Venus merupakan planet kedua di tata surya dan kerap disebut sebagai kembaran Bumi karena ukuran yang mirip dan jaraknya yang dekat. Namun, ternyata ada kemiripan lain yakni Venus dulunya pernah memiliki air seperti Bumi, tapi kemudian hilang. Kenapa?
Dikutip Newsweek, hilangnya air di Venus dijawab dari sebuah laporan yang terbit di jurnal Nature berjudul 'Venus water loss is dominated by HCO+ dissociative recombination'. Bagaimana maksudnya?
Air di Venus Hilang Akibat dari Rekombinasi Disosiatif HCO+
Pada awalnya, Venus memiliki sejumlah air dalam bentuk lautan atau perairan permukaan yang luas, tetapi hilang seiring berjalannya waktu. Venus mengalami efek rumah kaca yang menyebabkan penguapan air permukaan, tekanan atmosfer yang meningkat, dan suhu ekstrem.
Menurut penelitian, semua air yang ada di Venus menguap dari atmosfer melalui reaksi kimia yang disebut rekombinasi disosiatif HCO+.
Lantas apa itu rekombinasi disosiatif HCO+ ?
Rekombinasi disosiatif HCO+ adalah proses dimana ion HCO+ bergabung dengan elektron untuk membentuk karbon monoksida dan atom hidrogen, yang kemudian hilang ke ruang angkasa.
Teori sebelumnya menyatakan bahwa air hilang di Venus disebabkan oleh aliran hidrodinamika dimana menggambarkan gas keluar dari atmosfer planet.
Meskipun demikian, penemuan adanya rekombinasi disosiatif HCO+ ini membantah aliran hidrodinamika yang mampu menghilangkan semua air di Venus, justru rekombinasi disosiatif HCO+ membuat air hilang dua kali lipat dari perkiraan yang dapat aliran hidrodinamis hilangkan.
Dalam rekombinasi disosiatif, ion positif HCO+ akan bercampur dengan air dan membentuk molekul bermuatan positif, karena unsur-unsur yang berlawanan saling menarik maka molekul akan menarik elektron yang bermuatan negatif dan keduanya akan bergabung.
Setelah bergabung, molekul yang dihasilkan memiliki terlalu banyak energi untuk tetap bersatu sehingga molekul tersebut terpecah. Hidrogen kemudian akan lepas dari atmosfer planet karena memperoleh terlalu banyak energi dari penggabungan dan pemisahan.
"Proses ini hampir dua kali lipat laju pelarian H Venus, dan akibatnya, jumlah gas air vulkanik yang keluar atau tumpahan impak yang diperlukan untuk menjaga kelimpahan air atmosfer saat ini menjadi dua kali lipat. Laju kehilangan yang lebih tinggi ini mengatasi kesulitan yang sudah lama ada, menjelaskan kelimpahan dan rasio isotop air Venus yang diukur secara bersamaan, dan dapat mempercepat pengeringan dalam skenario spekulatif lautan terakhir," tulis para peneliti dalam makalah tersebut.
Keadaan Venus Sekarang
Venus merupakan planet kedua dari matahari yang memiliki atmosfer tebal yang sebagian besar terdiri dari karbon dioksida dengan awan asam sulfat.
Atmosfernya jauh lebih padat dan lebih panas daripada Bumi dengan tekanan atmosfer di permukaan sekitar 92 kali tekanan atmosfer Bumi setara dengan kedalaman 3.000 kaki di bawah air planet kita.
Sebagian besar planet Venus memiliki wilayah berbatu yang tandus dan tertutup lapisan debu belerang, dan terdapat ribuan gunung berapi, beberapa di antaranya mungkin masih aktif.
Seorang profesor astrobiologi dan geologi di Curtin University, Martin van Kranendonk, mengatakan Venus bukanlah tempat yang menyenangkan, logam dapat meleleh dalam hitungan menit dengan suhu rata-rata adalah 867 Β°F.
Demikian itu terjadi karena lebih dekat ke Matahari daripada Bumi sehingga lebih hangat dan memiliki atmosfer super rumah kaca yang terdiri dari 96 persen CO2.
(faz/faz)