Seorang penggemar laba-laba asal Australia yakni Kane Christensen menemukan seekor laba-laba jaring corong Australia. Laba-laba ini diklaim sebagai jenis paling mematikan di dunia.
"Laba-laba ini jauh lebih besar, kelenjar racunnya jauh lebih besar, dan taringnya jauh lebih panjang," kata Christensen dilansir dari Reuters, Rabu (26/2/2025).
Melihat bentuk dan besar yang jarang ditemui, Christensen menghubungi para ilmuwan di Museum Australia. Dugaan Christensen benar, ternyata laba-laba ini termasuk spesies baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laba-laba Dinamakan Atrax Christenseni
Spesies laba-laba ini pertama kali ditemukan oleh Christensen pada awal tahun 2000-an. Ia melihatnya di dekat Newcastle yang berjarak 170 km dari utara Sydney.
Mantan penjaga laba-laba mematikan di Australian Reptile Park ini kemudian diberi apresiasi oleh Museum Australia, Universitas Flinders dan Institut Leibniz Jerman.
Namanya dijadikan nama spesies bagi laba-laba yang ditemukannya. Hewan dengan besar sekitar 9 cm tersebut akhirnya dinamakan Atrax christensen.
Penemuan Christensen menambah jumlah spesies baru laba-laba jaring corong Australia menjadi 38 jenis. Direktur Australian Museum Research Institute Prof Kris Helgen mengatakan spesies pertama laba-laba ini telah disimpan di Museum Sejarah Alam di London.
"Laba-laba yang sangat unik dalam hal sejarah evolusinya," kata Prof Helgen dikutip dari The Guardian.
Pembeda laba-laba ini dengan jenis lainnya adalah pada jantan, penis mereka tak bisa mentransfer sperma secara langsung ke betina. Laba-laba ini menggunakan umbi kopulasi untuk melakukannya.
"Mereka menggunakan benda yang kami sebut umbi kopulasi, yang terletak di pedipalpus laba-laba - pelengkap mini seperti kaki di bagian depan wajah mereka," kata Dr Bruno Alves Buzatto, peneliti di Universitas Flinders.
Punya Racun yang Mematikan bagi Manusia
Laba-laba Atrax christensen punya racun yang sangat mematikan. Jika seorang manusia terserang racunnya, maka nyawa ia bisa melayang.
Penyebab racun laba-laba jaring corong Sydney mematikan adalah keberadaan sekelompok peptida (delta-atracotoxin). Zat tersebut bisa membuat fasikulasi otot dan terhambatnya pernapasan atau peredaran darah manusia.
"Peptida tersebut cukup aktif terhadap serangga tetapi secara kebetulan dapat menghantam primata dengan keras," kata Dr David Wilson, seorang ahli racun di Universitas James Cook.
Sejauh ini, Museum Australia mencatat ada 13 kematian akibat laba-laba tersebut. Sehingga para ilmuwan hingga saat ini tengah mengembangkan anti-racunnya.
Christensen mengatakan laba-laba ini bisa berkeliaran di sekitar luar rumah. Bahkan mereka dapat merayap masuk ke garasi atau kamar tidur pada malam hari.
"Yang pasti, saya tidak menyarankan untuk menyentuh mereka, karena mereka mengeluarkan racun dalam jumlah besar," kata Christensen.
(cyu/pal)