Belum lama ini seorang remaja dari Australia dilaporkan telah digigit oleh salah satu hewan paling beracun di dunia dari kelas cephalopoda, yaitu gurita cincin biru. Remaja tersebut adalah Jacob Eggington (18) yang kala itu sedang berenang di Shoalwater Beach dekat Perth, Australia.
Saat kejadian, Eggington tak sengaja mengambil sebuah cangkang yang ternyata berisi spesies gurita cincin biru. Eggington kemudian membawanya ke darat untuk ditunjukkan kepada keluarganya, termasuk keponakannya yang masih bayi.
Namun, saat ia melihat isi cangkang adalah gurita beracun itu, seketika ia menjatuhkannya.
"Begitu dia melihat gurita, dia berteriak sangat keras. Hanya beberapa detik kemudian bayi itu mungkin akan memegangnya," kata Joshua, saudara laki-laki Eggington kepada 7NewsPerth, dikutip Rabu (27/12/2023).
Setelah penemuan itu, Eggington menemukan gigitan kecil tanpa rasa sakit di kakinya. Tak lama setelah itu, ia merasa tidak enak badan dan kemudian dibawa ke rumah sakit untuk dirawat selama lebih dari enam jam. Setelah keluar dari RS, diketahui Eggington akan segera pulih.
Gurita Paling Beracun yang Sangat Berbahaya
Dikutip dari Live Science, gurita cincin biru sendiri adalah kelompok yang terdiri dari empat spesies, seperti gurita cincin biru besar (Hapalochlaena lunulata), cincin biru selatan (Hapalochlaena maculosa), gurita bergaris biru (Hapalochlaena fasciata), dan gurita cincin biru umum (Hapalochlaena nierstraszi).
Gurita cincin biru mengandung tetrodotoxin-neurotoksin, yakni racun yang dapat menyebabkan kelumpuhan sampai kematian pada manusia dalam beberapa menit, bahkan dalam dosis kecil.
Racun tersebut diketahui dapat menghentikan saraf dari sinyal ke otot dengan memblokir saluran ion natrium. Hal itu akan melumpuhkan otot yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan sampai kematian.
Tetrodotoxin tak hanya ditemukan pada gurita ini, tetapi juga pada beberapa kadal air, katak, dan ikan buntal.
Orang yang terkena racun tersebut, dalam waktu antara 20 menit sampai 24 jam akan merasakan otot yang lumpuh sampai meninggal dunia, sebagaimana dijelaskan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
Menurut CDC pula, untuk saat ini masih belum ada obat penawar bagi yang terpapar tetrodotoxin tersebut. Hal yang bisa dilakukan hanyalah memberikan perawatan suportif dan menggunakan ventilator untuk membantu pernafasan.
Racun Keluar dari Tubuh Gurita Saat Terancam
Dilansir dari Australian Institute of Marine Science, racun tetrodotoxin itu diproduksi oleh bakteri simbiosis yang ada di kelenjar ludah gurita cincin biru. Racun tersebut ditemukan di seluruh jaringan gurita dan membuat mereka menjadi hewan paling beracun.
Racun tetrodotoxin akan diproduksi dan keluar dari tubuh gurita, ketika merasa terancam. Gurita cincin biru akan mulai berkedip pada warna cincinnya yang memberi tanda kepada predator untuk berwaspada.
Menurut WebMD, sejauh ini hanya tiga orang yang dilaporkan telah terbunuh oleh racun gurita cincin biru tersebut.
Salah satunya adalah yang terjadi pada bulan Maret lalu, di mana seorang wanita mengalami gigitan sebanyak dua kali di bagian perutnya.
Sama halnya dengan Eggington, wanita tersebut juga menemukan gurita cincin biru ini di dalam cangkang yang ia temukan di pantai dekat Sydney.
Pada tahun 2006, seorang anak laki-laki berusia 4 tahun juga mengalami hal yang sama dan hampir terbunuh setelah digigit ketika di pantai Queensland.
Dilaporkan dari jurnal Clinical Toxicology, bahwa anak tersebut mengalami muntah, penglihatan kabur, dan otot yang lumpuh. Akhirnya ia sembuh total setelah menghabiskan 17 jam di ventilator.
Para ahli memperingatkan bahwa perairan yang hangat selama musim panas merupakan tempat hidupnya para cephalopoda beracun.
"Mereka pandai bersembunyi dalam cangkang yang membuat mereka tidak kelihatan," jelas Jennifer Verduin, ahli kelautan dari University Murdoch di Perth dalam PerthNow.
Baca juga: Gurita Ternyata Bisa Bermimpi Saat Tidur |
Simak Video "Video: Catatan Terkait Wacana Subsidi Layanan Kesehatan Hewan"
(faz/faz)