Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) beri peringatan terkait potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Riau. Status waspada dari potensi karhutla ini akan terus bertahan hingga Awal Agustus 2025.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut potensi karhutla di Riau bisa terjadi karena provinsi itu memulai musim kemarau lebih awal. Puncak musim kemarau di Riau diperkirakan terjadi pada Juli 2025.
"Puncak musim kemarau di Riau berlangsung pada Juli, berbeda dengan mayoritas wilayah Indonesia yang puncaknya terjadi di Agustus. Karena itu, Riau sedang dalam masa paling rawan terjadinya karhutla," katanya pada keterangan tertulis dikutip Kamis (24/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Potensi karhutla di Riau diperkirakan akan memasuki tingkat "sangat tinggi" pada 23-24 Juli 2025. Tingkatan ini akan menurun semestara di 25-26 Juli, namun bisa kembali meningkat di akhir Juli-awal Agustus.
Teknologi Modifikasi Cuaca Disiapkan
Untuk menghadapi hal tersebut, BMKG telah menyiapkan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto menyebut saat ini Indonesia memiliki 6 pesawat untuk operasi TMC.
Keenamnya akan dioptimalkan melakukan penyemaian agar awan hujan bisa tumbuh. Prosesnya dilakukan bersama-sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Kami targetkan bisa menampung air dari 25 hingga 28 Juli. Karena awal Agustus nanti curah hujan kembali menurun," tegasnya.
Sosok yang akrab dipanggil Seto itu menyebut keadaan Tinggi Muka Air Tanah (TMAT) di lahan gambut Riau saat ini mencapai rata-rata 1 meter di bawah permukaan. Dalam seminggu ke depan, pihaknya ingin TMAT bisa naik hingga di atas 40 cm agar lahan tidak mudah terbakar.
Tidak hanya persiapan TMC, BMKG juga terus menganalisis data hotspot secara cermat. Data ini bisa didapatkan melalui sistem satelit dalam negeri seperti SiPongi.
"Tidak "Tidak semua hotspot dari satelit luar negeri itu akurat. Bahkan ada yang hanya akibat refleksi panas permukaan, bukan dari kebakaran lahan," ujar Dwikorita lagi.
"Satelit SiPongi lebih bisa diandalkan karena mampu membedakan tingkat kepercayaan titik panas dan memantau secara real-time," sambungnya.
Curah Hujan Riau Akan Mulai Meningkat pada Dasarian II Agustus
BMKG terus memperbarui prediksi cuaca harian dan berkoordinasi dengan BNPB untuk meningkat potensi pertumbuhan awan hujan. Berdasarkan prakiraan iklim BMKG, curah hujan di Riau selama dasarian III Juli hingga dasarian I Agustus berada di kategori rendah.
Curah hujan itu diketahui berada di bawah 50 mm, bahkan sebagian wilayah di bawah 20 mm. Curah hujan baru diperkirakan mulai meningkat pada dasarian II Agustus.
Dengan curah hujan rendah, tingginya suhu permukaan, dan kondisi lahan gambut yang mengering, wilayah Riau memerlukan kewaspadaan ekstra dari semua pihak. Sehingga, pastikan detikers waspada dan selalu mendapat pembaruan informasi resmi dari BMKG ya!
(det/pal)