Pernah Baca Pesan Diakhiri Titik 'Seperti. Ini.'? Kata Studi, Bikin Terasa Intens

ADVERTISEMENT

Pernah Baca Pesan Diakhiri Titik 'Seperti. Ini.'? Kata Studi, Bikin Terasa Intens

Novia Aisyah - detikEdu
Senin, 24 Feb 2025 17:30 WIB
3d rendering of Chat Speech Bubble on Smart Phone Screen.
Semua orang punya cara menulis pesan yang berbeda-beda. Sebagian orang suka memberi titik di tiap kata seperti. ini. contohnya. Foto: Getty Images/akinbostanci
Jakarta -

Detikers tentu pernah membaca pesan seseorang dengan gaya ketikan chat menggunakan titik di akhir satu kata saja, misalnya seperti "oke." atau "sudah. bisa.".

Sedikit terasa lebih intens, bukan?

Textism yang Dapat Menyampaikan Emosi dan Intensitas

Menurut penelitian dari Binghamton University, State University of New York baru-baru ini, textism semacam ini dapat menyampaikan emosi dan intensitas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Textism adalah gaya bahasa yang digunakan dalam pesan singkat seperti chat atau SMS, seperti singkatan, emoji, dan kata-kata khas chat.

Celia Klin, seorang psikolog di Universitas Binghamton, sebelumnya telah menerbitkan penelitian pada 2015 dan 2017 tentang penyertaan titik setelah teks berisi satu kata, misalnya "oke." atau "ya." atau "tidak.".

ADVERTISEMENT

Alih-alih digunakan secara tata bahasa untuk menunjukkan bahwa sebuah kalimat sudah lengkap, titik yang digunakan setelah satu kata dalam pesan teks dipahami sebagai penggunaan retoris untuk menambah makna, menurut Klin, seperti dikutip dari Phys.org.

Dalam sebuah makalah yang diterbitkan di Frontiers in Psychology, Klin dan mantan mahasiswa pascasarjana Universitas Binghamton Rachel Poirier dan Andrew Cook mempelajari dua textism baru. Mereka meminta sekelompok mahasiswa sarjana untuk meneliti serangkaian pertukaran teks dan menilai seberapa merasa jijik atau sebalnya mereka terhadap pengirim pesan.

Jenis textism pertama adalah penyertaan titik setelah setiap kata yakni: yuck. get. an. exterminator.

Jenis textism kedua menempatkan setiap kata ke dalam gelembung teksnya (chat bubble) sendiri:

No

just

go

Dalam kedua contoh tersebut, textism ini dipahami untuk menambah intensitas emosional pada pesan.

"Pengirim pesan jauh lebih terbatas daripada pembicara dalam menyampaikan informasi sosial dan pragmatis yang penting," kata Klin.

"Textism, seperti tanda baca yang tidak teratur dan kesalahan ejaan yang disengaja, terkadang digunakan untuk menggantikan isyarat multimodal, seperti nada suara dan gerakan, yang tersedia dalam bahasa lisan. Yang terpenting, temuan kami menunjukkan bahwa penerima teks sering menafsirkan textism sebagaimana dimaksudkan, sebagai penyampaian emosi dan intensitas," imbuhnya.

Maknanya Bisa Jadi Beda dalam Konteks Komunikasi Lain

Dalam percakapan lisan, kita mengharapkan pesan dari mitra bicara kita memiliki makna dan tidak random atau acak. Klin mengatakan bahwa kita juga mengharapkan makna yang sama dalam pesan teks.

"Pembaca berasumsi keputusan untuk menyertakan textism seperti menyertakan titik setelah setiap kata atau menempatkan setiap kata dalam gelembung teksnya sendiri adalah sesuatu yang disengaja," kata Klin.

"Artinya, mereka percaya textism disertakan untuk mengomunikasikan makna. Hal ini dapat dipikirkan sehubungan dengan konsep 'kerja emosi'. Penerima teks memahami penyertaan textism memerlukan upaya dan berasumsi upaya ini dilakukan dengan sengaja. Dalam kasus textism yang kami pelajari, upaya tersebut dilakukan untuk menambah intensitas emosional," terangnya.

Klin mengatakan penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menganalisis berbagai faktor yang memengaruhi pemahaman textism. Temuannya mungkin berbeda dalam lingkungan komunikasi yang lebih formal, seperti antara karyawan dan atasan, misalnya.

Ia juga mencatat penelitian ini hanya meneliti teks yang menyampaikan emosi negatif dan berbagai materi yang lebih luas. Karakteristik individu pembaca juga harus diteliti.

Meskipun spekulatif, Klin dan rekan-rekannya menyimpulkan kedua textism yang mereka teliti dipahami oleh pembaca sebagai jeda.




(nah/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads