Kisah Pemuda Malinau Berjuang Bangun Literasi Anak di Perbatasan RI

ADVERTISEMENT

Kisah Pemuda Malinau Berjuang Bangun Literasi Anak di Perbatasan RI

Puti Yasmin - detikEdu
Jumat, 06 Agu 2021 13:15 WIB
Pemuda IKBM mengajar literasi di Malinau
Foto: Dok Pribadi(foto diambil sebelum pandemi)/Kisah Pemuda Malinau Berjuang Bangun Literasi Anak di Perbatasan RI
Jakarta -

Menjadi salah satu daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T) di Indonesia tak membuat masyarakat di kabupaten Malinau, Kalimantan Utara menyerah pada keadaan, khususnya soal pendidikan. Masyarakat di sana yang terdiri dari para pemuda saling bahu-membahu mendorong literasi anak.

Para pemuda tersebut tergabung dalam Ikatan Keluarga Baca Malinau (IKBM). Organisai ini lahir dari kerja sama kemitraan Innovation for Indonesia's School Children (INOVASI), Yayasan Litara, Komunitas OPOB, pemerintah desa, dan program sosial perusahaan di Malinau dan telah membangun 17 Taman Baca Masyarakat (TBM).

Tercatat, berdasarkan data Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia Kemendikbud tahun 2016, keterampilan membaca rata-rata siswa kelas 4 SD di Kalimantan Utara adalah 37,01. Nilai ini berada dua poin lebih rendah di bawah rata-rata nasional, yakni 39,90.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengetahui hal itu, mereka bergotong royong meningkatkan pendidikan di perbatasan Indonesia. Salah satu relawan IKBM sekaligus Ketua IKBM Olipianti mengaku tergerak hatinya ketika melihat anak-anak di daerahnya belum pandai membaca.

"Anak-anak di sini, kelas 6, 4 kok belum bisa membaca, karena kalau di kota kelas 1 sudah membaca. Di sekolah ngapain saja? Dari situ, akhirnya terbebani dan terjun di bidang literasi," katanya kepada detikEdu dan ditulis, Jumat (7/8/2021).

ADVERTISEMENT
Pemuda IKBM mengajar literasi di MalinauPemuda IKBM Olipianti mengajar literasi di Malinau Foto: Dok Pribadi

Olip yang menyelesaikan pendidikan S1 di jurusan guru ini pun langsung menetapkan hati untuk membantu literasi di daerahnya. Ia memutuskan untuk pulang ke kampungnya dan menjadi relawan di TBM Rumah Mileh, Desa Kaliamok, Malinau.

Senada dengan Olip, relawan IKBM lainnya, Dedy Apriansyah yang berprofesi sebagai guru juga menjelaskan rendahnya tingkat literasi di Malinau bukan karena anak-anak malas membaca. Tetapi, karena kurangnya buku bacaan yang sesuai dengan umurnya.

Pemuda IKBM mengajar literasi di MalinauPemuda IKBM Dedy Apriansyah mengajar literasi (foto diambil sebelum pandemi) Foto: Dok Pribadi

Dari pengalaman tersebut, Olip dan Dedy akhirnya memutuskan untuk terjun langsung menjadi relawan literasi. Kegiatan di TBM biasanya dilakukan selama satu jam. Namun, tak jarang mereka tetap mengajar di luar waktu tersebut karena antusias anak-anak pada kegiatan membaca.


"Kegiatan bermain sambil belajar, jadi ajak mengenal huruf, misalnya. Kalau yang lancar membaca kita libatkan untuk membaca ke adik-adiknya. Kemudian, full story telling, dan mereka pilih mau yang mana, dan nanti ditanya ulang apa yang didapatkan dari pelajaran ini," jelas wanita berusia 27 tahun ini.

Pemuda IKBM mengajar literasi di MalinauPemuda IKBM mengajar literasi di Malinau Foto: Dok Pribadi

Namun saat pandemi terjadi, semua kegiatan belajar di TBM dihentikan sementara. TBM hanya menyediakan kegiatan pinjam buku, dan belajar tatap muka dengan prokes COVID-19.


Bagaimana hasil kegiatan belajar di TBM? Klik selanjutnya>>>>

Hasil Kegiatan Literasi di TBM

Untuk mengukur hasil pendampingan belajar di masa pandemi, Litara, ITB dan IKBM melakukan survei penilaian di 3 kecamatan, yakni Malinau Kota, Malinau Barat, dan Malinau Utara dengan melibatkan 83 siswa di 6 sekolah.

Hasilnya, diketahui sebanyak 60% anak mengalami peningkatan yang signifikan dalam membaca, 35% anak mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sisanya, sebanyak 5% anak tidak mengalami perubahan.

Kisah Pemuda Malinau Berjuang Bangun Literasi Anak di Perbatasan RIKisah Pemuda Malinau Berjuang Bangun Literasi Anak di Perbatasan RI (foto diambil sebelum pandemi) Foto: Dok Pribadi

Ternyata menurut para relawan, kegiatan ini ternyata juga berdampak positif ke aspek lain, seperti sopan-santun dan rasa percaya diri. Bahkan, Olip mengungkapkan bahwa anak-anak di desanya kini memiliki karakter sopan-santun serta penambahan kosa-kata Bahasa Indonesia.

"Waktu mereka datang ke TBM, karakter mereka ngomong sama orang dewasa kaya seumuran, nyebut nama. Uniknya, mereka di TBM dibentuk secara intelektual, jadi mereka juga sopan santun. Selalu ada kata terima kasih, tolong. Lalu, ada penambahan kosa-kata, bisanya pakai bahasa daerah," tutup Olip.



Simak Video "Video Survei: Kemampuan Literasi Anak Usia 15 Tahun RI Mayoritas Rendah"
[Gambas:Video 20detik]

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads