Ilmuwan MIT Kembangkan Sistem Irigasi Tetes Berkelanjutan, Bantu Petani Kecil

ADVERTISEMENT

Ilmuwan MIT Kembangkan Sistem Irigasi Tetes Berkelanjutan, Bantu Petani Kecil

Noor Faaizah - detikEdu
Sabtu, 04 Nov 2023 12:00 WIB
Sistem Irigasi Tetes Berkelanjutan
Foto: Youtube: MIT Mechanical Engineering
Jakarta -

Teknologi di bidang pertanian telah memajukan sistem pertanian yang memungkinkan efisiensi sumber daya dan peningkatan keuntungan. Namun, teknologi seperti robot dan drone pemantau lahan, sensor suhu dan kelembaban, atau perangkat lainnya dinilai masih susah dijangkau.

Hampir 80 persen dari 570 juta pertanian di dunia digolongkan sebagai pertanian skala kecil, dan sebagian besar berlokasi di wilayah yang kekurangan sumber daya dan kekurangan air.

Menurut Susan Amrose, ilmuwan dari Global Engineering and Research (GEAR) Lab di MIT mengatakan, ada banyak persoalan bagi para petani terkait produksi hasil tani mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Banyak masyarakat miskin di seluruh dunia adalah petani kecil dan subsisten. Dengan meningkatnya kebutuhan produksi pangan, memburuknya kondisi tanah, kelangkaan air, dan lahan sempit, banyak petani yang tidak dapat melanjutkan praktik mereka saat ini," ucapnya dikutip dari laman resmi MIT.

Mengingat pesatnya pertumbuhan penduduk dan perubahan iklim yang berdampak pada sumber daya alam, para peneliti asal Massachusetts Institute of Technology (MIT) mencoba mengembangkan proyek desalinasi, irigasi tetes, dan sanitasi air yang berkelanjutan.

ADVERTISEMENT

Sistem Irigasi Tetes yang Hemat Air dan Berkelanjutan

Proyek yang dilakukan oleh GEAR Lab ini mengupayakan sistem irigasi bertenaga surya sehingga bisa lebih dijangkau dan diakses oleh petani-petani kecil.

Selain itu, sistem irigasi ini dapat mengurangi konsumsi air sebesar 20 hingga 60 persen dari metode irigasi banjir konvensional.

Mahasiswa PhD dan anggota Drip GEAR Lab Tim irigasi, Carolyn Sheline, mengatakan bahwa pertanian telah menggunakan 70% air tawar di seluruh dunia.

"Penerapan Sistem Irigasi Tetes dalam skala besar dapat membantu mengurangi konsumsi air bersih, yang sangat penting bagi daerah yang mengalami kekurangan air atau penipisan air tanah," ujarnya.

Sistem irigasi Drip GEAR Lab akan melepaskan air dan nutrisi dalam volume terkendali langsung ke zona akar tanaman melalui jaringan pipa dan penghasil emisi.

Kemudian, dengan menggunakan kecerdasan buatan, sistem ini mampu menghitung dan memprediksi paparan sinar matahari di area tersebut.

Sehingga, sistem mampu mengkalkulasi kebutuhan irigasi yang tepat bagi petani dan mengirimkan informasi tersebut ke ponsel cerdas mereka.

Sebelumnya, GEAR Lab telah menciptakan beberapa solusi teknologi irigasi, seperti pemancar tetesan bertekanan rendah yang bisa mengurangi energi pemompaan lebih dari 50 persen.

Lalu ada model pengoptimalan sistem yang bisa menganalisis faktor-faktor seperti kondisi cuaca lokal dan tata letak tanaman. Teknologi tersebut telah memangkas biaya pengoperasian sistem hingga 30 persen.

Sistem pengontrol irigasi presisi berbiaya rendah juga diciptakan untuk mengoptimalkan penggunaan energi. Sistem ini telah memungkinkan petani untuk mengatur sumber daya, kebutuhan, dan preferensi kebutuhan tani mereka.

Pengembangan Teknologi yang Melibatkan Petani

Para ilmuwan yang mengembangkan teknologi tersebut mengaku juga memanfaatkan pengetahuan para petani itu sendiri. Dengan melibatkan petani dalam pengembangan ini, tingkat pemahaman peneliti atas interaksi pengguna dan dampak teknologi semakin bertambah.

"Mendapatkan penegasan bahwa petani akan menghargai manfaat teknologi sebelum kita menyelesaikannya adalah hal yang sangat penting," kata Amos Winter, profesor teknik mesin dan peneliti utama MIT GEAR Lab.

Tim tersebut mengadakan Farmer Field Days. Dalam kegiatan tersebut, tim peneliti melakukan wawancara pada lebih dari 200 petani, pemasok, dan profesional industri pertanian di Kenya, Maroko, dan Yordania.

Lokasi-lokasi tersebut dipilih berdasarkan faktor ketersediaan tenaga surya dan kondisi kelangkaan air. Oleh karena itu, lokasi-lokasi tersebut juga menjadi tuan rumah dari lokasi uji coba lapangan.

"Orang-orang (pihak petani) biasanya memahami masalah mereka dengan sangat baik, dan mampu memberi solusi. Sebagai desainer, peran kami sebenarnya adalah memberikan jalan lain bagi mereka untuk mendapatkan alat atau sumber daya yang mereka butuhkan," ungkap Fiona Grant, kandidat PhD di tim Irigasi Tetes GEAR Lab.

Menurutnya, cara seseorang dalam mengoperasikan sistem akan berdampak besar pada cara sistem tersebut didesain.

Pengetahuan adalah kekuatan bagi para petani, desainer, dan juga insinyur. Jika seorang insinyur dapat mengetahui kebutuhan pengguna, maka mereka bisa menciptakan solusi yang tepat.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads