Dear Ortu, Hindari 4 Kalimat Ini jika Ingin Anak Sukses!

ADVERTISEMENT

Dear Ortu, Hindari 4 Kalimat Ini jika Ingin Anak Sukses!

Novia Aisyah - detikEdu
Sabtu, 19 Jul 2025 10:00 WIB
Ilustrasi authoritative parenting
Ilustrasi parenting. Foto: Getty Images/iStockphoto/Iam Anupong
Jakarta -

Apa sih rahasia anak sukses? Tentunya ada banyak orang tua yang menginginkan anaknya sukses. Namun, mungkin tidak banyak yang tahu rahasianya.

Penulis sekaligus pakar pengasuhan anak asal Amerika Serikat (AS), Margot Machol Bisnow melakukan penelitian terkait pengasuhan orang tua yang anak-anaknya sukses saat dewasa. Ia mewawancarai 70 orang tua yang sukses membesarkan anak-anaknya menjadi sosok sukses di bidang masing-masing.

Melalui studinya yang bertajuk "Raising an Entrepreneur", Bisnow mendapati komunikasi orang tua dan anak berperan penting dalam mencapai kesuksesan, apalagi jika dibina sedini mungkin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Studi mengatakan membangun komunikasi yang tepat amatlah penting, khususnya jika dimulai ketika anak-anak berada pada usia emas (golden age) atau dari usia 0-5 tahun dan berlanjut sampai masa sekolah.

Semua pengalaman pertama pada masa tersebut akan terekam kuat di alam bawah sadar mereka. Saat anak-anak sudah mulai memahami dan dapat diajak berkomunikasi dengan baik, maka ini saat yang pas bagi orang tua untuk membentuk karakternya.

ADVERTISEMENT

Bisnow menemukan melalui penelitiannya, orang tua dengan anak yang sukses tidak pernah mengatakan empat kalimat tertentu.

4 Kalimat yang Tak Boleh Diucapkan Ortu ke Anak

Supaya anak sukses, ini beberapa kalimat yang tidak boleh dikatakan, seperti dikutip dari laman CNBC International.

1. "Ayah-ibu akan memberi uang, apabila kamu dapat nilai bagus"

Orang tua perlu paham, anak-anak tidak akan bahagia apabila melalui suatu hal yang tidak disukainya. Saat dipaksa dengan penghargaan yang berlebihan, maka mereka akan mencoba pada batas minimalnya dan tidak akan bekerja keras.

Kalimat ini memperlihatkan orang tua hanya fokus pada prestasi dan nilai anak, tetapi tidak pada potensi mereka yang sesungguhnya. Dukungan dan rasa percaya supaya anak dapat menjalani apa yang mereka suka, justru dapat mendukung pertumbuhan menjadi pribadi yang utuh dan mempunyai nilai positif.

Apa yang paling penting sebenarnya adalah memberikan pemahaman kepada anak dalam segala aspek. Sebagai contoh, penting bagi orang tua memberikan pemahaman soal nilai uang; kegunaan uang saku; dan memberikan fasilitas bagi anak untuk menabung.

Walaupun tidak ada orang tua maupun anak yang sempurna, tetapi orang tua dapat belajar dari memberikan pengertian kepada anak; melatih rasa tanggung jawab; dan menumbuhkan percaya diri seiring bertambahnya usia.

2. "Ayah/ibu akan menambah uang sakumu agar kamu bisa membeli apa pun yang kamu mau"

Orang tua yang menjadi narasumber Bisnow berasal dari latar belakang sosial berbeda-beda. Meski begitu, satu hal yang niscaya adalah, mereka mengajarkan nilai uang kepada anak-anaknya.

Orang tua yang terlalu memanjakan anaknya dengan uang, dapat menimbulkan dampak negatif. Pasalnya, anak secara tak langsung tidak belajar tentang konsep dan sikap bertanggung jawab.

Anak yang biasa dimanja dapat menjadi malas, tidak termotivasi, dan mudah menuntut. Mereka akan marah apabila keinginannya tidak terpenuhi.

Oleh karena itu, mereka akan tumbuh tanpa kematangan emosional yang cukup dan kesulitan saat mengatasi masalah saat tidak ada orang tua yang membantu mereka.

3. "Ayah/ibu tidak percaya kamu, jadi kami cek PR kamu dan memperbaikinya jika ada yang salah"

Orang tua ingin anak-anak mereka bertanggung jawab, mampu menyelesaikan masalah, belajar dari kesalahan, dan lebih percaya diri. Hal ini tidak bisa tercapai apabila orang tua tidak mempercayai anak.

Dari sudut pandang anak, mempunyai orang tua yang percaya pada kemampuan mereka dan mendukung adalah hal yang sulit didapat. Ini contohnya dialami pendiri sebuah perusahaan teknologi bernama Mutual Mobile, John Arrow.

Saat masih kelas lima SD ia bersama teman-temannya menulis surat kabar sekolah yang langsung habis terjual. Sayangnya mereka gagal mengecek fakta.

Mengetahui hal ini, kepala sekolah mereka marah dan orang tua dipanggil. Orang tua Arrow justru menampakkan sikap berbeda.

Orang tua Arrow tertawa dan menyuruh anaknya memperbaiki kesalahan. Dengan menceritakan ini, maka jadi bukti memori dan sikap orang tua akan tertanam dalam ingatan anak.

"Mengetahui orang tua saya akan mendukung saya, bahkan ketika pihak sekolah menentang saya, membuat saya bekerja lebih keras untuk menunjukkan kepada mereka bahwa mereka sudah membuatkan keputusan yang benar karena mempercayai saya," ungkapnya.

4. "Tidak boleh main sepulang sekolah hingga nilaimu naik"

Meski orang tua memiliki otoritas yang besar saat di rumah, larangan dan ancaman dapat membuat mereka dianggap tidak memahami keinginan anak hingga memaksakan kehendak.

Orang tua mesti memahami setiap anak punya ciri khas masing-masing. Orang tua perlu paham tidak semua anak bisa sukses di bidang akademik.

Maka dari itu, orang tua harusnya dapat mendukung keinginan anak dengan tetap membuat aturan dan kesepakatan. Dengan begitu, anak mempunyai kesempatan belajar dan bermain, bahkan mengenali konsep tanggung jawab dan mengambil keputusan.




(nah/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads