Asal Usul dan Tradisi Perayaan Tahun Baru 1 Januari di Berbagai Negara

Asal Usul dan Tradisi Perayaan Tahun Baru 1 Januari di Berbagai Negara

Firga Raditya Pamungkas - detikBali
Rabu, 25 Des 2024 17:50 WIB
Ilustrasi Perayaan Malam Tahun Baru
Foto: shutterstock
Denpasar -

Euforia pergantian tahun menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia bahkan dunia. Momen tahun baru selalu menjadi momen yang spesial untuk berkumpul bersama keluarga dan teman-teman dekat.

Pergantian tahun baru dirayakan pada 31 Desember menuju tanggal 1 Januari di tahun berikutnya. Lalu, mengapa harus ada tahun baru? Bagaimana sejarahnya? Mengapa 1 Januari ditetapkan sebagai awal tahun? Simak serba-serbinya berikut ini.

Asal Usul Perayaan Tahun Baru Masehi

Perayaan Tahun Baru di Babilonia

Perayaan tahun baru sudah berlangsung sejak lama. Bangsa Babilonia (1696-1654 SM) selalu merayakan dan menghormati kedatangan tahun barunya. Perayaan tahun baru Babilonia tercatat sekitar 4.000 tahun lalu atau sekitar 2.000 tahun sebelum masehi (SM).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tradisi perayaan tahun baru ditentukan berdasarkan bulan pertama vernal equinox (perpotongan lingkaran ekuator dan ekliptika). Jika menggunakan perhitungan kalender Masehi, tahun baru bangsa Babilonia jatuh pada pertengahan Maret.

Bangsa Babilonia merayakan pesta besar-besaran selama 11 hari dengan berbagai macam agenda ritual. Perayaan besar-besaran untuk menyambut tahun baru disebut Akitu. Bangsa Babilonia menganggap tahun baru sebagai bentuk kemenangan Dewa Langit melawan Dewa Laut yang jahat.
Sejarah 1 Januari sebagai Awal Tahun Baru

ADVERTISEMENT

Versi Romawi

Penetapan 1 Januari sebagai awal tahun Masehi memiliki sejarah panjang, yang berkaitan dengan kalender bangsa Romawi kuno. Kalender awal Romawi menjadi cikal bakal kalender Masehi.

Kalender awal Romawi pertama kali digunakan oleh Romulus, pendiri Roma. Kalender ini terdiri dari 10 bulan dan 304 hari. Pada abad ke-8 SM, Numa Pompilius menambahkan dua bulan baru, yaitu Januari (Januarius) dan Februari (Februarius), sehingga kalender Romawi terdiri dari 12 bulan.

Kaisar Julius Caesar kemudian menyempurnakan kalender ini dengan bantuan ahli astronomi dan matematika. Penetapan 1 Januari sebagai awal tahun tidak dilakukan berdasarkan pertimbangan ilmiah, tetapi sebagai penghormatan kepada Dewa Janus, dewa bangsa Romawi.

Ritual yang dilakukan oleh bangsa Romawi untuk menyambut pergantian tahun meliputi memberikan persembahan kepada Dewa Janus, bertukar hadiah, menghias rumah, dan menghadiri pesta.

Versi Kekristenan

Pada abad pertengahan, Kekristenan di Eropa memberikan makna religius pada pergantian tahun. Paus Gregorius XIII, pada 1582, menetapkan kalender Gregorian yang dimulai tanggal 1 Januari sebagai kalender bangsa Eropa dan para pemeluk Kristen. Hingga kini, sebagian besar masyarakat dunia merayakan tahun baru Masehi yang jatuh pada 1 Januari.

Tradisi Perayaan Tahun Baru di Berbagai Negara

Berbagai negara di belahan dunia memiliki tradisi perayaan tahun baru yang terus dilestarikan secara turun-temurun. Berikut beberapa tradisi khusus dari berbagai negara:

1. Spanyol

Ketika perayaan tahun baru, masyarakat Spanyol akan memakan selusin buah anggur. Setiap buah melambangkan harapan untuk tahun yang akan datang.

2. Kuba, Austria, Hongaria, dan Portugal

Di empat negara tersebut, masyarakat memiliki tradisi menyantap babi untuk merayakan tahun baru. Babi dianggap sebagai simbol kemakmuran dan kesuburan.

3. Swedia dan Norwegia

Di negara Skandinavia, masyarakat menyajikan puding nasi dengan kacang almond yang disembunyikan di dalamnya. Mereka percaya bahwa siapa pun yang menemukan kacang almond terlebih dahulu akan mendapatkan keberuntungan sepanjang tahun.

Artikel ini ditulis oleh Firga Raditya Pamungkas peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads