Waspada Cuaca Ekstrem di Sulut Periode Arus Balik Lebaran 2025

Waspada Cuaca Ekstrem di Sulut Periode Arus Balik Lebaran 2025

Abadi Tamrin - detikSulsel
Jumat, 04 Apr 2025 17:00 WIB
Ilustrasi cuaca ekstrem (Herianto Batubara/detikcom)
Foto: Ilustrasi cuaca ekstrem (Herianto Batubara/detikcom)
Manado -

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi adanya cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Sulawesi Utara (Sulut) pada 4-7 April atau periode arus balik Lebaran 2025. Berikut wilayah yang berpotensi terdampak.

"Waspada potensi bencana hidrometeorologi tanggal 4 April 2025-7 April 2025," kata Kepala Stasiun Metereologi Sam Ratulangi Manado, Dhira Utama dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Jumat (4/4/2025).

Dhira mengatakan, berdasarkan analisa kondisi dinamika atmosfer, terpantau berbagai fenomena atmosfer yang mempengaruhi cuaca di wilayah Sulut. Antara lain nilai anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) menunjukkan anomali negatif dan spasial Gelombang Low Frequency yang cenderung persisten.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, turut diikuti dengan Rossby Ekuatorial yang bergerak melintasi bagian Utara wilayah Sulut turut memperkuat peningkatan aktivitas konvektif. Adapun faktor penunjang lain yaitu terbentuknya pola belokan angin (shearline) akibat adanya Sirkulasi Siklonik di perairan Utara Maluku Utara. Hal tersebut membuat kondisi lokal akibat labilitas atmosfer dalam kondisi labil dan kelembaban udara yang tinggi hingga lapisan atas mendukung pertumbuhan awan-awan hujan semakin intens.

"Kombinasi dari fenomena-fenomena tersebut membentuk kondisi atmosfer yang mendukung terjadinya hujan dengan intensitas sedang lebat dalam durasi yang lama disertai kilat/petir dan angin kencang," kata Dhira.

ADVERTISEMENT

Adapun daerah yang terdampak yakni Manado, Bitung, Tomohon, Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Kepulauan Sitaro, Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Talaud. BMKG pun mengimbau warga dan pemerintah di Sulut untuk meningkatkan kewaspadaan.

"Kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap peningkatan curah hujan dan angin kencang sebagai tindakan antisipasi bencana hidrometeorologi (genangan air, banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang) terlebih khusus untuk daerah bertopografi curam/bergunung/tebing atau rawan longsor dan banjir," jelasnya.




(ata/hmw)

Hide Ads