Pierre Tendean merupakan salah satu tokoh Indonesia yang gugur dalam peristiwa G30S PKI. Sejak itu Ia ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi Indonesia sebagai penghargaan atas perjuangannya dalam G30S PKI.
Untuk mengenal lebih dalam tentang sosok Pierre Tendean semasa hidupnya, simak ulasan berikut ini.
Profil Pierre Tendean
Dikutip dari buku Pierre Tendean oleh Masykuri tahun 1983, Pierre Tendean memiliki nama lengkap Pierre Andries Tendean yang lahir pada tanggal 21 Februari 1939, di Jakarta. Ayahnya bernama Dr AL Tendean berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara dan merupakan seorang dokter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pierre memiliki cita-cita sebagai seorang perwira Tentara Nasional Indonesia (TNI), sehingga Ia bertekad mendaftarkan diri ke Akademi TNI Angkatan Darat. Namun ternyata cita-citanya ini tidak sesuai dengan yang diidamkan orang tuanya untuk masuk fakultas kedokteran atau teknik setelah lulus SMA.
Pada Agustus 1958, Ia mengikuti tes masuk Akademi TNI-AD dan lolos pada seleksi tahap akhir sebagai calon taruna dengan jurusan teknik pada Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) dikutip dari buku Ensiklopedia Pahlawan Nasional Kemdikbud.
Baca juga: Sejarah G30S PKI Lengkap dengan Kronologinya |
Pierre Tendean mendapatkan tugas pertamanya untuk pergi bertempur dalam operasi pemberantasan PRRI di Sumatera Barat. Saat itu Pierre ditempatkan dalam kesatuan Zeni Tempur yang mengikuti Operasi Sapta Marga. Kemudian pada tahun 1962, Ia lulus dari ATEKAD setelah menempuh pendidikan selama tiga tahun dan dilantik menjadi perwira muda pangkat letnan dua.
Setelah itu, Pierre diangkat menjadi Komandan Pleton Batalyon Zeni Tempur Daerah Militer II Bukit Barisan yang bertugas di Medan. Setahun kemudian Pierre menempuh pendidikan di Sekolah Intelijen Bogor dan mendapat penugasan di Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat (DIPIAD) dan melakukan tugas penyusupan di Malaysia yang berbahaya.
Dikarenakan khawatir, ibu Pierre memohon kepada Jenderal AH Nasution yang merupakan Menko Hankam KASAB untuk menarik Pierre dari penugasan yang berbahaya tersebut. Hingga pada 15 April 1965, Pierre tendean naik pangkat menjadi lettu dan sebagai Ajudan Menko Hankam KASAB, Jenderal Nasution.
Kisah Pierre Tendean dalam G30S PKI
Peristiwa G30S PKI dimulai pada 30 September 1965 saat terjadi penculikan dan pembunuhan terhadap para petinggi TNI Angkatan Darat. Tepatnya pada 1 Oktober 1965 dini hari, terjadi kegaduhan di rumah Jenderal Nasution yang berasal dari para pasukan Cakrabirawa, dilansir dari Kemdikbud.
Ketika terjadi kegaduhan ini semua keluarga Jenderal Nasution berada di rumah, termasuk kedua putrinya. Saat itu juga pasukan Cakrabirawa berhasil mendobrak masuk dan melepaskan sejumlah tembakan hingga mengenai salah satu putri Nasution, yaitu Ade Irma Suryani dalam gendongan ibunya.
Dilansir dari arsip detikNews, saat itu Pierre yang tertidur lalu bergegas memeriksa keadaan dan menghadapi pasukan Cakrabirawa. Pierre tidak mencoba melarikan diri dan mengaku sebagai Jenderal Nasution kepada pasukan.
Alhasil Jenderal Nasution dan keluarganya dapat menyelamatkan diri. Namun, Pierre diculik dan dibunuh oleh pasukan Cakrabirawa. Jasadnya kemudian dimasukkan dalam sumur tua yang dikenal dengan Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Pahlawan Revolusi Indonesia
Peristiwa G30S PKI adalah peristiwa kelam dalam sejarah Indonesia yang telah memakan banyak korban jiwa, salah satunya Pierre Tendean. Pierre gugur dalam peristiwa ini bersama dengan para petinggi TNI AD lainnya.
Berkat keberanian Pierre Tendean dalam melindungi keluarga Jenderal Nasution, Ia harus menerima nasib dibunuh oleh para PKI secara mengenaskan.
Tiga hari setelah jasadnya ditemukan, kemudian Pierre dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Pierre Tendean mendapatkan anugerah kenaikan pangkat satu secara anumerta menjadi kapten dan dinobatkan sebagai Pahlawan Revolusi Indonesia.
Demikian profil dan kisah dari sosok Pahlawan Revolusi Indonesia, Pierre Tendean. Semoga bermanfaat!
(nah/nah)