Mendikdasmen Minta Guru Beri PR Resensi Buku, Pakar: Latih Analisis Siswa

ADVERTISEMENT

Mendikdasmen Minta Guru Beri PR Resensi Buku, Pakar: Latih Analisis Siswa

Cicin Yulianti - detikEdu
Rabu, 26 Nov 2025 19:00 WIB
Mendikdasmen Abdul Muti
Mendikdasmen, Abdul Mu'ti. Foto: Anggi Muliawati/detikcom
Jakarta -

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menekankan pentingnya membaca dan menulis bagi anak. Ia menyarankan guru agar memberi tugas rumah resensi buku untuk siswa.

"Pekerjaan rumah (PR) itu penting, tetapi bukan hanya mengerjakan soal. PR mestinya menugaskan anak membaca dan menulis, seperti membuat resensi atau review buku," kata Mu'ti dalam Musyawarah Nasional (Munas) XX Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), Rabu (19/11/2025) lalu dikutip dari laman Kemendikdasmen.

Menurut Mu'ti siswa perlu diberi ruang imajinasi dan aktualisasi. Salah satunya dengan mengajak siswa membaca buku kemudian menuangkan hasil bacaannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ruang imajinasi dan ruang aktualisasi anak-anak harus lebih terbuka. Pendidikan tidak boleh hanya mengajarkan menjawab soal, tetapi membangun nalar jernih bagi anak-anak," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Resensi Buku Latih Kemampuan Analisis

Menanggapi saran dari Mendikdasmen tersebut, pakar pendidikan dari Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Sri Lestari menyebut hal itu adalah langkah baik. Menurut Sri, membuat resensi buku dapat melatih kemampuan analisis, evaluasi, dan argumentasi siswa dalam literasi.

Walaupun demikian, Sri tak menutup mata dari fakta masih banyaknya siswa yang kesulitan memahami teks panjang secara mendalam. Oleh sebab itu, pemerintah perlu membuat kebijakan yang tepat.

"Karena itu, kewajiban membuat resensi perlu diiringi dengan pendampingan literasi dasar, pemantauan kemampuan membaca siswa, dan pembelajaran bertahap tentang cara menyusun resensi yang baik," ujarnya dikutip dari laman UM Surabaya, Rabu (26/11/2025).

Keterbatasan Jumlah Buku Masih Jadi Tantangan

Untuk menyukseskan arahan Menteri Mu'ti, Sri menyarankan pemerintah agar melakukan pemerataan ketersediaan buku lebih dahulu. Pasalnya, beberapa sekolah di daerah pinggiran masih kekurangan buku yang layak.

"Jika pemerintah ingin mewajibkan resensi, maka tanggung jawab menyediakan buku berkualitas juga harus berjalan seiring baik melalui pengadaan buku fisik, pembaruan perpustakaan, maupun penyediaan akses buku digital secara merata," imbuhnya.

Kemampuan Literasi Guru Harus Dilatih

Selain itu, Sri menyebut kemampuan literasi guru perlu dilatih juga. Guru bisa diberi workshop resensi lebih dahulu, mungkin juga insentif publikasi agar menumbuhkan semangat guru dalam menulis.

"Jika ekosistem ini dibangun dengan serius, kewajiban membuat resensi tidak hanya akan meningkatkan kemampuan membaca dan menulis siswa, tetapi juga dapat menjadi tonggak penting dalam membentuk generasi pembelajar di masa depan," kata Sri.

Namun, fakta lapangannya menurut Sri guru masih dituntut mengajar dengan jam padat hingga beban administrasi. Hal-hal itu masih jadi tantangan penguatan literasi guru.

Sri menambahkan, upaya lain untuk memperkuat budaya membaca dan meresensi buku bisa lewat pengadaan majalan dinding atau majalah sekolah. Tak hanya itu, siswa bisa diajak menampilkan karya literasinya dalam pameran karya atau diskusi buku.

"Keberhasilannya sangat bergantung pada kesiapan ekosistem pendukung perpustakaan yang memadai, guru yang literat, kurikulum yang terintegrasi, dan kemampuan dasar siswa yang diperkuat. Tanpa itu semua, kebijakan ini berisiko tidak mencapai tujuannya," tegas dosen di Fakultas Pendidikan UM Surabaya tersebut.




(cyu/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads