Sering Ditanya Kapan Nikah? Kata Pakar, Ini Efek Psikologisnya

ADVERTISEMENT

Sering Ditanya Kapan Nikah? Kata Pakar, Ini Efek Psikologisnya

Fahri Zulfikar - detikEdu
Selasa, 16 Mei 2023 19:30 WIB
Ilustrasi sifat minder.
Foto: Ivan Aleksic/Unsplash/ilustrasi takut/minder
Jakarta -

Pertanyaan "Kapan kamu akan menikah?" menjadi momok bagi seseorang yang memasuki usia di atas 20-an. Seringkali, orang yang melontarkan pertanyaan itu justru tidak pernah memikirkan kondisi seseorang yang mendengarnya.

Padahal, seringkali perkataan yang tidak memikirkan situasi seseorang, bisa berakibat buruk bagi kesehatan mental seseorang.

Terlebih pada seseorang yang sudah mendekati 25, punya pekerjaan yang mulai mapan, dan kondisi keuangan yang mulai baik, pertanyaan tentang kapan menikah seolah hal yang umum untuk didengar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Psikolog dengan spesialisasi konseling dan terapi dan salah satu pendiri Layanan Kesehatan Mental Yellow Epiphanies, Divya Pathak, mengatakan bahwa tekanan pernikahan dapat mendorong seseorang untuk merasakan berbagai emosi yang sulit, termasuk gangguan kesehatan jiwa tertentu.

Berikut beberapa gangguan kesehatan jiwa atau mental yang bisa jadi dampak dari tekanan pertanyaan pernikahan, dikutip dari India Times.

ADVERTISEMENT


Efek Psikologis ketika Sering Ditanya "Kapan Menikah?"


1. Kecemasan Sosial

Pada umur di atas 20-an, akan banyak undangan pernikahan, acara keluarga, atau bahkan acara berkumpul teman yang biasa.

Di sana, ada banyak orang-orang seusia yang akan dan atau sudah menikah. Bahkan beberapa banyak berbicara tentang kehidupan pernikahan mereka.

Namun, bukan itu masalahnya. Sebab, yang membuat tertekan adalah ketika semua orang terus-menerus mengomeli kita untuk mencari pasangan.

Hal ini tentu menyebabkan rasa takut untuk keluar dan bertemu orang.

"Baru-baru ini saya pergi ke pemakaman seorang kerabat, dan bahkan dalam keadaan yang menyedihkan itu, bibi saya mendatangi saya untuk menanyakan kapan saya akan menikah. Pergi ke mana pun bersama keluarga saya di tempat mana pun sekarang sudah menjadi tugas (untuk menikah)," kata Pratik, perempuan berusia 33 tahun yang menjadi narasumber psikolog.

2. Merasa Rendah Diri

Secara tidak langsung, tekanan untuk menikah dapat menyebabkan rasa tidak mampu dan rendah diri. Terutama jika individu tersebut merasa tidak memenuhi harapan mereka sendiri atau orang lain.

Menurut Pathak, jika individu ini tidak memiliki siapa pun dan tidak bertemu siapa pun di masa depan, hal itu juga dapat menyebabkan rasa rendah diri.

"Saya telah mencapai usia di mana hampir semua teman saya menikah sekarang. Jadi, setiap kali kita semua berkumpul, mereka datang dengan istri mereka. Bukan masalah seperti itu, tetapi kadang-kadang saya merasa hampa, seperti saya perlu menikah juga hanya untuk memiliki frekuensi yang sama," kata Johnny, laki-laki berusia 32 tahun, narasumber Pathak.

3. Depresi

Tekanan yang terus menerus akan memunculkan perasaan sedih dan putus asa. Terutama jika orang tersebut merasa mereka tidak membuat kemajuan apa pun dalam menemukan pasangan atau mencapai tujuan mereka.

"Penghinaan sosial atas nama kepedulian oleh orang-orang terdekat sangatlah mengecewakan," kata Pathak.

4. Tidak Punya Banyak Waktu dan Energi

Jika seseorang mencurahkan banyak energi dan waktu untuk mencari pasangan karena tekanan menikah, hal ini dapat menyebabkan kelelahan.

Apalagi jika segala sesuatunya tidak berjalan seperti yang mereka inginkan. Orang tersebut tidak hanya kehilangan harapan tetapi juga merasa kewalahan dengan hasil yang sama berulang kali.

"Saya berusia 31 tahun dan, sejujurnya, meskipun memiliki karier yang baik, orang tua saya hanya bisa memikirkan saya untuk menikah. Saya berpenghasilan baik dan bekerja dengan baik secara profesional sebagai pengacara. Jadi semua pasangan potensial berpikir bahwa saya tidak akan menjadi ibu rumah tangga yang baik. Karena saya berpendidikan. Ini sudah terjadi berkali-kali, dan jujur saya sudah bosan," kata Priya, narasumber berusia 31 tahun.

Cara Mengatasi Tekanan Pertanyaan Pernikahan

Divya Pathak memberi saran agar seseorang tidak terjebak terus dalam tekanan pertanyaan pernikahan. Ia menyarankan untuk segera mengatasi agar kondisi mental bisa lebih baik.

1. Berkomunikasi dengan Keluarga dan Teman

Jika tekanan dari teman dan keluarga terlalu berat untuk ditangani, duduklah dan ajak mereka berbicara bahwa pertanyaan terus-menerus untuk menikah bisa memengaruhi kesehatan mental.

2. Pahami Tujuan Hidup

Menikah atau tidak menikah adalah pertanyaannya. Bagi sebagian orang, menikah mungkin menjadi tujuan setelah usia tertentu.

Tetapi banyak yang ingin berbuat lebih banyak, seperti bepergian atau pergi untuk studi yang lebih tinggi. Jadi, pelajari apa tujuan hidup kita sehingga pertanyaan berisik tentang menikah tidak memengaruhi kita sama sekali.

3. Yakin dengan Pilihan Hidup

Hidup bukan soal mana yang paling sempurna dan mana yang harus dicapai. Tetapi apa pun yang kita pilih dan ingin dijalani, maka jalani saja dengan fokus. Termasuk pilihan pekerjaan, pengalaman hidup, dan menikah.

Rayakan dan nikmati pilihan hidup kita yang berbeda dengan orang lain dan jangan pernah berusaha ingin menyainginya.

"Prioritaskan karier Anda, habiskan lebih banyak waktu dengan diri sendiri atau hubungan lain, jelajahi lebih banyak sebelum memilih salah satu atau salah satu alasan Anda," papar Pathak.

4. Jangan Terburu-buru

Jangan sampai tekanan mental dan sosial yang mungkin membebani justru jadi alasan untuk segera menikah. Karena pernikahan adalah komitmen seumur hidup, maka jangan sampai seseorang memengaruhi keputusan kita.

Jika keinginan untuk menikah sangat tinggi karena tekanan, maka berhenti sejenak dan cobalah memahami pasangan hidup seperti apa yang kita butuhkan untuk kebahagiaan seumur hidup.

"Meskipun ada banyak alasan untuk menyerah pada tekanan media sosial dan masyarakat, penting untuk dipahami bahwa seseorang harus memprioritaskan diri sendiri dan fokus pada pertumbuhan dan pemenuhan pribadi di luar ekspektasi pernikahan masyarakat," tutur Pathak.




(faz/nah)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads