Ingin Anak Sukses dan Disiplin? Hindari 4 Kalimat Ini kepada Anak

ADVERTISEMENT

Ingin Anak Sukses dan Disiplin? Hindari 4 Kalimat Ini kepada Anak

Novia Aisyah - detikEdu
Senin, 07 Apr 2025 09:00 WIB
Ilustrasi Authoritarian Parenting
Iluatrasi parenting. Foto: Getty Images/iStockphoto/chameleonseye
Jakarta -

Percakapan antara orang tua dan anak memang kerap kali berakhir dengan pertengkaran, walaupun sebenarnya awalnya baik-baik saja.

Terkadang, hal tersebut dikarenakan penggunaan kalimat yang keliru. Sehingga, alih-alih orang tua secara efektif menyampaikan maksudnya, pesan yang disampaikan justru berujung pada salah paham.

Pakar pengasuhan anak dan penulis The Self-Driven Child, Willian Stixrud and Ned Johnson menemukan sejumlah frasa tidak berhasil dalam mengajarkan disiplin diri kepada anak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, bagi orang tua yang ingin anaknya sukses, bisa belajar untuk tidak mengucapkan kalimat-kalimat ini:

ADVERTISEMENT

1. "Jika kamu tidak bekerja keras sekarang, kamu akan menyesalinya selama sisa hidupmu."

Dikutip dari CNBC Make It, menurut Willian Stixrud and Ned Johnson menanamkan rasa takut adalah salah satu cara yang paling tidak efektif untuk memicu motivasi intrinsik pada anak-anak.

Faktanya, hal itu justru dapat membuat mereka menjadi lebih stres dan terkadang, menghindar.

Alasan lain mengapa frasa seperti ini tidak berhasil adalah karena konteksnya berada di luar pemahaman anak-anak.

Anak-anak tidak mampu berpikir visioner seperti orang dewasa. Itulah yang membuat mereka menjadi anak-anak.

Apa yang dikatakan orang tua sebagai gantinya, sebaiknya adalah:

  • Dorong mereka: "Kamu belum menguasai [melakukan X], tetapi kamu bisa menjadi lebih baik dalam hal itu. Lihat seberapa jauh kamu telah maju!"
  • Nanti mereka melihat sisi positif: "Ya, [melakukan X] memang sulit. Tetapi jika kamu terus berlatih, kamu akan lebih percaya diri bahwa kamu dapat menghadapi tantangan masa depan seperti ini, dan kamu akan merasa sangat baik."
  • Jangan jadikan sekolah sebagai satu-satunya hal yang penting: "Ibu tahu [kelas X] memang sulit, tapi Ibu senang kamu belajar keras di kelas bisbol - dan Ibu yakin kamu bisa belajar keras di kelas jika kamu juga berusaha sama kerasnya".

2. "Tugasku adalah menjagamu tetap aman."

Seiring bertambahnya usia dan memasuki sekolah menengah pertama atau atas, menjaga anak-anak tetap aman adalah tugas yang tidak dapat dilakukan dengan sukses. Orang tua tidak selalu bisa bersama anak-anak dan tidak dapat melacak setiap gerakan mereka.

Ketika anak-anak berpikir bahwa tugas orang tualah untuk menjaga mereka tetap aman, dan bukan tugas mereka, maka mereka bisa cenderung berperilaku sembrono. Anak-anak akan berpikir selalu ada jaring pengaman padahal sebenarnya tidak selalu demikian.

Sehingga, ada saatnya orang tua perlu mengatakan tidak dan menjelaskan risiko yang membuat orang tua merasa tidak nyaman terhadap mereka.

Apa yang dapat dilakukan/dikatakan oleh orang tua yang sebagai gantinya adalah:

  • Jelaskan kekhawatiran dengan tenang: "Ayah/Ibu tidak merasa nyaman dengan ini, dan inilah alasannya..."
  • Biarkan mereka melakukan kesalahan. Dengan hati-hati biarkan anak-anak Anda mempelajari pelajaran yang sulit sendiri, baru kemudian membicarakannya dengan mereka setelah kejadian.
  • Bicarakan tentang bahaya yang dirasakan bersama: "Saya punya beberapa kekhawatiran tentang [X], tetapi saya juga membayangkan Anda punya ide yang berbeda di benak Anda. Bisakah Anda memberi tahu saya bagaimana Anda akan menangani hal-hal jika [X] memburuk, sehingga kita berdua merasa nyaman?"

3. "Ayah menghukummu karena kamu harus belajar bahwa perilaku ini tidak dapat diterima."

Memberlakukan hukuman mungkin membantu orang tua merasa memiliki kendali, tetapi penelitian menunjukkan hal itu tidak hanya merusak hubungan dengan anak, tetapi juga merupakan alat yang tidak efektif untuk mengubah perilaku.

Meskipun hukuman dapat menghentikan kemarahan untuk sementara, hukuman tidak mendorong perilaku positif atau mengajari anak-anak apa yang harus dilakukan. Ditambah lagi, semakin banyak orang tua mengancam, semakin banyak anak berbohong dan menyembunyikan masalah yang mungkin mereka perlukan bantuan.

Apa yang dilakukan/dikatakan orang tua yang sebagai gantinya:

  • Jika anak-anak tidak ingin mendengar pendapat orang tua, jangan memaksakannya. Tujuannya adalah untuk mengajar, yang hanya terjadi saat mereka benar-benar mendengarkan.
  • Jika orang tua berkomunikasi dengan penuh rasa hormat, anak-anak akan lebih mungkin mendatangi di lain waktu: "Ayah merasa sangat kesal dengan apa yang baru saja terjadi dan ayah rasa kamu juga akan merasa kesal. Bisakah kita bicara nanti tentang cara mendapatkan hasil yang lebih baik jika hal ini terjadi lagi?"
  • Berdialog dengan mereka, bukan sekadar menyampaikan sesuatu kepada mereka: "Saya ingin kamu tahu bahwa saya tidak setuju dengan apa yang kamu lakukan, tetapi saya benar-benar ingin memahami apa yang kamu alami."
  • Bahas konsekuensinya terlebih dahulu, dan pastikan kedua pihak setuju. Bersikaplah spesifik, strategis, dan masuk akal.

4. "Kamu menghabiskan terlalu banyak waktu di ponselmu."

Masalah dengan pernyataan ini adalah pernyataan ini tidak menghargai cara anak-anak menjalani kehidupan sosial mereka, dunia yang terlihat sangat berbeda dari dunia orang tua.

Media sosial dan permainan adalah versi dari saling berkirim catatan dan mengunjungi pusat permainan yang sangat berperan di masa ketika orang tua masih muda. Sebagaimana anak-anak, orang tua pun tidak akan menerima saran dari seseorang yang menyarankan untuk menghentikan sesuatu yang sebenarnya bagian dari kehidupannya.

Apa yang dikatakan oleh orang tua sebagai gantinya sebaiknya:

  • Tanyakan tentang permainan yang mereka mainkan, orang yang mereka ikuti, acara yang mereka tonton, buku yang mereka baca, dan ikutlah bersama mereka, setidaknya beberapa kali. Berikan mereka alasan untuk tidak menggunakan ponsel: "Saya perhatikan kamu tidak menghabiskan waktu bersama kami sejak pulang sekolah. Kamu mau ke perpustakaan dan memilih buku baru?"
  • Lebih sering bimbing mereka daripada mengawasi: "Berapa banyak waktu lagi yang kamu perlukan untuk menyelesaikan apa yang sedang kamu lakukan? Ayah/ibu tidak ingin menghentikanmu [melakukan hal X], tetapi saya juga ingin kamu menggunakan ponsel dengan cara yang seimbang."



(nah/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads