Studi baru oleh para peneliti MIT mengungkapkan bagaimana pengaruh media berita yang dikonsumsi masyarakat terhadap pandangan politik mereka. Studi ini dilakukan dengan survei online, pelacakan web untuk situs berita, dan preferensi media yang dikonsumsi masyarakat.
Hasilnya menunjukkan bahwa preferensi media yang diungkapkan peserta survei mencerminkan berita yang mereka konsumsi sehari-hari, namun terdapat perbedaan signifikan dalam hal tersebut.
Perbedaan pertama adalah adanya variasi pada peserta dalam mengonsumsi berita aktual. Ini berarti, metode survei tidak sepenuhnya mencerminkan variasi pengalaman individu peserta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perbedaan lain yang ditemukan adalah orang dengan preferensi media berbeda dalam survei seringkali mengakses situs berita online yang serupa.
Hal ini memunculkan asumsi umum tentang polarisasi kebiasaan media di masyarakat Amerika dan memunculkan pertanyaan tentang penggunaan survei dalam penelitian dampak media politik ini.
"Ada alasan bagus untuk berpikir bahwa informasi yang dilaporkan orang dalam survei mungkin bukan representasi sempurna dari kebiasaan media yang sebenarnya," kata Chloe Wittenberg PhD'23, peneliti pasca doktoral di Departemen Ilmu Politik MIT, dikutip dari laman resmi MIT.
Preferensi Media Berita
Studi ini dilakukan atas adanya perbedaan pendapat dalam beberapa penelitian. Beberapa peneliti percaya bahwa polarisasi menyebabkan konsumsi media masyarakat menjadi berhaluan.
Pendapat lain mengatakan bahwa media berhaluan bisa memengaruhi masyarakat untuk berpandangan polarisasi.
Para peneliti dalam studi ini melakukan kerja sama dengan perusahaan analitik media comScore untuk mendapatkan sampel orang Amerika tahun 2018. ComScore kemudian menggabungkan respon survei lebih dari 3300 peserta tentang riwayat penjelajahan web mereka.
"Dalam studi ini kami mengadopsi desain eksperimen baru yang disebut Preference Incorporating Choice and Assignment design atau desain PICA untuk memperoleh kerangka statistik formal dalam pekerjaan sebelumnya," jelas Yamamoto.
Hasil Eksperimen
Pada bagian pertama eksperimen, peserta diminta melaporkan preferensi media mereka termasuk jumlah dan jenis berita yang dibaca. Lalu peserta ditempatkan dalam salah satu dari dua kelompok.
Kelompok pertama memilih jenis media Fox News, MSNBC, dan media lainnya yang mereka ingin baca. Kelompok kedua diwajibkan untuk melihat salah satu artikel dari tiga sumber tersebut.
Cara tersebut memungkinkan para peneliti menilai bagaimana preferensi yang dinyatakan dalam survei oleh individu dibandingkan dengan konsumsi berita online mereka, serta seberapa persuasif media partisan (yang mengikuti paham atau golongan tertentu) bagi konsumen.
Secara keseluruhan, studi ini mengungkapkan perbedaan dalam sifat persuasif media partisan di antara audiens berita. Para peneliti menemukan bahwa orang yang pada umumnya jarang mengunjungi situs berita cenderung lebih mudah dipengaruhi media partisan, yang mengikuti partai/golongan atau paham tertentu.
Polarisasi Media Bergantung pada Preferensi Media Individu
Para peneliti mengamati perbedaan kecil namun mencolok antara survei dan tindakan mereka tentang preferensi media. Berdasarkan data survei menunjukkan bahwa anggota masyarakat mungkin menerima informasi dari sumber yang berlawanan secara ideologis.
Sedangkan berdasarkan data penjelajahan web menunjukkan hasil bahwa orang dengan preferensi media yang sangat berbeda justru cenderung lebih terpengaruh oleh sumber berita yang sesuai dengan pandangan mereka.
"Secara bersama-sama, temuan ini menunjukkan bahwa kesimpulan tentang polarisasi media mungkin sangat tergantung pada bagaimana preferensi media individu diukur," ucap para peneliti.
"Hasil kami mengkonfirmasi nilai penggunaan data dunia nyata untuk mempelajari media politik. Pengukuran yang tepat terhadap perilaku orang dalam lingkungan berita online itu sulit, namun penting untuk menghadapi tantangan pengukuran ini karena dapat menghasilkan kesimpulan yang berbeda tentang bahaya polarisasi politik," kata de Benedictis Kessner.
Meski begitu, studi ini masih belum menjawab beberapa pertanyaan. Salah satunya mengenai penyediaan konten media yang berkaitan dengan kebijakan pendidikan. Meski menjadi isu yang penting, tetapi bidang ini tidak menunjukkan polarisasi di Amerika.
"Perluasan penelitian ini adalah melihat berbagai bidang masalah, diantaranya mungkin lebih polarisasi daripada pendidikan," kata Wittenberg.
"Saya berharap bidang penelitian ini bergerak menuju pengujian berbagai metode untuk melihat bagaimana mereka berkorelasi, saya pikir akan ada banyak wawasan. Tujuan kami adalah mendorong orang untuk memikirkan bagaimana mengukur preferensi ini," tambahnya.
(faz/faz)