Benarkah Uang Bisa Membeli Kebahagiaan? Ini Kata Pakar dari Hasil Studi

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Senin, 20 Feb 2023 10:30 WIB
Foto: Getty Images/iStockphoto/Richard Darko
Jakarta -

Apakah orang yang banyak uang sudah pasti merasa bahagia? Dan sebaliknya, yang memiliki sedikit uang sudah pasti tak bahagia? Apa parameter kebahagiaan dan hubungannya dengan uang? Ini pendapat pakar dari hasil studi.

Terkadang bila melihat mobil yang bagus, seberapa sering detikers berandai-andai, "Jika saya memilikinya, saya akan bahagia."? Lantas kalau melihat di media sosial ada teman membeli barang bagus, apapun itu, seberapa sering ikut terpikir, "Wah! Jika aku memilikinya, semuanya akan baik-baik saja"?

Para ilmuwan menyelidiki pertanyaan ini. Mereka menemukan bahwa dalam masyarakat dengan sedikit uang, masih ada tingkat kebahagiaan. Sebuah makalah diterbitkan pada tahun 2021, bekerja sama dengan Universitas McGill dan Universitas Barcelona, demikian dilansir dari Psychology Today, Jumat (17/2/2023) ditulis detikEdu, Senin (19/2/2023).

Hasil Temuan Studi soal Kebahagiaan

Para ilmuwan mewawancarai 678 orang, antara usia pertengahan 20-an dan awal 50-an, di Kepulauan Solomon dan Bangladesh, terutama mereka yang tinggal di daerah pedesaan dan miskin.

Studi ini mengamati suasana hati, gaya hidup, kegiatan memancing, pendapatan rumah tangga, dan integrasi pasar. Di kedua negara ini, para ilmuwan membandingkan masyarakat yang lebih miskin dengan orang-orang berusia sebaya yang tinggal di kota metropolitan yang lebih besar dengan keadaan keuangan jauh lebih baik.

Para peneliti menemukan dua hal utama:

1. Orang-orang yang tinggal di daerah perkotaan dan menghasilkan lebih banyak uang melaporkan tingkat kebahagiaan yang lebih rendah. Namun, orang yang tinggal di daerah yang lebih miskin dengan pendapatan lebih sedikit melaporkan tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi.

2. Masyarakat pedesaan menikmati waktu bersama keluarga dan berada di alam.

Para peneliti menyimpulkan bahwa di negara-negara yang lebih miskin ini, orang-orangnya bahagia, dan di daerah perkotaan yang orang-orangnya jauh lebih maju, keuntungan moneter bahkan dapat merusak kebahagiaan mereka. Ini mendukung konsep bahwa kebahagiaan pada prinsipnya tidak terkait dengan output ekonomi. Ketika orang merasa aman, mereka merasa nyaman.

Dan yang menarik, para ilmuwan menemukan bahwa meskipun sebagian besar dunia di media sosial membandingkan diri mereka dengan teman sebayanya, yang dapat menyebabkan ketidakbahagiaan, di daerah yang lebih pedesaan ini, bukan itu masalahnya.

Pelajaran Apa yang Dapat Diambil?

Pertama, masyarakat pedesaan ini tidak kelaparan. Mereka tinggal di sebuah komunitas di mana kebutuhan dasar mereka dengan mudah terpenuhi. Hal utama yang mereka miliki adalah rasa kebersamaan dalam komunitas dan alam. Kedua faktor ini tampaknya berkontribusi pada tingkat kebahagiaan yang dilaporkan secara keseluruhan.

Memperoleh lebih banyak barang dan menginginkan lebih banyak barang, benar-benar tidak lazim bagi masyarakat pedesaan.

Klik halaman berikutnya



Simak Video "Video: Kritikan Atas Keputusan Iran Hapus Empat Nol dari Mata Uangnya"


(nwk/nwy)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork