Merdeka Belajar, 5 Guru Inspiratif Ini Bagikan Inovasi Kreatif Mengajar

Merdeka Belajar, 5 Guru Inspiratif Ini Bagikan Inovasi Kreatif Mengajar

Advertorial - detikEdu
Kamis, 18 Nov 2021 00:00 WIB
adv
Foto: Dok. Musyafiah
Jakarta -

Yayasan Guru Belajar menggelar acara Temu Pendidik Nusantara (TPN) ke-VIII pada 20-21 November 2021. Digelar virtual, kegiatan ini merupakan upaya dukungan agenda nasional Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam merealisasikan ekosistem Merdeka Belajar.

Mengusung tema 'Merayakan Asesmen, Mendesain Ekosistem yang Merdeka Belajar, TPN melibatkan para guru untuk saling belajar dan berbagi praktik, termasuk soal evaluasi kinerja aktivitas belajar mengajar berkonsep kemerdekaan belajar. Melalui TPN, para guru, kepala sekolah, maupun pengawas dapat melakukan perubahan pendidikan di daerah, dengan mempelajari serta mereplikasi berbagai inspirasi dan solusi permasalahan pendidikan.

Di tahun ini, TPN menjadi ajang dimulainya kerja sama antara berbagai organisasi profesi seperti Komunitas Guru Belajar Nusantara, Jaringan Sekolah Madrasah Belajar, hingga Federasi Guru Independen Indonesia. Guru-guru dan peminat pendidikan yang tertarik untuk mengikuti aktivitas dan kelasnya bisa mendaftar di tpn.gurubelajar.org. Dengan investasi sebesar Rp 100.000,-, para peserta dapat belajar langsung dengan ribuan sesama guru dan senior di pendidikan dalam dua hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

TPN juga menghadirkan 5 guru inspiratif dari beberapa kota di Indonesia sebagai narasumber. Kelimanya telah berhasil secara kreatif mendesain kegiatan belajar mengajar yang memerdekakan. Berikut kisah inspiratif mereka.

1. Google Maps dan Taman Sabang Merah

advFoto: Ibu Titis Kartikawati dengan muridnya di sebuah acara sekolah di tahun 2019 (Dok. Titis Kartikawati)

Guru SDN 09 Sanggau, Titis Kartikawati menjadi salah satu guru kreatif yang berhasil menghadirkan inovasi belajar yang menarik. Awalnya Titis mengaku ingin merancang pembelajaran dengan model Problem Based Learning yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Dari keinginan inilah akhirnya ia mengajak murid ke Taman Sabang Merah untuk melakukan pengamatan tentang lokasi Taman Sabang Merah dengan membuat denah. Guru tematik ini mengatakan kegiatan ini berkaitan dengan pelajaran IPS tentang letak geografis.

"(Di sana) murid-murid saya melakukan pengamatan tentang tentang lokasi Taman Sabang Merah. Mereka membuat denah Taman Sabang Merah secara sederhana," jelas Titis. Kemudian, ia pun mengajarkan aplikasi Google Map untuk melengkapi metode pembelajaran. "Saya mengajarkan titik koordinat dan penggunaan Google Map dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu saya juga mengajarkan fitur Map dalam WhatsApp yang dapat digunakan untuk membagikan lokasi," tambahnya.

Tak hanya itu, Titis mengajak para murid mengamati aktivitas pengunjung yang berkaitan dengan pengamalan Pancasila sesuai pengamatan mereka. Setelah itu, ia juga memberikan tugas membuat cerita tentang Taman Sabang Merah yang akhirnya dimuat menjadi sebuah buku.

2. Penggunaan Komik dalam Pembelajaran Jarak Jauh

advFoto: Ibu Yeni Fitri pastikan interaksi saat belajar bisa dilakukan secara menyenangkan meskipun sedang PJJ (Dok. Yeni Fitri)

Guru UPT SDN 4 Airpura, Yeni Fitri mengaku pembelajaran jarak jauh membuat minat belajar muridnya menurun. Terlebih beberapa murid yang belajar secara daring hanya sekedar mengisi daftar hadir dan tidak menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.

"Dua minggu pembelajaran berlangsung, murid terlihat bosan. Yang belajar daring sekadar mengisi absen. Tugas tidak diselesaikan sesuai jadwal yang telah disepakati," katanya.

Kondisi ini alhasil membuat Yeni mencari cara untuk untuk meningkatkan minat dan aktivitas murid di kelas. Ia menggunakan komik sebagai media pembelajaran pada materi organ pernapasan pada hewan dan manusia yang ia buat melalui aplikasi komik master.

"Saya menyajikan materi pembelajaran tentang organ pernapasan pada hewan dan manusia melalui komik. Komik tersebut saya buat menggunakan aplikasi komik master. Setelah diunduh dalam bentuk gambar, komik saya cetak sebagai materi pembelajaran pada modul mandiri. Bagi murid yang mengikuti pembelajaran daring, komik saya kirim ke grup dalam bentuk gambar. Murid antusias sekali dalam mengikuti pembelajaran," lanjutnya.

Tak sampai di situ, Yeni pun memberdayakan murid melalui proyek sederhana dengan menantang mereka membuat komik sendiri. Untuk memberikan kemerdekaan berkarya, ia meminta mereka membuat komik sesuai topik yang diinginkan.

3. Penerapan Asesmen Diagnosis Membaca Sekolah Dasar

advFoto: Suasana kelas Ibu Lies Indrawati ketika masa percobaan pembelajaran tatap muka di Pontianak (Dok. Lies Indrawati)

Selain kurikulum, komponen asesmen dan pembelajaran menjadi strategi guru untuk menentukan pembelajaran yang tepat. Bahkan, asesmen diagnostik seharusnya dapat membuat guru mengetahui kemampuan membaca murid dengan akurat.

Lies Indrawati, Guru SD Negeri 73 Pontianak Barat merupakan salah satu yang memanfaatkan pengalaman yang ia peroleh saat mengikuti pelatihan mengenai membaca dan asesmen membaca.

"Asesmen membaca ini saya berikan secara lisan. Saya buat menjadi dua bagian. Bagian pertama meliputi aspek fonik, alfabet-fonik-membaca, dan kelancaran. Bagian ini berisi teks sekitar 100 kata. Bagian kedua meliputi aspek kosa kata- bahasa lisan dan pemahaman. Isinya berupa tiga pertanyaan dari bacaan yang sudah diberikan. Pertanyaannya terdiri dari pertanyaan implisit dan eksplisit," katanya.

"Hasil asesmen saya analisis dengan beberapa patokan tertentu. Misalnya, untuk awal kelas IV, kecepatan baca kata murid adalah 90 kata per menit. Hasil ini berdasarkan riset Yayasan Credo yang belum dipublikasi. Berdasarkan hal ini, saya mengelompokkan murid menjadi empat kelompok," lanjutnya.

4. Proyek E-Mading untuk Perayaan Tahunan Sekolah

advFoto: Ibu Emi Hardiyanti gunakan platform digital untuk pamerkan karya murid (Dok. Emi Hardiyanti)

Memahami bakat dan minat murid merupakan sebuah keharusan bagi guru. Sayangnya, saat ini masih banyak guru yang menerapkan pembelajaran tradisional yang tidak berpihak kepada murid dan keadaan di masa pandemi tidak mendukung model tersebut.

Namun, tantangan ini tak membuat Guru TIK SMP Lazuardi Athaillah Makassar, Emi Hardiyanti putus asa. Sebab, ia berhasil menyajikan sebuah proyek kelas yang dipamerkan secara virtual kepada civitas lazuardian dan publik. Adapun proyek ini dipamerkan pada Assembly Day, acara tahunan sekolah untuk merayakan hasil dari proses belajar yang telah dilalui.

"Proses pembuatan proyek untuk perayaan ini kami awali dengan membuat kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas dibuat berdasarkan profil murid dan kebutuhan mereka. Untuk konsep karya, kami mengangkat tema majalah dinding elektronik. Tema ini keluar setelah saya dan murid melakukan obrolan santai tentang hilangnya majalah dinding yang sering kami temui sebelum pandemi berlangsung. Majalah dinding menjadi wadah para murid menyalurkan pikiran dan kreativitas mereka," jelasnya.

5. Asah Potensi Murid Lewat Pagelaran Drama

advFoto: Pagelaran drama karya murid-murid Ibu Musyafiah tepat sebelum pandemi (Dok. Musyafiah)

Persiapan ujian tak jarang membuat murid-murid kelas XII tampak tegang. Mengingat ada banyak mata pelajaran yang diujikan secara praktik mulai dari pendidikan jasmani, seni budaya, bahasa Inggris, bahasa Indonesia hingga fisika.

Melihat hal ini, Guru SMKN 1 Karangdadap Musyafiah terinspirasi untuk berkolaborasi membuat konsep satu ujian praktik yang dapat mencakup beberapa mata pelajaran sekaligus.

"Alih-alih mengonsep ujian dengan mengerjakan soal baik secara tertulis maupun lisan, ujian ini lebih mirip dengan pameran karya yang melibatkan tiga mata pelajaran yaitu seni budaya, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris," katanya.

Kegiatan ini pun mendapat respons positif dari para murid. Sebab, lewat pagelaran drama mereka dapat menorehkan kenangan indah di masa SMA. Terlebih saat ini sekolah meniadakan acara wisuda dan perpisahan karena pandemi.

Dari pagelaran drama ini, murid juga dapat membangun kolaborasi, mengatasi konflik, mengelola anggaran, mengambil keputusan dan mengasah potensi diri. Di sisi lain, guru bisa melihat potensi murid yang tak terbatas, tidak semata berasal dari nilai yang didapat saat ulangan.

(adv/adv)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia