Apakah Alam Semesta Memiliki Ujung?

Apakah Alam Semesta Memiliki Ujung?

Fahri Zulfikar - detikEdu
Jumat, 27 Jan 2023 20:00 WIB
Objek aneh di alam semesta
Foto: NASA/ESA/Caltech/Ilustrasi Alam Semesta
Jakarta -

Alam semesta selalu menjadi misteri bagi para ilmuwan. Selama ini, ilmuwan hanya bisa mengidentifikasi benda-benda yang ada di alam semesta dan segala kemungkinan lainnya. Tapi apakah ilmuwan bisa menjelaskan tentang ujung alam semesta?

Para ilmuwan sepakat bahwa alam semesta tidak memiliki ujung. Salah satu analogi yang sering digunakan ilmuwan untuk menggambarkan alam semesta yang tak berujung dalam permukaan sebuah balon.

Apabila seekor semut di permukaan balon, mereka dapat berjalan ke segala arah dan akan terlihat seperti permukaan yang tidak terbatas. Artinya, semut mungkin kembali ke tempat asalnya tetapi perjalanan itu tidak akan berakhir.

Jadi, meskipun permukaan balon adalah jumlah unit persegi yang terbatas, tetap saja tidak ada ujungnya dan menjadi tidak ada batas. Selain itu, tidak ada pusat titik pilihan pada permukaan bola balon.

Alam Semesta Mengembang

Dikutip dari Live Science, para ilmuwan berpendapat bahwa alam semesta mengembang, dengan kecepatan yang terus meningkat.

Tapi bagaimana alam semesta bisa mengembang jika tidak ada ujungnya?

Menggunakan analogi balon lagi, jika seseorang menambahkan lebih banyak udara ke balon, semut akan mengamati benda lain di permukaan balon semakin jauh.

Kemudian semakin jauh jarak antara semut dan suatu benda, semakin cepat pula benda itu menjauh. Tetapi di mana pun semut bergerak, kecepatan benda-benda itu menjauh akan mengikuti hubungan yang sama.

Jika semut menemukan persamaan yang menggambarkan seberapa cepat benda terjauh menjauh, cara kerjanya akan sama di mana pun tempat di permukaan balon itu.

Menurut definisi, alam semesta mengandung segalanya, jadi tidak ada istilah luar alam semesta.

Ukuran Alam Semesta yang Bisa Dianalisa Manusia

Dr. Katie Mack, ahli astrofisika teoretis di University of Melbourne di Australia, mengatakan bahwa akan lebih berguna untuk berpikir bahwa alam semesta menjadi kurang padat, daripada mengembang.

"Artinya, konsentrasi materi di alam semesta berkurang saat alam semesta mengembang," katanya.

Karena ruang angkasa mengembang, galaksi-galaksi mungkin tampak seolah-olah bergerak lebih cepat dari cahaya, tanpa melanggar relativitas.

"Ukuran sebenarnya dari alam semesta yang dapat diamati adalah 46 miliar tahun cahaya ke segala arah, meskipun alam semesta baru dimulai 13,8 miliar tahun yang lalu," jelas Mack.

Namun menurut Mack, ukuran itu masih membatasi ukuran alam semesta yang bisa dilihat manusia. Singkatnya, apa pun di luar radius 46 miliar tahun cahaya itu tidak akan terlihat oleh penduduk bumi dan tidak akan pernah terlihat.

"Itu karena jarak antara benda-benda di alam semesta terus membesar dengan kecepatan yang lebih cepat daripada sinar yang bisa sampai ke Bumi," tegas Mack.

Mack mengatakan ada upaya berkelanjutan untuk menyelesaikan pertanyaan apakah alam semesta itu seperti bola atau melengkung ke belakang dengan sendirinya, sehingga jika semut melakukan perjalanan ke satu arah, semut akhirnya kembali ke titik awal.

"Kami mencari titik berulang di langit. Itulah yang dicari orang ketika mencari bukti bahwa alam semesta itu terbatas. Ruang kita bisa menjadi ruang 3D yang tertanam dalam ruang empat dimensi," tutur pakar astrofisika tersebut.



Simak Video "Spanyol Berharap Ada di Garis Terdepan Industri Luar Angkasa"
[Gambas:Video 20detik]
(faz/nwy)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia