.

Ketua Cerita Guru Belajar, Adelina Anggraini mengatakan, Cerita Guru Belajar merupakan satu dari tiga unit Yayasan Guru Belajar, sebuah organisasi yang fokus pada pemberdayaan guru serta pemimpin.

Dua unit lainnya adalah Kampus Guru Cikal yang fokus pada pedagogik dan Kampus Pemimpin Merdeka yang fokus pada pengembangan potensi para pemimpin.

Wanita yang aktif dalam dunia perfilman ini yakin dengan berkolaborasi, para guru Indonesia bisa saling menguatkan bisa berbagi praktik baik satu sama lain. Seperti halnya perjalanan mereka dalam membuat metode pembelajaran inovatif saat pandemi.

"Kami yakin dengan berkolaborasi dengan kerja barengan kami bisa saling menguatkan bisa berbagi praktik baik satu sama lain," ucapnya.


Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads