Dikira Salinan, Artefak yang Dibeli Harvard Seharga Rp 400 Ribu-an Ternyata Asli

ADVERTISEMENT

Dikira Salinan, Artefak yang Dibeli Harvard Seharga Rp 400 Ribu-an Ternyata Asli

Devita Savitri - detikEdu
Senin, 19 Mei 2025 09:00 WIB
Piagam Magna Carta di Perpustakaan Harvard Law School
Foto: (L Granger/Harvard Law School via IFL Science)
Jakarta -

Pada tahun 1946, Perpustakaan Sekolah Hukum Harvard menghabiskan $27,50 atau sekitar Rp 453 ribu (kini senilai $440 atau Rp 7,2 juta) untuk sebuah dokumen yang dikenal sebagai "HLS MS 172". Dokumen apa itu?

Menurut katalog lelang tempat naskah tersebut dibeli, barang itu adalah "salinan" Magna Carta yang dibuat pada tahun 1327 Masehi. Keterangan katalog juga menjelaskan keadaannya agak tergores dan terkena noda lembab.

Salinan Magna Carta itu dibeli dari seorang pahlawan Angkatan Udara Kerajaan Inggris. Selama hampir 80 tahun, manuskrip itu tersimpan di Harvard hingga akhirnya akan didigitalkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Proses pendigitalan Magna Carta melibatkan profesor sejarah abad pertengahan di King's College London, David Carpenter. Ia juga disebut sebagai sosok pertama yang menemukan bila artefak tersebut adalah asli.

"Saya menekan tombol untuk melihat gambar digital yang mereka tampilkan. Saya hanya berpikir, ini sangat mirip dengan gambar asli tahun 1.300," kata Carpenter dikutip dari IFL Science.

ADVERTISEMENT

Ia kemudian menghubungi rekannya yang juga seorang profesor sejarah abad pertengahan di Universitas East Anglia, Nicholas Vincent. Setelah melihatnya, ia setuju bila artefak tersebut adalah Magna Carta yang asli.

"Saya rasa hanya butuh waktu 30 milidetik bagi saya untuk membalas (pesan David Carpenter). 'Anda tahu apa ini, dan saya tahu. Ini adalah Magna Carta yang asli.'," jelas Vincent.

Magna Carta Asli

Carpenter dan Vincent meneliti dokumen tersebut lebih lanjut dengan metode pencitraan spektral dan sinar ultraviolet pada gambar yang diambil oleh pustakawan Sekolah Hukum Harvard itu. Setelahnya, mereka membandingkan dengan dokumen asli yang diketahui diterbitkan pada tahun 1.300 pada masa pemerintahan Raja Edward I.

Menurut analisis keduanya, kata-kata, tulisan tangan, dan dimensi dokumen tersebut sangat cocok dengan aslinya.

"Keseragaman ini memberikan bukti baru mengenai status Magna Carta di masa orang-orang sezamannya. Teksnya harus benar," ungkap Carpenter lebih lanjut.

Magna Carta adalah salah satu dokumen konstitusional paling terkenal di dunia. Di sana dijelaskan tentang prinsip dasar bahwa raja dan penguasa harus tunduk pada hukum.

"Tahun 1.300 adalah tahun terakhir raja Inggris benar-benar mengonfirmasi Magna Carta tahun 1225, yang merupakan versi definitif," ungkap Carpenter lagi.

Sosok Pahlawan Angkatan Udara Kerajaan Inggris

Carpenter dan Vincent juga menemukan sosok pahlawan Angkatan Udara Kerajaan Inggris yang melelang Magna Carta tersebut. Ia adalah Wakil Marsekal Udara Foster "Sammy" Maynard.

Sammy mengirimkan naskah tersebut untuk dilelang dengan harga yang sangat murah setelah mewarisinya dari Thomas dan John Clarkson. Thomas dan John Clarkson diketahui adalah pemimpin gerakan yang melawan perdagangan budak pada akhir abad ke-18.

Pada awal abad ke-19, keluarga Clarkson mewarisi naskah tersebut ke William Lowther, penguasa turun-temurun di wilayah Lake District, Inggris.

Sekarang dokumen tersebut dipajang di Harvard. Asisten Dekan Layanan Perpustakaan dan Informasi Harvard Law School, Amanda Watson mengucapkan selamat kepada Carpenter dan Vincent.

"Selamat kepada Profesor Carpenter dan Profesor Vincent atas penemuan mereka yang fantastis. Karya ini merupakan contoh dari apa yang terjadi ketika koleksi yang luar biasa dibuka untuk para cendekiawan yang brilian," katanya.

"Di balik setiap penemuan ilmiah terdapat karya penting para pustakawan yang tidak hanya mengumpulkan dan menyimpan materi. Tetapi juga menciptakan jalur yang jika tidak demikian akan tetap tersembuyi," tandas Watson.




(det/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads