Majelis Profesor Riset hari ini, Jumat (25/4/2024) melaksanakan sidang terbuka untuk mengukuhkan profesor riset dalam organisasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Profesor riset di Indonesia merupakan posisi akademik tertinggi di lembaga pendidikan tinggi atau institusi riset, khususnya BRIN.
"Status sebagai profesor riset harus ditunjukkan dengan kinerja yg semakin andal," ucap Wakil kepala BRIN, Dr Ir Amarulla Octavian, MSc, DESD, ASEAN Eng dalam sambutannya pada upacara pengukuhan profesor riset, disiarkan melalui kanal YouTube BRIN Indonesia, Kamis (25/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Amarulla memberikan beberapa penekanan. Pertama, profesor riset harus mampu melakukan riset yang berkualitas dan berkontribusi bagi pengetahuan dan kepakaran terkait.
"Kedua, mampu membimbing periset lain, baik di BRIN maupun di universitas, ataupun para mahasiswa," jelasnya.
"Ketiga, mampu memberikan ide, masukan, dan strategi dalam mengembangkan kebijakan riset dan inovasi, baik di bidang kepakaran yang bersangkutan ataupun manajerial," imbuhnya.
Keempat, Amarulla berpesan agar para profesor riset mampu melakukan kolaborasi baik sebagai mitra nasional ataupun global. Terakhir, dia meminta para profesor riset untuk berperan aktif tidak hanya dalam lingkup organisasi, tetapi juga secara luas sebagai pengabdian kepada masyarakat.
3 Sosok Profesor Riset
1. Dr Isnaeni, SSi, MSi (Kepakaran Optik)
Isnaeni lahir di Medan, 10 februari 1978. Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 2/M Tahun 2023, Isnaeni diangkat sebagai Peneliti Ahli Utama BRIN terhitung 9 Januari 2023.
Isnaeni menamatkan sekolah dasar di SDN 06 Pagi Kapuk, Jakarta Barat pada 1990. Lalu jenjang berikutnya di SMP 201 Jakarta Barat pada 1993, dan SMAN 56 Jakarta Barat pada 1996.
Isnaeni memperoleh gelar sarjana bidang fisika dari Institut Pertanian Bogor pada 2000, gelar master dari University of Queensland Australia 2006, dan gelar doktor di Korea Advance Institute of Science and Technology Korea Selatan pada 2012.
Isnaeni menghasilkan 141 karya tulis ilmiah, baik yang ditulis sendiri ataupun dengan penulis lain. Karya yang telah ia ciptakan dalam bentuk buku, jurnal, prosiding, dan paten. Sebanyak 110 di antaranya ditulis dalam bahasa Inggris.
2. Dr Erma Yulihastin (Kepakaran Cuaca dan Iklim Ekstrem)
Erma Yulihastin lahir di Lamongan pada 4 Juli 1979. Pendidikan sekolah dasar hingga SMA diselesaikan olehnya di Lamongan, Jawa Timur.
Erma tamat dari SDN Pangkatrejo pada 1991, lalu SMPN Sekaran pada 1994, dan SMAN 2 Lamongan pada 1997. Berikutnya, Erma memperoleh gelar sarjana geofisika dan meteorologi dari ITB pada 2002, gelar magister sains kebumian dari ITB juga pada 2014, serta gelar doktor bidang sains atmosfer dari ITB pada 2020.
Erma telah menghasilkan 55 karya tulis ilmiah dan 46 artikel ilmiah populer, baik yang ditulis sendiri ataupun bersama penulis lain dalam bentuk buku, jurnal, dan prosiding.
Terdapat 41 karya tulis ilmiah yang telah ditulisnya dalam bahasa Inggris, dengan 13 di antaranya diterbitkan dalam jurnal internasional bereputasi menengah dan tinggi.
Terdapat 6 karya tulis ilmiah yang ditulis dalam bahasa Indonesia, 1 paten, dan 3 produk inovasi purwarupa dalam tahap implementasi untuk wilayah Indonesia.
3. Muhammad Reza Cordova, MSi, PhD (Kepakaran Pencemaran Laut)
Muhammad Reza Cordova lahir di Bogor pada 3 November 1986. Kandidat profesor riset termuda itu menamatkan sekolah dasar di SDN Bangka III, Bogor pada 1998, lalu di SMPN IV Bogor pada 2001, dan SMAN 3 Bogor pada 2004.
Reza Cordova memperoleh gelar sarjana perikanan dari Institut Pertanian Bogor pada 2008, gelar magister sains dari kampus yang sama pada 2011, dan gelar doktor bidang aquatic biosciences dari Tokyo University of Agriculture pada 2001.
Reza Cordova telah menghasilkan 87 karya tulis ilmiah, baik yang ditulis sendiri maupun bersama penulis lain dalam bentuk buku, jurnal, dan prosiding. Terdapat 60 karya tulis yang ditulis dalam bahasa Inggris. Selain itu, ia sudah menghasilkan 2 paten terdaftar.
(nah/nwk)