Bumi Punya Samudra, Benarkah Planet Lain Tidak?

ADVERTISEMENT

Bumi Punya Samudra, Benarkah Planet Lain Tidak?

Trisna Wulandari - detikEdu
Jumat, 10 Mei 2024 10:00 WIB
Foto terbaru Neptunus dari NASA
Apakah benar planet lain tidak punya samudra seperti Bumi? Begini penjelasannya. Foto: Neptunus (NASA)
Jakarta -

Bumi dikenal sebagai satu-satunya planet yang memiliki air di atas permukaan yang luas. Di Bumi, karakteristik ini disebut samudra.

Namun, apakah benar planet lain tidak punya samudra? Pencarian air dalam bentuk cair salah satunya digunakan untuk mengidentifikasi potensi kehidupan di luar Bumi.

Dikutip dari laman Badan Kelautan dan Atmosfer AS (NOAA), sejumlah hasil penelitian menunjukkan planet dan satelit alami planet lain punya samudra. Kendati demikian, hanya Bumi yang secara konsisten memiliki samudra di permukaannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejumlah satelit alami atau bulan pada planet lain di Tata Surya diyakini peneliti punya cadangan air, tetapi di bawah permukaan. Contohnya seperti samudra asin di bulan yang mengorbit Saturnus, Enceladus; dan bulan yang mengorbit Jupiter, Europa. Permukaan samudra ini tertutup lapisan es tebal.

Peneliti menemukan sejumlah semburan air dari Enceladus. Geyser ini mengindikasikan bulan-bulan pada planet lain juga memiliki sumber energi yang memungkinkan laut di bawah es tetap cair. Geyser ini juga mendukung kemungkinkan adanya kehidupan di luar Bumi.

ADVERTISEMENT

Sepempat dari total planet di luar Tata Surya (exoplanet) juga diperkirakan memiliki air dalam bentuk cair. Seperti Enceladus dan Europa, air ini diperkirakan berada di bawah permukaan.

Venus Hampir Tak Punya Air?

Sementara itu, sejumlah planet diperkirakan tidak punya samudra karena kondisi di atmosfer atau di permukaannya. Venus contohnya, diperkirakan tidak punya air karena atom hidrogen di Venus melesat ke ruang angkasa.

Dikutip dari laman University of Colorado at Boulder, peneliti MS Chaffin dan rekan-rekan menjelaskan air di lapis atas atmosfer Venus bercampur dengan karbon dioksida. Percampuran ini menghasilkan molekul HCO+ secara terus menerus.

Di sisi lain, ion-ion tunggal tidak bertahan lama di Venus. Elektron di atmosfer menemukan ion-ion tunggal, melakukan rekombinasi, dan memecah ion tersebut.

Proses yang disebut rekombinasi disosiatif ini membuat atom hidrogen menjauh dari atmosfer Venus dan lepas ke luar angkasa. Rekombinasi ini membuat Venus kehilangan air dua kali lebih banyak setiap hari ketimbang perkiraan sebelumnya.

Kendati demikian, peneliti kini juga coba mencari tanda-tanda kehidupan di planet dan bulan dengan kondisi ekstrem. Sebab, berbagai ekosistem kini ditemukan di tempat-tempat tidak terduga di Bumi, seperti dekat lubang hidrotermal yang sangat panas di dasar laut.




(twu/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads