- Contoh Puisi Bertema G30S/PKI 1. Malam 30 September-1 Oktober 1965 2. Oktober Hitam 3. Memoriam Lubang Buaya 4. Puisi G30SPKI 5. Menghitung Bintang di Langit Malam 6. Kekejaman yang Terlupakan 7. Tetesan Darah di Bumi Perjuangan 8. Cerita Duka September Kelabu 9. Menghitung Bintang di Langit Malam 10. Revolusi Harga Mati
Setiap tanggal 30 September, bangsa Indonesia memperingati peristiwa G30S/PKI, sebuah tragedi kelam yang menewaskan sejumlah pahlawan revolusi. Peristiwa ini bukan hanya menjadi catatan sejarah, tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga persatuan dan kehormatan bangsa.
Contoh Puisi Bertema G30S/PKI
Puisi bertema G30S/PKI mencerminkan usaha untuk menggambarkan perasaan, kesedihan, dan penghormatan kepada mereka yang telah berjuang. Berikut sepuluh contoh puisi bertema G30S/PKI.
1. Malam 30 September-1 Oktober 1965
Karya: Mochtar Lubis
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gelap malam membelenggu kita
Kelompok-kelompok hitam bergerak dari jalan ke jalan
Pekik mesin truk dan jip
kerincing senjata dan topi besi
bisik-bisik perintah maut
setan-setan gelap dari perut bumi
lapar darah orang-orang tak berdosa
derap sepatu nafas harimau
kezaliman, keharaman, kebengisan
berkeliaran dalam kota
dentum senapan kilat pisau
jerit istri, tangis anak-anak
Yani, Parman, Pandjaitan
Soeprapto, Soetoyo, Tendean
Prajurit yang dibunuh dalam gelap malam
Dan Irma kecil, gadis manis tak tersenyum lagi
Ya, Tuhan, tak Engkau lindungi kami?
Engkau biarkan setan-setan
dan binatang liar merajalela?
Mengapa Irma kecil tak boleh tertawa lagi?
Tersenyumlah gadis kecil
dalam sorga
Tidurlah prajurit-prajurit di surga,
di sana tak ada kezaliman dan pengkhianatan
di sana kalian tidur tak terganggu
oleh kelompok hitam dalam gelap malam
membawa perintah maut
dan kezaliman yang haus darah
manusia tak berdosa
Tidurlah di sorga prajurit-prajurit bangsa
Tersenyumlah di sorga, Irma kecil.
2. Oktober Hitam
Karya: Taufiq Ismail
Atap-atap gunung
Dan daratan
Meratap
Ke mega gemulung
Mata yang duka
Menatap
Sepanjang pagi murung
Angin yang nestapa
Berdesah
Awan pun mendung
Di musim pengap
Yang gelisah
Menitiklah gerimis
Karena berjuta
Telah menangis
Tujuh lelaki
Telah mati
Pagi itu
Oktober Hitam (2)
Kaki kami lamban menyongsongmu, Kenyataan
Begitu keras kau gedor-gedor pintu negeri kami
Yang terkantuk-kantuk dalam kefanaan panjang
Dan terendam mimpi demagogi
Cakar kekhianatan
Telah mencengkeram urat leher
Menebas jalan napas
Oktober Hitam (3)
Pohon-pohon cemara
Pohon asam
Pohon randu sepanjang jalan
Pohon pina di hutan-hutan
Pohon kamboja di pekuburan
Menundukkan
Daun-daunnya
Dan margasatwa
Kawanan unggas
Burung kepodang
Balam dan elang
Berbisik-bisik
Tiada henti
Menyebut nama-Mu
Oktober Hitam (4)
Darah Ade, anak perempuan mungil itu
Menetes sepanjang tongkat ayahnya
Yang bertelekan di kuburan
Menahan berat beban cobaan
Tapi tetap tegak bertahan
Sembilu telah mengiris
Langit
Menyayat-nyayat mega
Menurunkan gerimis
Semua berbisik
Tiada henti
Menyebut nama-Mu
Kami pun terjaga dalam Oktober yang hitam
Bangkit dari kabut ilusi
Tahun-tahun meleleh, tangan 'kan menegak keadilan
Dalam deram tak tertahan-tahan!
Oktober Hitam (5)
Awan pun jadi mendung
Di pagi musim yang pengap
Ketika arakan jenazah
Bergerak pelahan
Di atas kendaraan baja
Di bawah awan nestapa
Dipagar air mata
Kulihat pagi jadi mendung
Kulihat cuaca mengundang gerimis
Di negeri yang berkabung
Dalam duka mengiris
Fajar kelabu Fajar kelam
Pagi pembunuhan
Pagi yang hitam
Tujuh lelaki
Telah mati
Dikhianati
3. Memoriam Lubang Buaya
Karya: Doni Hamdani
Tempat penuh misteri
Tumpukkan bangkai yang lalu
Hadir mengunggah kenangan
Sampai sekarang bau anyir terhidang harum
Sumur angker bekas pejuang masih ada.
Ingat! Prajurit revolusi ditindas
Dibantai habis oleh komunis yang jahat
Memilih berontak akan di sentak
Memilih diam akan disergap
Sampai akhirnya mati dibekuk
Perangilah setiap bentuk komunisme
Agar seimbang antara keadilan dan penyiksaan
Kuat penuh semangat berkobar
Untuk menjanjikan bahwa hak harus hidup
Tidak seperti zaman dulu lagi
Lubang buaya, sejarah pertarungan menyedihkan
4. Puisi G30SPKI
Karya: Lupita
Angin mengaumkan bisikan dengan lantang
Sangkakalana menyambar dengan rentetan cahaya
Ancaman bagi mereka yang kokoh berdiri
Mencatat setiap momen berlangsung
Setiap pasang mata yang kupandang
melirik takut dalam balutan kain lusuh
Sarat simbol serta keperkasaan dibuktikan
Bergolak dalam jeritan nafsu hingar bingar
Menodai nusantara dengan kasut kemelut
Berdiri di atas tubuh mereka sendiri
Gegap gempita ramai para massa
Perubahan dimulai
Waktu yang memilih siapa selanjutnya
Nampak tilas sebuah tragedi
Sisa kebiadaban kaum revolusi
Menggugah mendobrak sejarah bangsa ini.
5. Menghitung Bintang di Langit Malam
Karya: Sapardi Djoko Damono
Di langit malam, aku menghitung bintang,
Masing-masing mengingatkan tentangmu,
Pahlawan yang gugur dalam gelap,
G30S, kau kan selalu ada dalam jiwa.
Cahaya bintang berkilau terang,
Menggambarkan semangat juang,
Dalam setiap denyut kehidupan,
Kau kan selalu abadi, pahlawanku.
6. Kekejaman yang Terlupakan
Karya: Sapardi Djoko Damono
Dalam bayang-bayang malam, Jeritan tak terucap menggema, Sejarah mencatat darah pahlawan, Untuk republik yang kita cintai.
Dalam gelap malam yang pekat,
Hanya bintang menjadi saksi, Mereka yang pergi tak kembali, Ditinggalkan cinta yang abadi.
Setiap tetes air mata ini,
Mencari jawaban yang tak terucap, Mengapa harus ada pengorbanan, Dalam perjuangan yang tak kunjung padam.
Kami mengukir nama-nama, Dalam jiwa yang takkan sirna, Pahlawan kami, kami ingat selamanya,
Dalam cerita yang takkan pernah henti.
7. Tetesan Darah di Bumi Perjuangan
Karya: WS Rendra
Darah yang tumpah,
Membentuk janji tak terucap,
Pada bumi yang membara, Pahlawan, kau abadi dalam jiwa.
Di bawah langit yang kelam, Mereka pergi dengan tenang, Meninggalkan jejak dalam jiwa,
Mengingatkan kita akan perjuangan.
Dalam kepedihan yang tak berujung,
Kami kenang setiap titisan,
Untuk setiap jiwa yang hilang, Dalam sejarah yang penuh makna.
Oh, bumi yang kau cintai,
Teruslah berdiri meski tertegun, Dengan setiap tetes darah ini,
Kau kan selalu hidup dalam ingatan.
8. Cerita Duka September Kelabu
Karya: Rizal
Menggurat luka beribu pilu
Bunga bangsa terkulai layu
Terlepas jiwa tersapu peluru
Cerita duka September kelabu
Tertulis di dalam catatan sejarah
Iblis mengukir tragedi berdarah
Tetesan merah membasahi tanah
Gugurlah sukma tertikam fitnah
Sejenak terpaku pisau diri
Terkenang para Syuhada negeri
Korban kekejaman sebuah Ideologi
Petunjuk Dorna berwujud PKI
Kini Syuhada tertinggal nama
Pahlawan Revolusi terukir jasa
Semoga damai dialam sana
Dalam pelukan bumi Indonesia.
9. Menghitung Bintang di Langit Malam
Karya: Sapardi Djoko Damono
Di langit malam, aku menghitung bintang,
Masing-masing mengingatkan tentangmu,
Pahlawan yang gugur dalam gelap,
G30S, kau kan selalu ada dalam jiwa.
Cahaya bintang berkilau terang,
Menggambarkan semangat juang,
Dalam setiap denyut kehidupan,
Kau kan selalu abadi, pahlawanku.
Dalam hening malam yang sunyi, suara
10. Revolusi Harga Mati
Karya: Ozy V. Alandika
Revolusi itu harga mati
Ada saatnya seorang bayi ingin segera berdiri
Berkicau tentang angan-angan seraya berlari
Mengaku kuat dan berdikari
Revolusi itu harga mati
Ada saatnya seorang remaja ingin melompat tinggi
Tidak lagi sekadar merapal janji
Karena pembuktian jadi bagian harga diri
Revolusi itu harga mati
Ingatlah pengorbanan para pahlawan Bumi Pertiwi
Mereka bahkan terkubur di lubang sunyi
Dibantai oleh PKI
Revolusi itu harga mati
Coba kau setel lagi kisah pedih tiga puluh september
Tampak biadabnya komunis yang ingin menggulingkan negeri
Padahal tidak akan semudah itu pemimpin kita lengser
Revolusi itu harga mati
Kejahatan tiada akan pernah abadi
Jangan biarkan impian negeri mati suri
Karena impian akan jadi nyata saat kita beraksi
Revolusi itu harga mati
Hargailah jasa para pahlawan negeri
Mereka berkorban tanpa peduli dengan kabar diri
Yang penting akan ada kabar baik pada esok pagi
Revolusi itu harga mati
Jadilah engkau anak kebanggaan negeri
Gapailah cita-cita dan jangan lupa berbakti
Karena cinta dan upaya tidak cukup hanya sekadar janji
Puisi-puisi di atas mencerminkan rasa kehilangan, penghormatan, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Melalui karya sastra, kita diajak untuk merenungkan arti perjuangan.
Juga mengingat jasa-jasa pahlawan yang telah berkorban demi kemerdekaan dan keutuhan bangsa. Peringatan G30S/PKI bukan hanya sekadar mengenang tragedi, tetapi juga mengajak kita untuk terus menjaga nilai-nilai persatuan dan keadilan.
Artikel ini ditulis oleh Sri Rahayu, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(ihc/irb)