Ekosistem Berusia 280 Juta Tahun Ditemukan di Pegunungan Alpen, Setua Apa?

ADVERTISEMENT

Ekosistem Berusia 280 Juta Tahun Ditemukan di Pegunungan Alpen, Setua Apa?

Devita Savitri - detikEdu
Minggu, 17 Nov 2024 18:00 WIB
Jejak ekosistem 280 juta tahun lalu ditemukan di Pegunungan Alpen
Foto: (Tangkapan layar via IFL Science)
Jakarta -

Sisa-sisa fosil ekosistem prasejarah lengkap dengan jejak kaki hewan yang telah punah ditemukan secara tidak sengaja di Pegunungan Alpen, Italia. Fosil ini diketahui berasal dari 280 juta tahun yang lalu.

Sedangkan jejak kaki hewan yang tercetak diketahui hidup selama periode Permian. Jauh sebelum dinosaurus muncul pada periode Triassic.

Ditemukan Secara Tidak Sengaja

Fosil ekosistem ini pertama kali ditemukan oleh Claudia Steffensen. Kala itu ia tengah mendaki di sekitar Val d'Ambria, kotamadya Pieteda, Pegunungan Alpen pada ketinggian 1.700 meter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah penemuan tidak sengaja itu, Steffensen menceritakan kepada temannya Elio Della Ferrera, seorang fotografer alam. Ferrera melanjutkan penemuan itu dengan mengirim gambar ke para ilmuwan di Museum Sejarah Alam, Milan.

Sesampainya di museum, para ilmuwan meneruskan gambar tersebut kepada para spesialis di Universitas Pavia Milan dan Institut Leibniz untuk Penelitian Evolusi dan Keanekaragaman Hayati di Berlin. Kedua lembaga penelitian ini mengonfirmasi bahwa itu memang spesimen yang sangat istimewa.

ADVERTISEMENT

Ekosistem berusia 280 juta tahun itu tersemat di lempengan batu pasir. Pada lempengan itu sedikitnya ada lima spesies hewan berbeda yang telah diidentifikasi. Termasuk tetrapoda (reptil dan amfibi) dan invertebrata (serangga dan antropoda).

Paleontologis di Museum Sejarah Alam Milan menyebutkan dinosaurus belum ada saat lempeng itu diinjak para hewan. Jejak kaki terbesar di lempeng itu memiliki panjang mencapai 2-3 meter.

"Dinosaurus belum ada saat itu, tetapi penemu jejak kaki terbesar yang ditemukan di sini pasti masih berukuran cukup besar. Panjangnya mencapai 2-3 meter," kata Dal Sasso dikutip dari IFL Science.

Melengkapi Dal Sasso, peneliti asal Institut Leibniz Lorenzo Marchetti menjelaskan lempeng itu dulunya sedimen yang sangat halus, namun kini membatu.

"Butiran sedimen yang sekarang membatu telah memungkinkan pelestarian detail yang terkadang mengesankan. Seperti jejak ujung jari dan kulit perut beberapa hewan," ucap Marchetti.

Jejak Kehidupan di Fosil Ekosistem 280 Juta Tahun

Jejak ekosistem 280 juta tahun lalu ditemukan di Pegunungan AlpenJejak ekosistem 280 juta tahun lalu ditemukan di Pegunungan Alpen Foto: (Tangkapan layar via IFL Science)

Tidak hanya jejak kaki binatang, batuan tersebut juga mengandung fosil tumbuhan. Seperti dedaunan, serpihan batang, biji, jejak riak ombak dari tepi danau purba, hingga tetesan hujan yang jatuh di lumpur.

Ilmuwan Universitas Pavia, Ausonio Ronchi menjelaskan jejak kaki hewan terbentuk ketika batu tersebut masih berupa pasir dan lumpur yang terendam di air. Tetapi ketika musim berganti, permukaan itu kering dan mengeras karena matahari musim panas.

"Hingga kembalinya air baru tidak menghapus jejak kaki itu. Sebaliknya, (jejak) tertutup dengan tanah liat baru yang membentuk lapisan pelindung," imbuh Ronchi.

Ekosistem yang terpelihara itu berakhir di puncak gunung karena kekuatan geologis planet Bumi yang sangat besar. Pegunungan Alpen mulai terbentuk puluhan juta tahun yang lalu ketika lempeng tektonik Afrika dan Eurasia perlahan saling bertabrakan.

Tabrakan itu menyebabkan lapisan batuan mengendap di dasar Laut Tethys kuno. Batuan itu runtuh menjadi rangkaian pegunungan yang luas.

Pada pegunungan Alpen, relik-relik tersimpan dengan rapi selama ribuan bahkan jutaan tahun. Hingga baru-baru ini penemuan tidak sengaja terjadi karena suhu semakin memanas akibat perubahan iklim.

Saat salju dan es mencair, para ilmuwan bisa mengungkap artefak-artefak dari masa lalu yang telah lama hilang. Kepala Pengawas Arkeologi, Seni Rupa, dan Lanskap untuk provinsi Como, Lecco, Monza-Brianza, Pavia, Sondrio, dan Varese Stefano Rossi menyatakan fosil-fosil ini adalah saksi bisu periode geologi bumi.

Kepunahan di masa itu juga terjadi lantaran tren pemanasan global yang mirip dengan saat ini. Dahulu efek rumah kaca juga meningkat disebabkan oleh letusan gunung berapi yang dahsyat.

Mencairnya lapisan es di kutub dan berkembangnya lingkungan tropis yang sangat bergantung pada musim sebenarnya disukai reptil. Tetapi malah menyebabkan kepunahan banyak hewan lainnya.

"Masa lalu punya banyak hal untuk diajarkan kepada kita," tutup Rossi.




(det/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads