Mengapa Tahun Baru Dimulai pada 1 Januari? Ternyata Begini Sejarahnya

ADVERTISEMENT

Mengapa Tahun Baru Dimulai pada 1 Januari? Ternyata Begini Sejarahnya

Novia Aisyah - detikEdu
Sabtu, 28 Des 2024 16:00 WIB
New year resolutions 2025 on desk. 2025 resolutions list with notebook, coffee cup on table. Goals, resolutions, plan, action, checklist concept. New Year 2025 template. Copy space
Tahun baru 2025 (ilustrasi). Foto: Getty Images/LanaSweet
Jakarta -

Kita biasa mengenal tahun baru pada 1 Januari berdasarkan kalender Masehi. Padahal, dalam berbagai budaya, terdapat tanggal lain yang menandai dimulainya kalender, termasuk 25 Maret dan 25 Desember.

Namun, bagaimana tanggal 1 Januari menjadi tahun baru yang dirayakan secara global?

Sejarah Tahun Baru Dirayakan 1 Januari

Awal mula dari hal ini berawal dari Raja Romawi, Numa Pompilius. Berdasarkan tradisi, selama masa pemerintahannya (sekitar 715-673 SM) Numa merevisi kalender Romawi sehingga Januari menggantikan Maret sebagai bulan pertama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keputusan ini dinilai tepat, karena Januari dinamai menurut Janus, dewa Romawi dari semua permulaan, sementara Maret merayakan Mars si dewa perang. Beberapa sumber, bahkan mengklaim Numa juga menciptakan bulan Januari.

Namun, ada bukti juga bahwa 1 Januari tidak dijadikan sebagai awal resmi tahun Romawi hingga tahun 153 SM, dikutip dari Britannica.

ADVERTISEMENT

Pada 46 SM, Julius Caesar memperkenalkan lebih banyak perubahan, meskipun kalender Julian mempertahankan 1 Januari sebagai tanggal pembukaan tahun.

Seiring dengan meluasnya Kekaisaran Romawi, penggunaan kalender Julian pun meluas. Akan tetapi, setelah jatuhnya Roma pada abad ke-5 Masehi, banyak negara Kristen mengubah kalender tersebut agar lebih mencerminkan agama mereka, sehingga tanggal 25 Maret dan 25 Desember menjadi tahun baru yang umum.

Revisi Kalender Gregorian

Selanjutnya, kalender Julian rupanya memerlukan perubahan karena kesalahan perhitungan mengenai tahun kabisat. Efek kumulatif dari kesalahan ini selama beberapa abad menyebabkan berbagai peristiwa terjadi pada musim yang salah. Hal ini juga menimbulkan masalah saat menentukan tanggal Paskah.

Oleh karena itu, Paus Gregorius XIII memperkenalkan kalender yang direvisi pada 1582. Selain menyelesaikan masalah tahun kabisat, kalender Gregorian mengembalikan 1 Januari sebagai awal tahun baru.

Italia, Prancis, dan Spanyol termasuk di antara negara-negara yang langsung menerima kalender baru tersebut. Sementara negara-negara Protestan dan Ortodoks cukup lambat dalam mengadopsinya.

Inggris Raya dan koloninya di Amerika pun baru mulai mengikuti kalender Gregorian pada 1752. Sebelumnya, mereka merayakan tahun baru pada 25 Maret.

Seiring berjalannya waktu, negara-negara non-Kristen juga mulai menggunakan kalender Gregorian. China (1912) adalah contoh yang menonjol, meskipun negara itu tetap merayakan Tahun Baru China menurut kalender Lunar.

Faktanya, banyak negara yang mengikuti kalender Gregorian juga memiliki kalender tradisional atau keagamaan lainnya.

Beberapa negara pun tidak pernah mengadopsi kalender Gregorian, sehingga memulai tahun baru pada tanggal selain 1 Januari. Ethiopia misalnya, merayakan tahun barunya yang dikenal sebagai Enkutatash pada bulan September.




(nah/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads