Apakah detikers juga kerap mendengar tentang hustle culture? Istilah yang populer di kalangan anak muda ini merujuk pada gaya hidup yang menekankan bekerja lebih banyak dan lebih keras, sekaligus menganggap hal itu sebagai sesuatu yang normal.
Gaya hidup tersebut tidak hanya terjadi di dunia kerja saja, melainkan juga bisa didapati di dunia pendidikan. Psikolog UGM, Indrayanti, MSi, PhD, mengartikan hustle culture sebagai istilah yang berkembang dari workaholic.
Gaya hidup hustle culture dapat digambarkan dengan tuntutan pekerjaan yang harus dilaksanakan secara profesional dan kualitas tinggi supaya tidak dinilai buruk. Namun, respons seperti ini bisa membuat seseorang tidak mempunyai waktu untuk diri sendiri maupun keluarga.
Kondisi hustle culture selanjutnya berkembang lagi menjadi toxic productivity.
"Melihat kondisi kerja yang situasinya pada workaholic akhirnya kepikiran, ada racun di pikiran. Jangan-jangan yang disebut produktif yang harus kerja keras, lembur, dan akan merasa bersalah jika gak kayak gitu," jelas Indrayanti, dikutip dari laman UGM.
Laman Psychreg mendefinisikan hustle culture sebagai rasa tertekan untuk bekerja tanpa lelah, tanpa beristirahat, dan terus-menerus menghasilkan uang dan produktif. Sebuah tim penelitian dari Klinik Rehabilitasi Delamere menekankan bahwa gaya hidup hustle culture bisa menjadi sangat toksik.
Dampak Negatif Hustle Culture
Psychreg memaparkan beberapa poin ini merupakan dampak negatif hustle culture yang bisa dirasakan seseorang:
1. Stres
Stres bisa mempengaruhi secara fisik dalam bentuk penyakit jantung, susah bernapas, sakit kepala, dan ketergantungan alkohol. Selanjutnya, stres juga dapat mengarah ke timbulnya kecemasan dan depresi.
2. Kecemasan
Kondisi hustle culture menciptakan situasi takut, rasa bersalah, malu, dan glorifikasi terhadap kerja berlebihan. Pada akhirnya, pikiran-pikiran semacam ini mampu menimbulkan kasus-kasus kecemasan akut.
Kecemasan akibat hustle culture sebagai contoh, bisa membuat seorang pegawai merasa gagal jika mereka beristirahat.
3. Kelelahan
Bekerja terlalu banyak, merasa terus-menerus di bawah tekanan, dan siklus tidur yang buruk dapat berakibat pada kelelahan. Kondisi kelelahan pun pada akhirnya bisa menyebabkan sulit konsentrasi, ingatan yang buruk, dan ketidakseimbangan emosional.
Selain itu, ada kasus-kasus di mana tubuh tertidur saat tengah bekerja karena kelelahan ini. Tentunya hal ini dapat berbahaya bagi orang yang bekerja di bidang-bidang tertentu.
4. Menurunnya Produktivitas
Gaya hidup hustle culture dapat menyebabkan seseorang justru menjadi kurang produktif. Pasalnya, situasi tersebut meningkatkan jam kerja seseorang sehingga mengurangi waktu tidurnya.
Budaya tersebut berdampak negatif bagi karyawan maupun orang yang mempekerjakan. Pemberi kerja akan mendapati pegawainya tidak cukup produktif, sedangkan karyawan bisa mengalami banyak masalah kesehatan fisik dan mental.
Simak Video "Teknik Baru Atasi Gangguan Kesehatan Mental dengan VR"
[Gambas:Video 20detik]
(nah/pal)