Beras Oplosan Dicampur Pakai Apa? Simak Bahaya dan Ciri-cirinya

Beras Oplosan Dicampur Pakai Apa? Simak Bahaya dan Ciri-cirinya

Mira Rachmalia - detikJatim
Selasa, 15 Jul 2025 20:00 WIB
Ilustrasi Beras
Ilustrasi Beras. Simak Bahan Campuran Beras Oplosan Foto: Getty Images/iStockphoto
Surabaya - Masyarakat Indonesia kembali dibuat resah dengan terungkapnya praktik pengoplosan beras premium oleh sejumlah produsen besar. Kasus ini mencuat usai Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengumumkan hasil investigasi yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian bersama Satgas Pangan.

Dari temuan tersebut, sebanyak 212 merek beras dinyatakan tidak memenuhi standar mutu, dan 26 di antaranya diduga merupakan hasil pengoplosan. Merek-merek ini berasal dari empat perusahaan besar: Wilmar Group, PT Food Station Tjipinang Jaya, PT Belitang Panen Raya, dan PT Sentosa Utama Lestari (Japfa Group).

Pelanggaran yang ditemukan meliputi ketidaksesuaian berat kemasan, komposisi bahan, hingga label produk. Lalu, sebenarnya bahan apa saja yang digunakan dalam praktik pengoplosan beras? Apa saja ciri-ciri dan bahayanya? Berikut penjelasan lengkapnya.

Campuran yang Umum Digunakan dalam Beras Oplosan

Menurut Prof. Tajuddin Bantacut, pakar Teknologi Industri Pertanian dari IPB University, praktik pengoplosan beras bisa melibatkan berbagai campuran, termasuk bahan asing yang membahayakan. Berikut tiga jenis beras oplosan yang beredar di pasaran.

1. Beras Campur dengan Bahan Lain (Misalnya Jagung)

Campuran ini umum ditemukan di beberapa daerah, biasanya dilakukan untuk menurunkan harga produksi atau memanipulasi tampilan beras.

2. Beras Blended (Campuran Beberapa Jenis Beras)

Bertujuan memperbaiki tekstur atau rasa, namun kadang mencampurkan beras kualitas tinggi dengan kualitas rendah tanpa transparansi kepada konsumen.

3. Beras Rusak yang Dipoles Ulang

Beras yang telah kedaluwarsa atau berkualitas buruk dipoles ulang agar tampak bersih dan mengkilap, meskipun kandungannya sudah tidak layak konsumsi.

Campuran dalam beras oplosan bisa termasuk zat pemutih, pewarna buatan, atau bahan pengawet berbahaya. Jika dikonsumsi dalam jangka panjang, zat-zat tersebut dapat memicu berbagai gangguan kesehatan serius.

Ciri-Ciri Beras Oplosan yang Perlu Diwaspadai

Meski tidak selalu mudah dikenali, beras oplosan umumnya menunjukkan beberapa tanda fisik yang bisa diidentifikasi jika diperhatikan dengan saksama. Berikut ciri-cirinya:

1. Warna Butiran Tidak Seragam

Dalam satu kemasan beras, terlihat campuran antara butiran putih bersih dan butiran kusam atau kekuningan. Ini menandakan pencampuran berbagai jenis atau kualitas beras.

2. Ukuran Bulir Tidak Sama

Beras asli biasanya memiliki ukuran bulir yang seragam. Jika terdapat bulir besar, kecil, panjang, dan pendek dalam satu kemasan, patut dicurigai sebagai beras oplosan.

3. Aroma Beras yang Mencurigakan

Beras yang normal beraroma netral atau wangi alami. Namun, beras oplosan bisa berbau apek, menyengat, atau kimiawi, akibat zat pewangi atau bahan kimia tambahan.

4. Tekstur Nasi Lembek atau Cepat Basi Setelah Dimasak

Beras oplosan sering menghasilkan nasi yang tidak pulen, mudah basi, atau terlalu lembek karena kadar air yang tidak stabil dan mutu beras yang rendah.

5. Muncul Benda Asing Saat Dicuci

Saat mencuci beras, perhatikan jika ada partikel asing seperti serpihan plastik, serbuk putih, atau butiran aneh yang mengambang. Ini bisa menjadi indikasi adanya zat kimia tambahan.

6. Bau Aneh Saat Dimasak

Jika nasi mengeluarkan bau yang tidak biasa saat dimasak-seperti bau kimia atau busuk-sebaiknya segera hentikan konsumsi karena berpotensi mengandung zat berbahaya.

Bahaya Mengonsumsi Beras Oplosan bagi Kesehatan

Mengonsumsi beras oplosan tidak hanya menipu dari sisi kualitas, tetapi juga mengandung risiko serius terhadap kesehatan, terutama jika zat-zat kimia digunakan dalam pengolahan. Berikut beberapa dampak buruk yang mungkin ditimbulkan:

  • Kerusakan organ dalam, terutama ginjal dan hati akibat paparan zat kimia seperti pemutih atau pengawet.
  • Gangguan pencernaan, termasuk diare, mual, dan sembelit karena kontaminasi atau kualitas beras yang buruk.
  • Paparan zat karsinogenik yang berpotensi menyebabkan kanker jika beras mengandung pemutih atau pewarna buatan.
  • Gangguan hormon, terutama jika bahan kimia mempengaruhi sistem endokrin.
  • Cacat janin, jika dikonsumsi oleh ibu hamil karena beberapa zat kimia berbahaya dapat memengaruhi perkembangan janin.

Kasus beras oplosan yang mencuat kembali di tahun 2025 menjadi peringatan penting bagi konsumen untuk lebih berhati-hati dalam memilih bahan pangan. Pastikan Anda membeli beras dari produsen terpercaya, periksa label kemasan, dan perhatikan kondisi fisiknya sebelum dimasak.

Beras adalah makanan pokok masyarakat Indonesia. Karena itu, kualitas dan keamanannya harus dijaga. Mari lebih cermat dalam memilih dan tidak segan melapor jika menemukan kejanggalan dalam produk beras yang Anda konsumsi.


(ihc/irb)


Hide Ads