Indonesia Jadi Negara Paling Sejahtera Menurut Harvard, Kalahkan Jepang dan AS

ADVERTISEMENT

Indonesia Jadi Negara Paling Sejahtera Menurut Harvard, Kalahkan Jepang dan AS

Nikita Rosa - detikEdu
Rabu, 07 Mei 2025 10:00 WIB
Sejumlah pelajar mengikuti lomba peragaan busana tradisional saat peringatan Hari Kartini di SDN Sepatan 1, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (21/4/2025). Kegiatan tersebut untuk memperingati jasa pahlawan RA Kartini dalam memperjuangkan emansipasi wanita sekaligus mengenalkan keragaman budaya di Indonesia kepada pelajar. ANTARA FOTO/Putra M. Akbar/YU
Indonesia Jadi Negara Paling Sejahtera. (Foto: ANTARA FOTO/Putra M. Akbar)
Jakarta -

Sebuah studi global utama tentang kemakmuran manusia telah diluncurkan oleh Universitas Harvard. Hasilnya, Indonesia muncul di posisi pertama.

Data penelitian ini dikumpulkan oleh The Global Flourishing Study, sebuah investigasi terhadap kesejahteraan individu dalam komunitas dan lingkungan tertentu. Survei tersebut melibatkan sekitar 203.000 orang yang berbicara dalam 40 bahasa dan mencakup berbagai bangsa, budaya, sejarah, dan keadaan ekonomi.

Diluncurkan pada 2021, studi tersebut dilakukan di enam benua yang berpenghuni dan mewakili sekitar 64 persen populasi dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Metode Penelitian

Responden diberikan pertanyaan tentang tujuh variabel yang secara bersama-sama mendefinisikan "kemakmuran" seperti kesehatan, kebahagiaan, makna, karakter, hubungan, keamanan finansial, dan kesejahteraan spiritual.

Studi tersebut juga mengumpulkan data demografi seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan dan pekerjaan, pendidikan, kesehatan, kehadiran di kebaktian keagamaan, dan informasi tentang sejarah pribadi, khususnya masa kanak-kanak, termasuk keadaan keuangan keluarga dan paparan terhadap pelecehan.

ADVERTISEMENT

Dipublikasikan dalam jurnal Nature Mental Health, peneliti mengaku cukup kaget dengan hasil studi ini. Tyler VanderWeele Professor of Epidemiology di Harvard T.H. Chan School of Public Health mengatakan studi ini menawarkan bukti kuat bahwa kondisi keuangan semata tidak menjamin kemakmuran.

Indonesia Sebagai Negara Paling Sejahtera

Studi ini mensurvei 22 negara dan satu wilayah (Hong Kong) yang menurut penyelenggara mencakup berbagai budaya, ras, kondisi ekonomi, dan kondisi kehidupan. Hasilnya tak menempatkan negara-negara maju di peringkat teratas.

Indonesia justru berada di posisi pertama sebagai negara paling sejahtera. Diikuti oleh Meksiko, Filipina, Israel, dan Nigeria.

AS berada di posisi ke-15 dalam daftar tersebut. Penambahan indikator keuangan sedikit mengubah urutan daftar, dengan Israel dan Meksiko bertukar tempat, dan Polandia naik ke posisi 5 teratas, menggeser Nigeria ke posisi berikutnya.

AS naik ke posisi ke-12 dalam peringkat tersebut. Namun, yang terakhir dalam kedua daftar tersebut adalah Jepang.

Jepang Berada di Posisi ke Dua dari Bawah

Direktur asosiasi untuk penelitian di Human Flourishing Program dan penulis makalah, Brendan Case, mengatakan peringkat tersebut mempertanyakan model pembangunan ekonomi yang berlaku. Ia menyoroti Jepang sebagai negara yang modernisasi cepatnya pasca-Perang Dunia II menjadikannya kekuatan industri global.

Meskipun Jepang lebih kaya dan penduduknya berumur panjang, responden di sana cenderung tidak menjawab "ya" untuk pertanyaan apakah mereka memiliki teman dekat. Berbalikan dengan Indonesia yang berada di peringkat lebih tinggi dalam ukuran hubungan dan sifat karakter pro-sosial, yang mendorong hubungan sosial dan komunitas.

"Kami tidak bermaksud mengatakan bahwa hasil-hasil tersebut [kekayaan, harapan hidup yang lebih panjang] tidak penting, atau bahwa kita tidak peduli dengan demokrasi, kita tidak peduli dengan pertumbuhan ekonomi, kita tidak peduli dengan kesehatan masyarakat," kata Case dalam Euronews, dikutip Selasa (6/5/2025).

"Tetapi menarik untuk mempertimbangkan bahwa The Global Flourishing STudy menimbulkan beberapa pertanyaan penting tentang potensi tradeoff yang terlibat dalam proses tersebut," imbuhnya.

Beberapa pertanyaan yang diajukan oleh survei tersebut dapat dijawab saat data tambahan dikumpulkan, kata Case. Studi tersebut bersifat longitudinal, sehingga para peneliti akan mensurvei ulang responden setiap tahun, dengan analisis tambahan yang direncanakan akan dirilis selama lima tahun ke depan.

"Jika masyarakat pada akhirnya ingin berkembang, pertanyaan-pertanyaan tentang usia, perkembangan, dan dinamika spiritual ini perlu dipertimbangkan," kata para penulis studi.




(nir/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads