Mengapa Tahun Baru Jatuh pada 1 Januari? Ini Alasan dan Sejarahnya

ADVERTISEMENT

Mengapa Tahun Baru Jatuh pada 1 Januari? Ini Alasan dan Sejarahnya

Nikita Rosa - detikEdu
Rabu, 01 Jan 2025 15:00 WIB
Perayaan malam pergantian tahun dari 2023 ke 2024 ditandai dengan pesta kembang api. Yuk, intip kemeriahannya di sejumlah negara.
Pesta Kembang Api untuk Merayakan Tahun Baru. (Foto: Dan Himbrechts/AAP Image via AP)
Jakarta -

Setiap orang di berbagai belahan dunia sebentar lagi akan membunyikan terompet tahun baru 2025. Dirayakan pada tanggal yang sama, mengapa tahun baru selalu jatuh pada 1 Januari?

Pada masa peradaban kuno, tahun baru hanya diperingati oleh warga Babilonia. Ensiklopedia Britannia mencatat, orang-orang Babilonia sudah merayakan tahun baru sejak kurang lebih 4.000 tahun lalu.

Selain itu, masyarakat dari negara dengan mayoritas penganut agama Kristen juga merayakan tahun baru bersamaan dengan hari Natal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas bagaimana sejarah tercetusnya 1 Januari sebagai tahun baru?

Tradisi Romawi Kuno

Penetapan 1 Januari sebagai tahun baru tidak terlepas dari tradisi Romawi kuno. Waktu itu, Raja Romawi Numa Pompilius melakukan revisi terhadap kalender Republik Romawi.

ADVERTISEMENT

Awalnya Maret adalah bulan pertama dalam kalender mereka. Raja Numa kemudian mengubah dengan penamaan "Januari" sebagai bulan pertama pada tahun baru.

Alasan raja mengganti bulan tersebut adalah karena Januari diyakini sebagai Janus atau Dewa Permulaan Romawi, sedangkan Maret, diyakini sebagai Mars atau Dewa Perang.

Meski banyak yang meyakini sejarah tersebut, ada juga bukti yang menunjukkan Januari secara resmi dijadikan awal tahun sejak 153 SM.

Perubahan oleh Julian Caesar

Januari sebagai awal tahun Masehi semakin lumrah setelah Julian Caesar melakukan perubahan. Ia berkonsultasi dengan beberapa ahli matematika dan astronomi untuk menyempurnakan penanggalan Masehi.

Sejak tahun 46 SM, kalender Julian yang merupakan hasil revisi Julian Caesar sudah diyakini banyak orang. Penggunaan kalender ini kemudian semakin menyebar dan terus mengalami penyempurnaan.

Perubahan ini banyak dilakukan oleh negara penganut Kristen. Saat Roma jatuh pada abad ke-5, banyak negara Kristen mengubah kalendernya agar lebih mencerminkan agama mereka dengan menjadikan 25 Maret sebagai Hari Paskah dan 25 Desember sebagai Hari Natal.

Perubahan kalender Julian juga sempat dilakukan karena adanya perhitungan kabisat yang salah. Kesalahan tersebut menyebabkan berbagai peristiwa terjadi pada musim yang salah selama beberapa abad.

Kemudian Paus Gregorius XIII memperkenalkan kalender yang direvisi pada 1582. Kalender tersebut dikenal sebagai kalender Gregorian yang berisikan 365 hari dalam satu tahun.

Beberapa negara seperti Italia, Prancis, dan Spanyol segera menerima kalender baru tersebut. Akan tetapi, negara-negara Protestan dan Ortodoks cukup lambat dalam mengadopsinya.

Negara Inggris pun tercatat baru mengikuti kalender Gregorian pada tahun 1752. Sebelumnya mereka merayakan tahun baru pada 25 Maret.

Walaupun kalender Gregorian menjadi standar dalam menentukan tahun secara global, tetapi kalender lainnya masih ada. Seperti Islam yang memakai penanggalan Hijriyah, etnis Tiongkok yang menggunakan penanggalan Lunar, dan seterusnya.




(nir/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads