Bagaimana Cara Hewan Liar Bertahan Hidup di Suhu Dingin Kutub?

ADVERTISEMENT

Bagaimana Cara Hewan Liar Bertahan Hidup di Suhu Dingin Kutub?

Devita Savitri - detikEdu
Senin, 15 Apr 2024 13:00 WIB
Perubahan iklim berdampak pada ancaman kepunahan bagi beruang kutub. Hewan karnivora itu dibayangi ancaman kepunahan pada 2100 imbas es yang kian susut di kutub
Begini berbagai cara hewan liar hadapi cuaca dingin kutub. Foto: Getty Images
Jakarta -

Seperti manusia, hewan liar bisa terkena radang dingin, hipotermia, hingga kematian ketika suhu mencapai titik dingin ekstrem. Tidak hanya itu, mereka juga merasakan proses menggigil agar tubuh bisa melakukan proses pemanasan.

Hal ini bisa terjadi karena mekanisme sistem saraf untuk merasakan kisaran suhu hampir sama pada semua vertebrata (hewan bertulang belakang). Termasuk juga manusia.

Menariknya ambang batas penginderaan suhu dapat bervariasi tergantung pada fisiologi masing-masing hewan. Mereka memiliki trik tersendiri agar bisa bertahan hidup di cuaca dingin ekstrem.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana caranya? Berikut ini penjelasan lengkapnya dikutip dari Animal How Stuff Works.

Hewan Liar Alami Mati Suri

Diketahui banyak hewan endotermik iklim dingin mengalami mati suri (torpor) atau sebuah kondisi aktivitas fisiologis rendah pada hewan yang ditandai dengan berkurangnya suhu tubuh dan laju metabolisme. Dengan mati suri, mereka mampu mengatur suhu tubuh secara internal dan membiarkan lingkungan mempengaruhinya.

ADVERTISEMENT

Para ilmuwan juga menganggap kondisi ini dengan "heterotermik". Dalam kondisi sulit, fleksibilitas ini memberikan keuntungan dengan suhu tubuh yang lebih rendah bahkan di bawah titik beku (0 derajat Celcius).

Ketika hewan mengalami mati suri, tingkat metabolismenya menjadi lebih rendah sehingga kebutuhan energi dan makanan ikut berkurang. Bagi satwa liar yang bertubuh lebih kecil seperti hewan pengerat dan kelelawar, mati suri memiliki manfaat konservasi energi.

Mereka secara alami akan kehilangan panas lebih cepat karena luas permukaan tubuhnya lebih besar dibandingkan ukuran keseluruhannya. Untuk menjaga suhu tubuh dalam kisaran normal, diperlukan berbagai cara untuk mengeluarkan lebih banyak energi dibandingkan hewan berbadan besar.

Mati suri disebut juga hibernasi dengan waktu yang lebih panjang.

Berbagai Cara Hewan Arungi Cuaca Dingin

Banyak hewan telah mengembangkan perilaku untuk membantu mereka mengatasi hawa dingin dan tentu saja bertahan hidup. Salah satu caranya adalah membuat sarang, menggali tanah, hingga bertengger di dalam rongga pohon.

Selain itu, beberapa hewan juga mengalami perubahan fisiologis saat musim dingin mendekat. Seperti membangun cadangan lemak, menumbuhkan bulu yang letih tebal dan memerangkap lapisan isolasi udara pada kulit di bawah bulu.

Namun, sang pencipta memiliki mekanisme yang luar biasa agar satwa liar tetap bisa bertahan hidup di lingkungan dingin. Mekanisme ini berkaitan dengan kedekatan arteri dan vena di ekstremitasnya (sistem anggota gerak tubuh seperti susunan dari rangka tubuh, otot dan persendian).

Kedekatan ini menciptakan gradien pemanasan dan pendinginan. Saat darah dari jantung mengalir ke jari kaki, kehangatan dari arteri berpindah ke vena dan membawa darah dingin dari jari kaki kembali ke jantung.

Pertukaran panas yang berlawanan ini memungkinkan inti tubuh tetap hangat sekaligus membatasi kehilangan panas saat ekstremitas dingin. Namun tidak terlalu dingin sehingga terjadi kerusakan jaringan.

Sistem efisien ini digunakan oleh banyak burung dan mamalia darat-air bahkan menjelaskan bagaimana pertukaran oksigen terjadi di insang ikan. Tetapi, setiap hewan memiliki senjata rahasianya masing-masing, seperti:

1. Ikan

Ikan bisa tidak membeku meskipun air di atasnya menjadi bongkahan es. Alasannya karena air memiliki kepadatan paling tinggi dalam bentuk cairan.

Sehingga ikan dapat berenang bebas pada suhu yang tidak terlalu beku di bawah permukaan es yang padat.

Selain itu, fisik ikan kekurangan reseptor penginderaan dingin yang dimiliki oleh hewan vertebrata lainnya. Gantinya, mereka memiliki enzim unik yang memungkinkan fungsi fisiologis tetap berlanjut pada suhu yang lebih dingin.

Di daerah kutub, ikan bahkan memiliki "protein anti beku" khusus yang mengikat kristal es dalam darahnya. Sehingga kristalisasi tidak meluas membuatnya mati karena kedinginan.

2. Mamalia dan burung

Mamalia dan burung memiliki jaringan adiposa coklat atau "lemak coklat" yang kaya akan mitokondria (penghasil energi dalam sel). Pada manusia, struktur sel ini dapat melepaskan energi sebagai panas, sehingga kehangatan bisa tercipta tanpa melalui kontraksi otot dan ketidakefisienan energi yang menyebabkan menggigil.

Meskipun memiliki mitokondria yang banyak, hewan juga memiliki kemampuan untuk migrasi yang bisa jadi pilihan. Meskipun hal ini mahal dalam hal biaya energi bagi satwa liar.

Kita mungkin tidak pernah tahu apakah hewan takut terhadap musim dingin, karena sulit untuk mengukur pengalaman subjektif mereka. Namun, satwa liar memiliki beragam strategi yang dapat meningkatkan kemampuan mereka menahan dingin dan memastikan untuk tetap hidup di musim selanjutnya.




(det/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads