Profesor Riset BRIN Ungkap Tiga Lokasi Kunci yang Hasilkan Cuaca Ekstrem RI

ADVERTISEMENT

Profesor Riset BRIN Ungkap Tiga Lokasi Kunci yang Hasilkan Cuaca Ekstrem RI

Novia Aisyah - detikEdu
Kamis, 25 Apr 2024 14:00 WIB
Dr Erma Yulihastin
Dr Erma Yulihastin, profesor riset BRIN. Foto: BRIN
Jakarta - Hari ini, Kamis (25/4/2024), BRIN mengukuhkan tiga profesor riset baru, yang di antaranya adalah pakar cuaca dan iklim ekstrem, Dr Erma Yulihastin. Pada orasi pengukuhannya, Erma menyampaikan tajuk "Interaksi antara Atmosfer dan Laut Pemicu Cuaca Ekstrem untuk Meningkatkan Akurasi Prediksi Onset Hujan di Pesisir".

Pada kesempatan ini, Erma ikut mengungkap tiga lokasi di lautan yang dapat menghasilkan cuaca ekstrem di Indonesia. Lokasi yang dimaksud di antaranya Laut Tiongkok Selatan, Samudra Hindia, dan Laut Banda-Maluku.

"Sehingga membutuhkan stasiun pengamatan yang lengkap untuk memantau cuaca ekstrem yaitu di Natuna, Bengkulu, Pameungpeuk, dan maluku," jelasnya dalam Sidang Terbuka Pengukuhan Profesor Riset, disiarkan melalui YouTube BRIN, Kamis (25/4/2024).

"Model prediksi cuaca numerik skala meso resolusi tinggi terbukti mampu menangkap berbagai fenomena cuaca ekstrem, baik yang berupa hujan dini hari, squall line, MCC, serta bibit siklon tropis," lanjutnya.

Menurut Erma, mengubah input suhu permukaan laut ke dalam model prediksi cuaca numerik menjadi solusi untuk akurasi onset kenaikan hujan ekstrem. Dalam keterangan sebelumnya, mengatakan salah satu penyebab model global mempunyai bias prediksi hujan terbesar di wilayah Indonesia adalah komposisi wilayah laut dan darat serta distribusi topografinya yang kompleks.

Erma mengatakan pengembangan metode kopel model antara komponen atmosfer dan laut berguna untuk memperbaiki prediksi onset hujan ekstrem berbasis model dinamik skala meso. Metode tersebut selanjutnya disebut Sistem Pendukung Keputusan Numerical-based Atmosphere-ocean prediction and Knowledge Using deep Learning Artificial Intelligence (NAKULA).

Selain Erma, BRIN turut mengukuhkan dua profesor riset lainnya yaitu Dr Isnaeni dan Muhammad Reza Cordova. Isnaeni merupakan pakar bidang optik yang secara konsistem meneliti efisiensi energi listrik dan pencemaran lingkungan, dengan menghadirkan quantum dots karbon sebagai solusi.

Sementara, Muhammad Reza Cordova yang merupakan pakar pencemaran laut mengungkap berdasarkan risetnya, Indonesia menghasilkan sampah plastik laut lebih kecil dua hingga enam kali dari klaim modelling secara global. Padahal, Indonesia dianggap sebagai penghasil sampah plastik laut terbesar kedua di dunia.


(nah/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads