AS Resmi Keluar dari WHO, Pakar Ungkap Dampaknya terhadap Politik Global

ADVERTISEMENT

AS Resmi Keluar dari WHO, Pakar Ungkap Dampaknya terhadap Politik Global

Cicin Yulianti - detikEdu
Kamis, 30 Jan 2025 20:00 WIB
President Donald Trump delivers remarks in Emancipation Hall during inauguration ceremonies at the U.S. Capitol in Washington, on Jan. 20, 2025. Angelina Katsanis/Pool via REUTERS/File Photo Purchase Licensing Rights
Presiden AS Donald Trump. Foto: Angelina Katsanis/Pool via REUTERS/File Photo Purchase Licensing Rights
Jakarta -

Presiden Donald Trump menyatakan bahwa Amerika Serikat (AS) menarik keanggotaan dari World Health Organization (WHO). Hal ini ia sampaikan bertepatan dengan pelantikannya pada Senin (20/1/2025).

Penarikan diri ini secara resmi dilakukan lewat penandatanganan perintah eksekutif (executive order). Mengutip laman whitehouse.gov, AS menetapkan keputusan besar ini lantaran beberapa sebab, salah satunya kegagalan WHO dalam menangani Covid-19.

Selain itu, Trump mengaku keberatan atas pembayaran yang dilakukan negaranya kepada WHO setelah melihat perbandingan dengan Cina. Trump menilai harusnya Cina yang punya andil lebih besar dalam WHO mengingat jumlah warganya yang 300 persen lebih banyak dari AS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa sebenarnya dampak negara kuat sekelas AS keluar dari keanggotaan WHO untuk global?

Masalah Pendanaan di WHO

Pakar yang juga dosen Hubungan Internasional (HI) Universitas Airlangga (Unair), Agastya Wardhana S mengatakan keputusan AS keluar dari WHO besar kaitannya dengan pendanaan.

ADVERTISEMENT

"AS sebetulnya founding member dari WHO. Karena dia founding member, secara inherent dia tetap ada di WHO. Nah, ketika mereka keluar, keputusan untuk keluar itu berkaitan dengan funding," ujarnya dikutip dari laman Unair.

Menurut Trump, ketidakadilan pendanaan WHO ini dapat merugikan AS. Keputusan ini merupakan bentuk upaya AS dalam mengelola pendanaan dengan baik lagi.

"AS ini memang menggunakan uangnya untuk mendukung WHO secara cuma-cuma. Karena bantuan internasional salah satu kunci kebijakan luar negeri AS pada saat itu. Nah, Trump mengatakan bahwa bantuan luar negeri itu hal yang merugikan buat AS karena AS buang uang secara cuma-cuma," jelas Agas.

Agas menuturkan kebijakan ini juga selaras dengan gaya kepemimpinan Trump. Di bawah pemerintahannya, AS terlihat lebih fokus pada agenda domestik.

"Selain berkaitan dengan aspek foreign aid, keluarnya AS dari WHO juga menunjukkan kebijakan luar negeri AS yang kembali ke era Trump. Yaitu sangat menutup diri dan fokus pada diri sendiri," tambah Agas.

Munculnya Ruang Kosong di WHO

Adapun dampak keluarnya AS dari WHO terhadap politik global adalah munculnya ruang kosong di WHO. Ruang kosong tersebut kemungkinan bisa diisi oleh negara kuat lain, misalnya Cina.

"Jadi, dinamika stabilitas politik yang cukup terlihat adalah bagaimana negara lain memanfaatkan peluang ini untuk menempati kekosongan itu," ujar Agas.

Bagaimana Dampak untuk Kesehatan Global?

Agas mengatakan sistem kesehatan global tidak hanya ditopang oleh WHO atau negara kuat anggotanya. Kesehatan global dipengaruhi banyak pihak lain seperti peneliti, jaringan kelompok pakar hingga organisasi non-pemerintah (NGO).

"Sebetulnya, negara tidak begitu berdampak dalam masalah sistem kesehatan global. Karena kita melihat di era COVID pun keluarnya AS dari WHO hanya membuat beberapa masalah terkait teknis. Tapi secara umum tanpa AS sistem kesehatan global sudah bisa berjalan," ujar Agas.

Program Kesehatan di Negara Berkembang Terganggu

Pemutusan foreign aid atau bantuan luar negeri AS ini menurut Agas bisa berdampak bagi negara-negara yang bergantung pada AS, khususnya di bidang kesehatan.

Namun, Agas mengatakan hal ini bisa dijadikan pelajaran penting bagi negara lain agar mandiri. Kebijakan Trump diharapkan menjadi jalan bagi negara berkembang untuk lebih adaptif.

"Sejak era Perang Dingin, kita sudah terbiasa hidup di antara dua kekuatan besar. Jadi, kita tahu caranya untuk bertahan. Masalah terbesarnya bukan ke negara-negara berkembang, tapi negara-negara aliansi AS yang selama ini hidup terbantu, mendapatkan dukungan AS sehingga mereka harus bisa beradaptasi," tegas Agas.




(cyu/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads