Beras Oplosan Diusut, Pakar Jelaskan Ciri-ciri dan Bahayanya

ADVERTISEMENT

Beras Oplosan Diusut, Pakar Jelaskan Ciri-ciri dan Bahayanya

Trisna Wulandari - detikEdu
Rabu, 23 Jul 2025 19:30 WIB
Suasana lapak pedagang beras di Pasar Beringharjo, Jogja, Kamis (17/7/2025).
Presiden Prabowo Subianto minta aparat usut beras oplosan yang merugikan negara Rp 100 triliun per tahun. Ahli pangan ingatkan bahaya konsumsi beras oplosan.Foto: Serly Putri Jumbadi/detikJogja
Jakarta -

Presiden Prabowo Subianto meminta aparat penegak hukum mengusut kasus beras oplosan. Ia memerintahkan Jaksa Agung ST Burhanuddin dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit menindak para penggiling padi yang terlibat pengoplosan.

Prabowo mengatakan tindakan pengoplosan beras merugikan negara Rp 100 triliun per tahun. Pada praktik pengoplosan, para penggiling disebut memberi cap premium pada beras biasa.

"Beras biasa dibungkus, dikasih stempel beras premium, dijual Rp 5.000 di atas harga eceran tertinggi. Saudara-saudara, ini kan penipuan, ini adalah pidana, saya minta Jaksa Agung sama Kapolri usut dan tindak, ini pidana," kata Prabowo pada peluncuran Kopdes Merah Putih di Klaten, Jawa Tengah, Senin (27/5), dilansir detikNews.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Menteri Keuangan kita setengah mati cari uang, setengah mati pajak inilah, bea cukai inilah dan sebagainya. Ini Rp 100 triliun kita rugi setiap tahun, dinikmati oleh 4-5 kelompok usaha," sambungnya.

Bahaya Beras Oplosan

Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Ir Sri Raharjo Msc menilai fenomena beras oplosan menunjukkan pengawasan distribusi pangan yang lemah, terlebih pada tingkat produsen dan pasar tradisional.

ADVERTISEMENT

Kendati istilah beras oplosan tidak ada pada peraturan perundang-undangan, ia menegaskan, praktik mencampur beras dengan bahan non-pangan maupun kualitas rendah tetap melanggar ketentuan keamanan dan mutu pangan.

"Meskipun istilah beras oplosan tidak digunakan secara resmi, praktik ini dapat ditindak dengan dasar hukum dalam Undang-Undang Pangan karena merugikan konsumen," ucap Sri Raharjo, Rabu (23/7/2025), dalam laman UGM.

Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) UGM ini menjelaskan, beras oplosan kerap ditambahkan bahan kimia berbahaya demi menyamarkan rendahnya kualitas beras sehingga bisa tampak lebih putih dan menarik.

Beberapa bahan kimia pengoplosan beras antara lain klorin atau pemutih, pewangi buatan, hingga parafin atau plastik. Paparan jangka panjang pada bahan kimia tersebut dapat memicu kanker atau bersifat karsinogenik.

"Klorin misalnya, digunakan untuk menghilangkan warna kusam, tapi zat ini bersifat karsinogenik dan sangat berbahaya bila dikonsumsi dalam jangka panjang," terangnya.

Ia menambahkan, senyawa hipoklorit dapat membentuk trihalometan. International Agency for Research on Cancer (IARC) mengklasifikasikannya sebagai zat karsinogenik.

Sri Raharjo juga mengingatkan potensi risiko kerusakan organ vital seperti hati dan ginjal akibat konsumsi rutin beras dengan kandungan kimia berbahaya, termasuk pewarna beras.

Sebab, konsumsi jangka panjang membuat senyawa kimia tersebut menumpuk dan memperberat kerja sistem detoksifikasi (penghilangan racun) pada organ.

Sementara itu, zat kimia beras oplosan bersifat toksik dan bisa memicu peradangan sistemik di dalam tubuh. Hati dan ginjal, organ utama detoksifikasi, juga bisa mengalami gangguan akibat konsumsi beras oplosan.

"Pewarna sintetis seperti Rhodamin B juga dapat menyebabkan sirosis hati atau gagal ginjal jika terakumulasi dalam tubuh," tegasnya.

"Organ-organ ini akan bekerja ekstra keras menyaring zat asing, dan dalam jangka panjang bisa berujung pada kerusakan permanen," sambung Sri Rahajo.

Ciri-ciri Beras Oplosan

Ahli teknologi pangan UGM Prof Sri Rahajo dan pakar teknologi industri pertanian IPB University Prof Tajuddin Bantacut merinci sejumlah ciri-ciri beras oplosan yang dapat diamati calon pembeli. Berikut di antaranya:

  • Warna beras terlalu putih
  • Beras beraroma kimia
  • Mengeluarkan bau plastik jika dibakar
  • Beras oplosan mengambang atau air berubah warna saat merendam beras

Sri Raharjo mengatakan warga bisa melindungi keluarga dari beras oplosan dengan mulai membeli beras berlabel SNI. Sesekali, coba juga mengganti asupan karbohidrat dengan sumber lain seperti umbi-umbian.

Selaras, Tajuddin mengimbau warga untuk berhati-hati dalam memilih dan mengonsumsi beras.

"Jika menemukan nasi yang berbeda dari biasanya seperti warna, bau (aroma), tekstur dan butiran maka dapat 'dicurigai' sebagai beras yang telah dioplos dalam arti terdapat kerusakan mutu atau keberadaan benda asing," ucapnya, dikutip dari laman IPB University.




(twu/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads