Dalam sejarah bangsa Indonesia, peristiwa G30S menyisakan banyak kenangan pahit. Peristiwa ini juga mengajarkan pentingnya sikap rela berkorban untuk bangsa dan negara. Kisah heroik Pierre Tendean selamatkan nyawa AH Nasution adalah salah satu bukti dari sikap rela berkorban tersebut.
Dikutip dari buku Sejarah Indonesia dari Proklamasi sampai Pemilu 2009 oleh A Kardiyat Wiharyanto, Gerakan 30 September (G30S) adalah pemberontakan yang dilancarkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk merebut kekuasaan Republik Indonesia. Cara yang ditempuh adalah menculik dan membunuh enam orang perwira tinggi Angkatan Darat.
Lantas, bagaimanakah kisah heroik Pierre Tendean pada peristiwa tersebut? Mari simak informasi yang dihimpun dari buku Mengurai Kabut Pekat Dalang G30S oleh Herman Dwi Sucipto, Kisah Perjuangan Pahlawan Indonesia oleh Lia Nuralia dkk, dan Nama & Kisah Pahlawan Indonesia oleh Angga Priatna dan Aditya Fauzan Hakim berikut ini!
Kisah Heroik Pierre Tendean Selamatkan Nyawa AH Nasution
Pada 30 September 1965 malam, situasi di sekitar kediaman Jenderal Nasution tiba-tiba mencekam. Gerakan 30 September (G30S) melakukan upaya penculikan terhadap Jenderal Nasution, yang saat itu merupakan salah satu tokoh terpenting di Indonesia karena sedang menjabat sebagai Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan.
Dalam situasi berbahaya ini, Pierre Tendean, sebagai ajudan Nasution, merasakan tanggung jawab besar untuk melindungi atasan dan negaranya. Saat mendengar suara gaduh, Pierre segera bangun dan bergegas keluar dari paviliun tempat ia tidur.
Begitu ia keluar, Pierre mendapati sekelompok orang bersenjata yang sedang mencari Jenderal Nasution. Untuk menyelamatkan atasan dan mencegah situasi semakin buruk, Pierre dengan berani mengaku sebagai ajudan Nasution.
Ia berharap bisa menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi dan meyakinkan para penculik untuk melepaskan Jenderal. Namun, penculik keliru mendengar dan mengira bahwa ia adalah Nasution itu sendiri.
Tanpa memberi kesempatan bagi Pierre untuk menjelaskan, para penculik mengikat kedua tangannya dan membawanya pergi dengan truk. Pierre ditangkap dan dibawa ke Lubang Buaya. Di sana, ia mengalami nasib tragis.
Meskipun berusaha melindungi Jenderal Nasution, Pierre justru menjadi korban penculikan dan dibunuh. Sementara itu, Jenderal Nasution berhasil melarikan diri dari penculikan.
Meskipun Pierre Tendean tidak selamat, pengorbanannya dikenang sebagai aksi heroik yang menunjukkan dedikasi dan keberaniannya. Pada 5 Oktober 1965, Presiden Soekarno menganugerahi Pierre gelar Pahlawan Revolusi. Pengorbanan dan dedikasinya untuk bangsa tetap dikenang sebagai contoh semangat patriotisme yang tinggi.
Biografi Singkat Pierre Tendean
Pierre Andreas Tendean lahir di Jakarta pada 21 Februari 1939. Ia adalah putra tunggal dari Dr AL Tendean, yang berdarah Minahasa, dan Cornel ME, yang berasal dari Prancis. Sejak kecil, Pierre tumbuh dalam lingkungan yang berpendidikan.
Ia menamatkan pendidikan dasar di Magelang dan melanjutkan ke SMP serta SMA di Semarang. Meskipun ayahnya berharap ia berkuliah di Fakultas Kedokteran, Pierre memilih mengikuti panggilan hatinya dan masuk ke dunia militer.
Setelah menyelesaikan SMA, Pierre mendaftar di Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) di Bandung. Ia lulus dan dilantik sebagai Letnan Dua pada tahun 1962. Pierre dikenal sebagai sosok yang ramah dan mudah bergaul.
Karier militernya berkembang pesat, dan ia ditugaskan di satuan Zeni Tempur. Ia juga terlibat dalam penanganan pemberontakan PRRI/Permesta di Sumatra, menunjukkan dedikasi dan keberaniannya dalam menjalankan tugas.
Pada 1965, Pierre diangkat menjadi ajudan Jenderal AH Nasution, Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan saat itu. Ia menjadi ajudan termuda, baik dari segi usia maupun pengalaman. Pierre menjadi sosok yang diandalkan, berkontribusi dalam berbagai tugas penting. Namun, nasib malang menantinya ketika G30S berusaha menculik Jenderal Nasution.
Itulah kisah heroik Pierre Tendean yang menyelamatkan nyawa AH Nasution dari penculikan G30S. Semoga bermanfaat!
(sto/cln)