Babi Dikonsumsi di Timur Tengah Ribuan Tahun Sebelum Masehi, Ini Sejarahnya

ADVERTISEMENT

Babi Dikonsumsi di Timur Tengah Ribuan Tahun Sebelum Masehi, Ini Sejarahnya

Novia Aisyah - detikEdu
Minggu, 01 Jun 2025 11:00 WIB
Babi Hutan
Ilustrasi babi hutan. Foto: (AP)
Jakarta -

Babi merupakan sumber makanan hewani yang dilarang dikonsumsi dalam agama Islam. Namun, di Timur Tengah khususnya, babi memiliki sejarah tersendiri.

Jauh sebelum adanya Islam, orang-orang di Timur Tengah rupanya juga sudah mengurangi konsumsi daging babi dalam menu keseharian mereka. Bagaimana sejarahnya?

Sejarah Konsumsi Babi di Timur Tengah

Eksis sejak Neolitikum Awal

Sebuah penelitian oleh Richard W Redding dari University of Michigan yang diterbitkan di jurnal Archaeological Research (2015) berupaya meneliti mengapa babi menghilang dari sistem penghidupan masyarakat di Timur Tengah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam penelitian bertajuk "The Pig and the Chicken in the Middle East: Modeling Human Subsistence Behavior in the Archaeological Record Using Historical and Animal Husbandry Data", Redding menjelaskan babi hutan merupakan hewan asli Timur Tengah dan hidup di seluruh wilayah tersebut.

"Dari data fauna arkeologi, kita sekarang tahu babi hutan sudah ada sejak zaman Neolitikum awal di Mesir di Fayyum dan Delta Nil," tulis Redding dalam laporan penelitiannya, dikutip dari New Historian.

ADVERTISEMENT

Babi hutan ini menyebar ke berbagai daerah, kemudian diikuti oleh praktik domestikasi. Upaya pertama untuk menjinakkan hewan tersebut di Timur Tengah terjadi sekitar 11.000 SM.

Penelitian sebelumnya menemukan babi domestik umum ditemukan di Bulan Sabit Subur (wilayah berbentuk bulan sabit di Timur Tengah) antara 5.000 dan 2.000 SM.

Karena bukan hewan pekerja dan tidak menyediakan sumber daya sekunder seperti wol atau telur, jelaslah babi dimanfaatkan sebagai sumber pangan di wilayah tersebut setidaknya hingga milenium pertama SM.

Setelah dijinakkan, babi menjadi bagian penting dari sistem pertanian di Timur Tengah. Namun, seiring dengan semakin kompleksnya masyarakat dan berkembangnya ekonomi regional, babi tidak menjadi bagian dari ekonomi regional karena sulit dibawa berpindah-pindah dan tidak dapat digiring atau diangkut dalam jarak jauh.

Masyarakat di Timur Tengah saat itu menggunakan babi sebagai sumber protein yang relatif murah di desa-desa dan kota-kota. Babi berkeliaran di desa-desa atau kota-kota dan memakan sampah, membutuhkan sedikit tenaga manusia, serta dapat digiring ke daerah berhutan atau rawa-rawa dan dibiarkan mencari makan.

Para rumah tangga juga memelihara babi, menyembelihnya, dan menukar sebagian dagingnya dengan rumah tangga lain dalam sistem timbal balik. Babi-babi ini tidak dihitung atau dikenai pajak oleh otoritas pusat. Sistem ini berfungsi di seluruh Timur Tengah hingga ayam domestik diperkenalkan dari Asia Tenggara.

Babi Mulai Digeser Ayam

Ayam kemungkinan besar diperkenalkan ke Timur Tengah pada milenium pertama oleh populasi nomaden dan/atau pelaut, seperti dikutip dari pemaparan studi tersebut.

Ayam diperkenalkan ke dalam sistem penghidupan manusia yang terstruktur dan berfungsi dengan baik. Secara fungsi, ayam menduplikasi peran babi. Dalam hal pola makan, ayam dan babi juga bersaing secara langsung untuk mendapatkan sumber makanan di daerah kering dan semi kering di Timur Tengah.

Meski begitu, ayam merupakan penghasil protein yang lebih efisien untuk konsumsi manusia daripada babi. Terlebih, ayam memiliki ukuran yang lebih kecil. Ayam juga menghasilkan telur yang dapat dikonsumsi tanpa merusak stok pembiakan.

Dengan diperkenalkannya ayam di daerah semi kering dan gersang di Timur Tengah yang tidak mencakup hutan atau rawa yang luas, manusia harus membuat keputusan. Redding berargumen, manusia lebih menyukai ayam karena kelebihannya.

Babi kemudian tidak lagi menjadi bagian integral maupun berfungsi efektif untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Di daerah Timur Tengah dengan hutan dan rawa pun, beternak ayam menggantikan kegiatan beternak babi.




(nah/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads