Prediksi Cuaca Ekstrem Menurut BMKG, Cermati Waktu dan Wilayahnya!

ADVERTISEMENT

Prediksi Cuaca Ekstrem Menurut BMKG, Cermati Waktu dan Wilayahnya!

Novia Aisyah - detikEdu
Rabu, 05 Mar 2025 14:00 WIB
BMKG mengungkapkan, dalam sepekan terakhir, tercatat curah hujan sangat lebat hingga ekstrem terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada.
Potensi cuaca ekstrem. Foto: Andhika Prasetia
Jakarta -

Intensitas curah hujan yang tinggi berbuntut banjir, jembatan putus, hingga tanah longsor terjadi di sejumlah wilayah di Jabodetabek.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan berdasarkan analisis peringatan dini cuaca ekstrem, tren puncak hujan akan terjadi pada dasarian ke-2 Maret 2024.

"Update hasil analisis untuk 10 hari ke-2 dan ke-3 di bulan Maret, tren puncaknya di 10 hari ke 2, mulai tanggal 11-20 Maret. Curah hujan yang tertinggi yang hijau tua mencapai 300mm dalam 10 hari," kata Dwikorita dalam rapat koordinasi daring bersama Menko PMK, Kepala BASARNAS, Kalaksa BPBD, dan Pemda se-Jabodetabek pada Selasa (4/3/2025), dikutip dari laman resmi BMKG.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Makin muda masih tinggi, yang kuning menengah 100 mm dalam 10 hari, ini termasuk potensi ekstrem terutama yang hijau, dan hijau ini masih dipuncak sehingga ke arah atas, nanti akan menggelontornya ke bawah meskipun yang di bawah kuning sampai coklat kategorinya menengah masih 10 mm dalam 10 hari," lanjut Kepala BMKG.

Potensi Hujan Tinggi hingga 11 Maret 2025

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto sebelumnya juga mengatakan, BMKG memprediksi pada 4-11 Maret 2025 masih berpotensi hujan dengan intensitas tinggi di sejumlah wilayah di Indonesia, khususnya di bagian barat dan Kepulauan Papua.

ADVERTISEMENT

Beberapa gelombang atmosfer seperti Rossby Ekuatorial, Kelvin, dan Low Frequency diperkirakan tetap aktif di sebagian besar Sumatera, Jawa bagian barat, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, dan Kepulauan Papua. Fenomena atmosfer ini mengakibatkan peningkatan pertumbuhan awan hujan dengan intensitas bervariasi di wilayah-wilayah ini.

"Curah hujan tinggi masih berpotensi terjadi dan perlu diwaspadai, terutama di wilayah-wilayah yang rentan terdampak cuaca ekstrem," kata Guswanto melalui keterangan tertulis BMKG pada Selasa (4/3/2025).

BMKG turut mendeteksi daerah perlambatan kecepatan angin atau konvergensi yang memanjang dari pesisir timur Riau hingga Kepulauan Riau, dari Sumatera Barat-Sumatera Selatan, Samudra Hindia selatan Jawa Timur-selatan Jawa Barat, Kalimantan Timur-Kalimantan Selatan, serta dari Laut Sulawesi-Kalimantan Timur.

Perlambatan kecepatan angin tersebut berpotensi memicu peningkatan hujan di wilayah-wilayah yang disebutkan sekaligus berdampak pada aktivitas masyarakat pesisir dan maritim.

Kemudian berdasarkan analisis labilitas lokal, ada potensi signifikan perkembangan awan konvektif di berbagai wilayah termasuk Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, NTT, dan hampir hampir semua wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Labilitas lokal tersebut berkontribusi pada proses pembentukan awan hujan, khususnya pada siang hingga sore atau malam hari.

"Dengan meningkatnya aktivitas atmosfer ini, BMKG mengimbau masyarakat di wilayah terdampak untuk tetap waspada terhadap potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat, angin kencang, hingga kemungkinan banjir di daerah rawan. Pemantauan cuaca secara berkala sangat penting untuk mengantisipasi dampak dari dinamika atmosfer yang terus berkembang," imbau Guswanto.

La Nina Lemah Tingkatkan Intensitas Hujan Maret-April

Sebelumnya pada rapat koordinasi persiapan mudik Lebaran, Kepala BMKG mengatakan fenomena La Nina lemah diperkirakan masih berlangsung sampai Mei 2025. Fenomena ini berpotensi meningkatkan intensitas hujan di berbagai wilayah khususnya pada Maret-April 2025. Curah hujan diprediksi kategori menengah hingga tinggi.

Namun, beberapa daerah juga berpotensi mengalami hujan lebat dengan petir dan angin kencang.

Di samping itu, ada pengaruh aktivitas gelombang ekuator dan Madden-Julian Oscillation (MJO) yang terlihat mulai Maret. Berdasarkan analisis BMKG, fenomena ini berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan hujan, khususnya di Sumatera bagian utara dan akan bergerak ke barat dan tengah Indonesia sampai pertengahan Maret.

Maret-April sendiri adalah masa pancaroba atau transisi dari musim hujan ke musim kemarau. Masa ini ditandai dengan cuaca ekstrem seperti hujan lebat dengan durasi singkat, petir, angin kencang, dan kemungkinan juga angin puting beliung dan hujan es di beberapa wilayah.




(nah/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads