Kepala Stasiun Meteorologi Yogyakarta, Warjono mengungkap potensi cuaca ekstrem akibat shearline yang terpantau di sebagian besar daerah Jawa, khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem berupa hujan sedang-lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang pada periode tiga hari ke depan," katanya dikutip dari Kantor Berita Antara, Selasa (11/3/2025).
Cuaca ekstrem ini diprediksi terjadi di Yogyakarta selama 9 sampai 11 Maret 2025. Bentuk cuaca ekstrem tersebut berupa hujan sedang hingga hujan lebat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi cuaca ekstrem dipengaruhi juga oleh munculnya bibit siklonik 90B di Samudera Hindia tepatnya di sebelah barat Sumatera. Selain itu juga adanya pola siklonik di sekitar perairan barat daya Sumatera.
Seperti apa bentuk fenomena shearline tersebut? Dan apa dampak lainnya?
Penjelasan tentang Fenomena Shearline
Secara sederhana, arti shearline adalah belokan angin sebagaimana dijelaskan oleh Mega Fitriyawita dkk dalam jurnal berjudul "Hubungan Pola Garis Arus Angin (Streamline) dengan Distribusi Hujan di Kalimantan Barat".
Fenomena shearline berkaitan dengan daerah berkumpulnya massa udara. Daerah tersebut memicu pertumbuhan awan-awan penyebab cuaca buruk.
Adanya shearline mengakibatkan massa udara berkumpul di sekitar lokasi shearline sehingga memicu aktivitas konvektif pembentukan awan-awan hujan.
Mengutip Encyclopedia Britannica, belokan angin ini bisa diamati baik di dekat tanah maupun di aliran jet, yang mungkin terkait dengan turbulensi udara bersih.
Dampak Fenomena Shearline
Warjono mengatakan dampak fenomena shearline dapat menimbulkan berbagai bencana hidrometeorologi. Contohnya puting beliung, pohon tumbang, tanah longsor, banjir atau petir.
Belokan angin yang terjadi secara vertikal dapat menyebabkan turbulensi terkait perpindahan momentum, panas, dan uap air. Mengutip laman BMKG, shearline yang disertai sirkulasi eddy dan pertemuan massa udara dapat membuat kondisi atmosfer tidak stabil.
Tidak stabilnya kondisi atmosfer di atas wilayah tertentu memicu pertumbuhan awan-awan konvektif seperti Cumulonimbus. Awan tersebut memicu hujan.
Khusus bagi DIY, Warjono mengatakan profil vertikal kelembaban udara terkini ada di ketinggian 1,5 - 5,0 kilometer (km) (level 850 - 500 mb) cukup basah sebesar 60 - 90 persen. Kondisi tersebut dapat memicu pertumbuhan awan hujan.
Secara waktu, Warjono mengatakan potensi hujan sedang hingga lebat bisa terjadi pada 11 Maret 2025 di di Kota Yogyakarta, Sleman, Bantul bagian utara hingga tengah, Kulon Progo, dan Gunungkidul.
Dengan adanya kemunculan fenomena shearline, Pemerintah DIY memperpanjang status siaga darurat bencana hidrometeorologi. Status tersebut berlanjut hingga 8 April 2025.
(cyu/cyu)