Namun, gambaran PTSD paling awal diperkirakan justru sudah ada sejak 1300 SM. Bukti ini didapat ketika para peneliti mempelajari teks-teks kuno dari Mesopotamia. Ahli menemukan deskripsi gejala yang sangat mirip dengan gangguan stres pasca-trauma, atau PTSD. Oleh karena itu, ini mungkin teks-teks kuno ini merupakan gambaran PTSD paling awal dalam sejarah.
Temuan tersebut dimuat dalam jurnal Early Science and Medicine oleh Walid Khalid Abdul-Hamid dari Queen Mary University of London dan Jamie Hacker Hughes dari Veterans and Families Institute di Anglia Ruskin University.
"Mendengar dan Melihat Hantu Berbicara"
Berbicara kepada BBC News seperti dikutip dari ZME Science, para peneliti mengatakan bahwa para tentara Asiria (sekarang Irak) menggambarkan bahwa mereka mendengar dan melihat hantu berbicara kepada mereka, yang mungkin adalah hantu orang yang mereka bunuh dalam pertempuran, Hal ini juga merupakan pengalaman tentara zaman modern yang pernah terlibat dalam pertarungan jarak dekat.
Menurut para peneliti, tentara profesional Dinasti Asiria di Mesopotamia, antara tahun 1300 SM dan 609 SM pertama kali menjalani bootcamp selama setahun. Program tersebut melibatkan pekerjaan sipil seperti membangun jalan, jembatan, dan infrastruktur lainnya untuk kerajaan.
Para prajurit kemudian dikirim berperang selama satu tahun dan jika mereka berhasil kembali dalam keadaan utuh, maka diizinkan untuk kembali ke keluarga mereka selama satu tahun sebelum mengulangi siklus tersebut lagi. Namun seperti yang ditunjukkan oleh teks-teks kuno yang dianalisis oleh para peneliti, meskipun tubuh mereka mungkin kembali ke rumah dalam keadaan utuh, sebagian pikiran para prajurit menjadi kacau.
PTSD dijelaskan secara resmi oleh para psikiater, setelah penelitian terhadap para veteran perang Vietnam. Sebelumnya, dokter hanya menganggap gejala PTSD pada tentara sebagai "shock shell" atau kelelahan akibat bertempur.
"Prajurit zaman dahulu yang menghadapi risiko cedera dan kematian, pasti takut dengan pedang yang diperkeras dan diasah, hujan batu, atau ujung panah yang tajam, dan hujan panah api," kata laporan BBC.
"Risiko kematian dan menyaksikan kematian sesama prajurit tampaknya menjadi sumber utama trauma psikologis," lanjutnya.
"Selain itu, kemungkinan kematian akibat cedera, yang saat ini dapat diobati dengan pembedahan, pasti jauh lebih besar pada masa itu. Semua faktor ini berkontribusi terhadap gangguan stres pasca-trauma atau gangguan kejiwaan lainnya akibat pengalaman di medan perang kuno," tambah laporan tersebut.
Achilles Juga Dianggap Alami PTSD
Hingga saat ini, referensi tertua mengenai gejala mirip PTSD berasal dari Yunani kuno dalam teks Herodotus yang menggambarkan akibat dari Pertempuran Marathon yang terkenal pada tahun 490 SM. Herodotus mengklaim bahwa beberapa prajurit Athena mengalami halusinasi dan menderita kebutaan spontan setelah mereka hampir mati di medan perang.
Achilles, pahlawan perang Troya, umumnya juga dianggap sebagai penderita PTSD kuno. Selain itu, dalam salah satu catatan mengenai PTSD, seorang penulis sejarah menggambarkan tentara salib yang pulang dari Perang Salib Ketiga (1189-92) bahwa meskipun orang-orang ini, "Selamat tanpa cedera... hati mereka tertusuk oleh pedang kesedihan dari berbagai jenis penderitaan."
Meskipun PTSD sulit dan terkadang tidak mungkin untuk didiagnosis hanya dari teks, tampak bahwa trauma dan tekanan yang menghantui para veteran, kemungkinan besar sejak manusia pertama kali berperang satu sama lain.
(nah/nwk)