Di tengah derasnya arus digitalisasi pendidikan, penelitian terbaru menunjukkan bahwa aktivitas konvensional yakni menulis tangan masih memiliki peran penting dalam melatih kemampuan anak. Dua di antaranya yakni melatih daya ingat dan kemampuan berpikir kritis siswa sekolah dasar.
Penelitian ini dilakukan oleh Dr Murniati Agustian dan tim riset dari Fakultas Pendidikan dan Bahasa, Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya. Murniati melakukan eksperimen terhadap 2.293 siswa kelas 4 dan 5 SD di 106 kelas di Indonesia.
Kemudian, ia dan tim membaginya menjadi dua kelompok yakni satu menggunakan metode pembelajaran konvensional, dan satu lagi menggunakan modul "Ayo Menulis" yang mendorong anak menulis tangan di atas kertas.
Daya Ingat Siswa Terasah
Hasilnya, sebanyak 81% siswa menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa kemampuan. Salah satunya, daya ingat mereka meningkat.
"Membuat siswa tertantang, bebas berekspresi, dan ketagihan menulis tangan. Menguatkan daya ingat melalui kegiatan menulis dan menjawab mandiri," katanya saat memaparkan hasil riset di Gedung Yustinus Atika Atma Jaya, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (30/10/2025).
Sembunyikan kutipan teks
Dalam melakukan penelitian, Murniati menggunakan metode campuran yakni kualitatif dan kuantitatif. Selain itu, ada 6 indikator yang digunakan dalam analisis yakni umum, struktur tulisan, mengorganisasi ide, elaborasi, tata bahasa dan ejaaan, serta kerapihan tulisan tangan.
"Jadi adalah 81% yang signifikan peningkatan literasinya, itu anak-anak mendapatkan dampak ketika mereka menulis," ungkapnya.
Menulis di Kertas Tingkatkan Daya Kritis
Anak-anak yang terbiasa menulis manual lebih mampu mengingat informasi dan menyusunnya secara sistematis. Selain itu, para guru dan orang tua melihat perubahan positif dalam cara berpikir anak-anak mereka menjadi lebih terstruktur, analitis, dan percaya diri saat menjelaskan ide atau menjawab pertanyaan.
"Tentu, ini menurut guru dan orang tua, membentuk cara berpikir sistematis dan kritis," kata Murniati.
Dalam eksperimen ini, siswa diajak menulis pengalaman pribadi, berimajinasi, hingga memberikan solusi terhadap suatu masalah. Aktivitas ini terbukti membuat mereka lebih reflektif, ekspresif, dan kreatif.
"Nah, guru dan orang tua melihat ada peningkatan, jadi guru dan orang tua sendiri juga melihat, dan menumbuhkan sikap reflektif, imajinatif, dan ekspresif," kata Murniati.
Anak yang punya kebiasaan menulis tangan punya kemampuan problem solving yang baik. Hasil dari pemrosesan informasi yang baik ditambah daya kritis, membuat siswa bisa menemukan solusi yang tepat dari masalah.
"Nah, ini kalau di perasaan tingkat tinggi itu mereka melihat masalah, mereka mampu memberikan solusi, lebih bermotivasi untuk menulis dibandingkan dengan tulisan biasa," beber dosen di Fakultas Pendidikan dan Bahasa Atika Atma Jaya tersebut.
Menulis Tangan Lebih Efektif dari Mengetik di HP
Dalam paparannya, Murniati juga menegaskan bahwa kebiasaan menulis tangan sebaiknya tetap dipertahankan di sekolah. Ia mendorong sekolah-sekolah agar menggalakkan kembali pembelajaran dengan tulisan tangan.
"Kalau hanya menulis, kalau itu juga, karena itu kegiatan menulis, lalu memberikan mandiri melalui HP, lalu anak-anak disuruh membaca dan mengetik, dan memberikannya juga melalui HP, itu tidak membantu," ungkapnya.
Sebaliknya, menulis tangan melibatkan koordinasi otak dan motorik yang membantu anak memahami materi lebih dalam. Manfaat menulis dengan tangan ini akan lebih efektif jika dilakukan secara konsisten.
"Jadi, konsistensi menulis tangan itu penting, karena memberikan kerja pikiran, emosi, dan gerak. Ini sesuai juga dengan pembelajaran, menulis itu, memahami," katanya.
Simak Video "Video: Grup WhatsApp di Sekolah Berefek Buruk Bagi Siswa?"
(cyu/nwk)