Cara Membedakan Beras Asli dan Oplosan, Ini Tipsnya

Cara Membedakan Beras Asli dan Oplosan, Ini Tipsnya

Irma Budiarti - detikJatim
Minggu, 13 Jul 2025 17:00 WIB
Direktorat Tipideksus Bareskrim Polri menggerebek gudang beras oplosan di kawasan pergudangan beras Cipinang, Jakarta Timur. Ratusan ton beras oplosan diamankan.
ILUSTRASI GUDANG BERAS OPLOSAN. Foto: Rachman Haryanto
Surabaya -

Beras menjadi kebutuhan pokok yang dikonsumsi setiap hari, namun tidak semua beras yang dijual di pasaran aman dan berkualitas. Masyarakat perlu lebih jeli dalam membedakan antara beras asli dan beras oplosan yang kerap disamarkan dengan tampilan menarik.

Agar tidak tertipu, ada beberapa tips sederhana yang bisa dilakukan, mulai dari memperhatikan warna dan aroma beras, mencermati bentuk butiran, hingga memeriksa hasil nasi setelah dimasak. Simak ciri-ciri beras oplosan, bahaya, hingga tips menghindarinya.

Ciri-ciri Beras Oplosan

Dilansir laman IPB University, Pakar Teknologi Industri Pertanian IPB University Prof Tajuddin Bantacut menjelaskan, ciri-ciri beras oplosan bisa dikenali secara kasat mata. Salah satu tanda paling umum adalah warna beras yang tidak seragam, serta butirannya yang berbeda ukuran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, tekstur nasi yang dihasilkan pun cenderung lembek, berbeda dari nasi normal yang pulen. Bahkan, dalam beberapa kasus, beras oplosan mengandung benda asing berbahaya, termasuk zat pewarna atau bahan pengawet yang tak layak konsumsi.

"Jika menemukan nasi yang berbeda dari biasanya seperti warna, bau (aroma), tekstur dan butiran maka dapat 'dicurigai' sebagai beras yang telah dioplos dalam arti terdapat kerusakan mutu atau keberadaan benda asing," jelasnya di Kampus IPB Dramaga Bogor, dikutip dari IPB University.

ADVERTISEMENT

Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tidak sembarangan membeli beras tanpa label atau dari sumber yang tidak jelas. Berikut penjelasan singkat tentang ciri-ciri beras oplosan seperti yang diungkapkan Prof Tajuddin.

1. Warna Tidak Seragam

Beras oplosan umumnya memiliki warna yang tidak konsisten. Dalam satu kemasan, bisa terlihat butiran beras berwarna putih cerah bercampur dengan yang kusam atau kekuningan. Ini menandakan bahwa beras tersebut berasal dari berbagai jenis atau kualitas, bahkan bisa jadi ada yang sudah rusak, namun tetap dicampurkan.

2. Ukuran Butiran Tidak Sama

Ciri lain yang mudah dikenali adalah perbedaan ukuran butiran. Dalam beras asli berkualitas, ukuran dan bentuk butirannya seragam. Sebaliknya, beras oplosan tampak mencampurkan beras bulir panjang dengan yang pendek, atau besar dengan kecil, menandakan adanya campuran dari berbagai jenis beras atau sisa beras rusak.

3. Aroma Beras Mencurigakan

Beras oplosan sering kali mengeluarkan bau yang tidak biasa. Aroma bisa apek, menyengat, atau tidak segar, berbeda dari bau beras baru yang umumnya netral atau wangi alami. Bau ini bisa menjadi tanda bahwa beras telah lama disimpan, tercampur bahan kimia, atau sudah mengalami kerusakan.

4. Tekstur Nasi Lembek Setelah Dimasak

Setelah dimasak, nasi dari beras oplosan biasanya tidak pulen atau tanak seperti nasi dari beras berkualitas. Teksturnya cenderung lembek, cepat basi, atau terlalu lengket. Hal ini disebabkan pencampuran jenis beras yang tidak sesuai, atau kualitas pati di dalamnya sudah menurun.

5. Ada Benda Asing Saat Dicuci

Saat mencuci beras, perhatikan apakah ada partikel asing yang mengambang di permukaan air-seperti serpihan plastik, serbuk putih, atau kotoran lainnya. Kehadiran benda asing ini bisa menjadi tanda bahwa beras sudah tercemar atau mengandung zat tambahan yang berbahaya.

6. Berbau Aneh

Selain apek, bau beras oplosan kadang menyengat atau terasa kimiawi. Ini bisa disebabkan bahan tambahan seperti pemutih, pewangi, atau pengawet buatan yang sengaja ditambahkan agar beras tampak lebih menarik. Bau yang tidak alami ini perlu diwaspadai karena bisa menandakan adanya kandungan zat berbahaya.

Jenis-jenis Beras Oplosan

Masyarakat diminta semakin waspada terhadap peredaran beras oplosan di pasaran. Praktik mencampur beras dengan bahan lain atau memoles ulang beras rusak masih marak terjadi demi mengejar keuntungan. Tak hanya menurunkan mutu, jenis-jenis beras oplosan ini juga bisa membahayakan kesehatan jika dikonsumsi terus-menerus.

Ada setidaknya tiga jenis beras oplosan yang kerap ditemukan di pasaran, mulai dari campuran dengan bahan lain seperti jagung, beras blended antar varietas, hingga beras rusak yang dikilapkan ulang agar tampak seperti baru. Masing-masing punya risiko tersendiri yang penting dikenali konsumen.

1. Campuran Beras dengan Bahan Lain seperti Jagung

Jenis ini adalah salah satu bentuk oplosan yang cukup umum, terutama di daerah-daerah tertentu. Beras dicampur dengan bahan pangan lain seperti jagung pipil kering, biasanya untuk menekan harga produksi atau menyesuaikan dengan kebiasaan lokal.

Meski terlihat aman, pencampuran ini tetap harus dikontrol karena tak semua konsumen siap dengan perubahan rasa, tekstur, atau kandungan gizi. Jika dilakukan tanpa informasi yang jelas di kemasan, praktik ini termasuk menipu konsumen.

2. Beras Blended (Campuran Beberapa Jenis Beras)

Beras blended merupakan campuran dari dua atau lebih jenis beras yang berbeda, biasanya dilakukan untuk memperbaiki rasa, tekstur, atau tampilan nasi setelah dimasak. Contohnya, beras murah dicampur dengan sedikit beras premium agar terlihat berkualitas.

Meski terlihat lebih halus dari bentuk oplosan lainnya, jika tidak jujur mencantumkan komposisi, ini juga masuk kategori penipuan konsumen dan dapat menurunkan mutu secara keseluruhan.

3. Beras Rusak yang Dikilapkan Ulang

Ini adalah jenis oplosan yang paling berbahaya dan sering dilakukan oknum nakal. Beras yang sudah rusak, baik karena terlalu lama disimpan, terkena jamur, atau sudah terkontaminasi mikroorganisme, kemudian diproses ulang.

Caranya bisa dengan memoles kembali butiran beras agar terlihat putih dan bersih, atau menambahkan zat kimia seperti pemutih atau pengawet agar beras tampak baru. Beras jenis ini sangat tidak layak konsumsi dan bisa menimbulkan dampak serius bagi kesehatan, terutama jika dikonsumsi dalam jangka panjang.

Bahaya Beras Oplosan

Masyarakat perlu lebih waspada karena beras oplosan kerap berasal dari beras rusak yang dipoles ulang agar terlihat layak konsumsi. Padahal, kualitas dan keamanannya sudah jauh menurun. Berikut sejumlah bahaya mengonsumsi beras oplosan.

1. Mengandung Zat Pewarna atau Pengawet Berbahaya

Salah satu risiko terbesar dari beras oplosan adalah kemungkinan ditambahkannya bahan kimia seperti pewarna sintetis, pemutih, atau pengawet agar beras tampak lebih putih dan segar. Praktik ini kerap dilakukan untuk menarik pembeli, meskipun beras tersebut sebenarnya sudah menurun mutunya.

Zat-zat kimia tersebut jelas tidak diperuntukkan bagi konsumsi manusia dan dapat menumpuk dalam tubuh. Jika dikonsumsi terus-menerus, dampaknya bisa sangat berbahaya, mulai dari alergi, gangguan pencernaan, hingga risiko kerusakan organ vital seperti hati dan ginjal dalam jangka panjang.

2. Bisa Menyebabkan Gangguan Kesehatan Jika Dikonsumsi Jangka Panjang

Konsumsi rutin beras oplosan dapat menyebabkan dampak kumulatif pada tubuh. Beras yang terkontaminasi bahan asing atau mikroorganisme berbahaya bisa mengganggu sistem pencernaan, memicu infeksi saluran cerna, dan menurunkan daya tahan tubuh, terutama jika dikonsumsi tanpa disadari dalam waktu lama.

Dalam jangka panjang, paparan zat kimia berbahaya yang terkandung dalam beras oplosan juga berisiko menyebabkan gangguan serius, seperti kerusakan hati, ginjal, hingga gangguan hormonal. Dampak ini bisa semakin parah jika konsumen tidak menyadari asal-usul beras yang mereka konsumsi setiap hari.

3. Kadang Berasal dari Beras Rusak yang Dipoles Ulang

Tidak sedikit beras oplosan berasal dari beras rusak, baik karena kelembapan, kontaminasi jamur, atau lama disimpan. Untuk menyamarkan kondisi aslinya, beras tersebut kemudian dipoles ulang agar tampak putih bersih dan menarik.

Namun, secara kualitas, beras tersebut sudah tidak layak konsumsi. Bahkan jika jamur atau mikroorganisme masih tertinggal, beras ini bisa menjadi sumber racun atau penyakit, terutama jika dimasak tanpa dicuci bersih.

Tips Menghindari Beras Oplosan

Mewaspadai beras oplosan penting dilakukan demi menjaga kesehatan keluarga. Beras yang terlihat putih dan bersih belum tentu aman dikonsumsi, apalagi jika dijual tanpa label resmi atau berasal dari sumber yang tidak jelas.

Untuk itu, masyarakat perlu lebih teliti saat membeli dan mengolah beras. Mulai dari memeriksa tampilan fisik, mencuci beras sebelum dimasak, hingga menyimpannya dengan benar, semua bisa menjadi langkah sederhana untuk menghindari risiko beras oplosan. Berikut tips menghindari beras oplosan.

  • Hindari membeli beras tanpa label atau dari sumber tak jelas.
  • Cuci beras sebelum dimasak, perhatikan jika ada benda asing mengambang.
  • Simpan beras maksimal enam bulan untuk menjaga kualitas.
  • Periksa bau, warna, dan bentuk butiran sebelum membeli atau memasak.
  • Waspada terhadap harga yang terlalu murah atau kualitas yang mencurigakan.



(hil/irb)


Hide Ads