Cikal Bakal Pelarangan Buku Sudah sejak Sebelum Masehi, Tapi Ini yang Populer

ADVERTISEMENT

Cikal Bakal Pelarangan Buku Sudah sejak Sebelum Masehi, Tapi Ini yang Populer

Novia Aisyah - detikEdu
Selasa, 05 Nov 2024 17:30 WIB
Ilustrasi Pembakaran Buku.
ilustrasi pembakaran buku. Foto: Wikimedia Commons
Jakarta -

Sejarah pelarangan buku yang telah tercatat, setidaknya sudah ada sejak dekade-dekade awal Masehi. Bahkan kontrol pemerintahan untuk melarang penyebaran gagasan telah ada pada zaman Kaisar Shih Huang Ti pada 259-210 sebelum Masehi (SM).

Kaisar Shih Huang Ti dari China mengubur hidup-hidup 460 sarjana Konfusianisme untuk mengendalikan penulisan sejarah pada masa pemerintahannya.

Kemudian, pada 212 SM ia membakar seluruh buku di kerajaannya dan hanya menyisakan satu salinan untuk perpustakaan kerajaan. Buku-buku itu pun dihancurkan sebelum kematiannya. Dengan semua catatan sejarah sebelumnya yang dihancurkan, menurutnya sejarah dapat dikatakan dimulai dengannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Memasuki Masehi, pada 8 M penyair Romawi, Ovid diasingkan dari Roma karena menulis Ars Amatoria atau The Art of Love. Ia meninggal dalam pengasingan di Yunani delapan tahun kemudian.

Semua karya Ovid dibakar oleh Savonarola di Florence pada 1497. Terjemahan bahasa Inggris Ars Amatoria dilarang oleh Bea Cukai Amerika Serikat pada 1928.

ADVERTISEMENT

Dikutip dari Freedom to Read Week, pada 35 M, Kaisar Romawi Caligula menentang pembacaan The Odyssey karya Homer, yang ditulis lebih dari 300 tahun sebelumnya. Ia menganggap puisi epik itu berbahaya karena mengungkapkan gagasan Yunani tentang kebebasan.

Pelarangan Buku Pertama di Amerika Serikat

Dari rentetan sejarah pelarangan buku, barang kali yang cukup populer adalah pelarangan New English Canaan karya Thomas Morton. Buku ini secara luas dianggap sebagai buku terlarang pertama di Amerika.

Pada 1630 Kaum Puritan berlayar ke New England. Hanya tujuh tahun setelah kedatangan mereka, seorang pengacara Anglikan bernama Thomas Morton menerbitkan sebuah buku yang mengancam koloni muda itu.

New English Canaan, teks tiga bagian yang diterbitkan di Amsterdam pada 1637, sebagian besar berisi pengamatan terperinci tentang penduduk asli di wilayah tersebut dan deskripsi tentang tumbuhan, hewan, dan sumber daya alam yang dapat dijadikan komoditas oleh para pemukim kulit putih. Namun, bagian singkat di akhir menawarkan kritik pedas terhadap kaum Puritan dan masyarakat yang mereka bangun, termasuk perlakuan mereka terhadap penduduk asli Amerika.

Dikutip dari Smithsonian Magazine, tak lama setelah New English Canaan diterbitkan, kaum Puritan melarang teks tersebut di koloni mereka, melakukan apa yang oleh para sejarawan dianggap sebagai tindakan pelarangan buku pertama di Amerika Serikat.

Kurang dari 25 salinan asli New English Canaan dari Amsterdam yang masih ada hingga saat ini. Namun, buku tersebut bukannya menghilang, melainkan terus muncul selama empat abad terakhir dalam karya sastra dan sejarah lainnya.

Dan Morton, yang pernah diejek oleh para kolonis lain dan dijuluki "tuan dari kekacauan" oleh Gubernur Koloni Plymouth William Bradford, menjadi simbol antiotoriter yang dirayakan karena pembangkangannya terhadap masyarakat Puritan.




(nah/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads