Sejarah Tahun Baru Jatuh pada 1 Januari, Bermula dari Tradisi Romawi

ADVERTISEMENT

Sejarah Tahun Baru Jatuh pada 1 Januari, Bermula dari Tradisi Romawi

Cicin Yulianti - detikEdu
Minggu, 31 Des 2023 12:00 WIB
Ilustrasi kembang api perayaan tahun baru.
Foto: Istimewa. Ilustrasi kembang api pada perayaan tahun baru.
Jakarta -

Seluruh dunia memperingati tahun baru pada 1 Januari. Fakta ini sudah diyakini selama berabad-abad, tapi apakah detikers tahu alasan mengapa peringatannya jatuh pada 1 Januari?

Mulanya, tahun baru hanya diperingati oleh warga Babilonia. Mereka telah merayakannya sejak kurang lebih 4.000 tahun yang lalu.

Selain itu, pada zaman dulu ada beberapa negara dengan warga mayoritas penganut agama Kristen yang merayakannya bersamaan dengan hari Natal. Lantas bagaimana sejarah tercetusnya 1 Januari sebagai tahun baru?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tradisi Romawi

Mengutip Encyclopedia Britannica, sejarah penetapan 1 Januari sebagai tahun baru tidak bisa lepas dari tradisi Romawi. Kala itu, Raja Romawi Numa Pompilius melakukan revisi terhadap kalender Republik Romawi.

Mulanya Maret adalah bulan pertama dalam kalender. Raja Numa kemudian mengubah Januari sebagai bulan pertama di tahun baru.

ADVERTISEMENT

Alasan raja mengganti bulan tersebut adalah karena Januari diyakini sebagai Janus atau Dewa Permulaan Romawi. Sedangkan Maret, diyakini sebagai Mars atau Dewa Perang.

Raja Numa sendiri memerintah Romawi pada 715-673 SM Tahun C atau Tahun Liturgi Gereja. Meski banyak yang meyakini sejarah tersebut, ada juga bukti yang menunjukkan Januari secara resmi dijadikan awal tahun sejak 153 SM.

Perubahan oleh Julian Caesar

Januari sebagai awal tahun Masehi kemudian semakin lumrah setelah Julian Caesar melakukan perubahan. Ia berkonsultasi dengan beberapa ahli matematika dan astronomi untuk menyempurnakan penanggalan Masehi.

Sejak tahun 46 SM, kalender Julian (hasil revisi Julian Caesar) sudah diyakini banyak orang. Penggunaan kalender ini kemudian semakin menyebar dan terus mengalami penyempurnaan.

Perubahan ini banyak dilakukan oleh negara penganut Kristen. Saat Roma jatuh pada abad ke-5, banyak negara Kristen mengubah kalendernya agar lebih mencerminkan agama mereka dengan menjadikan 25 Maret sebagai Hari Paskah dan 25 Desember sebagai Hari Natal.

Perubahan kalender Julian juga sempat dilakukan karena adanya perhitungan kabisat yang salah. Kesalahan tersebut menyebabkan berbagai peristiwa terjadi pada musim yang salah selama beberapa abad.

Lalu, Paus Gregorius XIII memperkenalkan kalender yang direvisi pada 1582. Kalender tersebut dikenal sebagai kalender Gregorian yang berisikan 365 hari dalam satu tahun.

Beberapa negara seperti Italia, Prancis, dan Spanyol segera menerima kalender baru tersebut. Akan tetapi, negara-negara Protestan dan Ortodoks cukup lambat dalam mengadopsinya.

Negara Inggris pun tercatat baru mengikuti kalender Gregorian pada tahun 1752. Sebelumnya mereka merayakan tahun baru pada 25 Maret.

Walaupun kalender Gregorian ini menjadi standar dalam menentukan tahun secara global, tetapi kalender lainnya pun masih ada. Misalnya Islam yang memakai penanggalan Hijriyah, etnis Tiongkok yang menggunakan penanggalan lunar, dan lainnya.




(nah/nah)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads