Air zamzam ternyata penah hilang sehingga sempat kering dan tak mengalirkan air. Seperti apa ceritanya?
Mengutip buku Al-Bait: Misteri Sejarah Ka'bah dan Hilangnya di Akhir Zaman karya Brilly El-Rasheed, secara turun temurun, pada setiap generasi, ada kabilah yang secara khusus mengurus sumur zamzam. Kabilah Jurhum sebagai imigran dari Negeri Yaman tercatat terakhir kali menguasai zamzam dan kemudian sumur zamzam pun hilang di tangan kabilah ini.
Sejarah Keringnya Air Zamzam
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam catatan sejarah, sumur zamzam pernah tertimbun dan tidak diketahui keberadaannya selama berabad-abad. Ini bukan karena airnya benar-benar kering seperti sungai yang mengering di musim kemarau, tetapi lebih karena faktor tertutup oleh pasir dan reruntuhan.
Sebagian sumber mengatakan Kabilah Jurhum berbuat maksiat di sekitar Ka'bah dan melakukan perbuatan zalim sehingga Allah SWT mengazab mereka dengan menghilangkan sumur zamzam. Allah SWT membuat sumber mata air zamzam mengecil dan sumurnya mengering.
Dalam riwayat sejarah lain menyebut hilangnya sumur zamzam lantaran sengaja ditimbun akibat peperangan antara Jurhum dan Bani Khuza'ah. Sejak saat itu, mata air zamzam hilang. Menurut catatan Prof Muhammad Al-Maliki, sumur zamzam hilang selama lebih dari 500 tahun.
Penemuan Kembali Sumur Zamzam
Air zamzam ditemukan kembali pada masa kakek Rasulullah SAW, yaitu Abdul Muthalib. Dalam sebuah riwayat, Abdul Muthalib mendapatkan petunjuk melalui mimpi berulang kali tentang keberadaan sumur yang hilang tersebut.
Merangkum buku Sejarah Zamzam: Keutamaan dan Keistimewaan yang Jarang Diketahui. Mata Air Surga Obat Segala Penyakit karya Prof Said Muhammad Bakdasy, diriwayatkan oleh Al-Azraqi melalui jalur Ibnu Ishaq dari Ali bin Abi Thalib RA, bahwa ia pernah menyampaikan sebuah hadits tentang zamzam, yaitu ketika Abu Thalib diperintahkan untuk menggali sumur zamzam.
Ia berkata: Abdul Muthallib mengatakan, "Ketika itu sedang tidur di dalam Hijr Ismail, tiba-tiba seseorang menghampiriku dan berkata: Galilah thaybah!" "Apakah itu thaybah?" tanyaku.
Kemudian ia pergi. Aku pun kembali ke tempat tidurku, kembali terlelap di sana. Kemudian ia mendatangiku kembali (di dalam mimpi) dan (lagi-lagi) mengatakan, "Galilah barrah!" "Apakah itu barrah?" tanyaku kembali. Kemudian ia pun pergi lagi.
Keesokan harinya, aku kembali ke tempat tidurku dan terlelap di sana. Tiba-tiba ia datang kembali ke tempat tidurku dan mengatakan, "Galilah zamzam!" "Apakah itu zamzam?" tanyaku. Ia menjawab, "Sumur yang airnya tidak akan pernah habis dan tidak akan kering selama-lamanya. Sumur yang dapat memberi minum jemaah haji yang begitu banyak. Lokasinya ada di dekat sarang semut."
Akhirnya Abdul Muthalib, bersama putranya yang saat itu baru satu, Harits, menggali tanah di dekat Ka'bah. Orang-orang Quraisy sempat mengejek dan melarang, tetapi dia tetap gigih hingga akhirnya muncullah mata air zamzam kembali memancar dengan kuat.
Semenjak itu, sumur zamzam kembali menjadi sumber air utama di Makkah dan dijaga dengan penuh hormat oleh penduduk setempat.
(dvs/iwd)