Siapa Itu Pilgrims dalam Serial Netflix "Wednesday"? Begini Sejarah Aslinya

ADVERTISEMENT

Siapa Itu Pilgrims dalam Serial Netflix "Wednesday"? Begini Sejarah Aslinya

Trisna Wulandari - detikEdu
Minggu, 11 Des 2022 12:00 WIB
Wednesday di Pilgrims World
Siapa itu Pilgrims, kelompok yang disebut-sebut di Wednesday? Begini sejarah aslinya. Foto: Wednesday Netflix
Jakarta -

Serial "Wednesday" merajai daftar top 10 Netflix sejak rilisnya di pengujung 2022. Tokoh Wednesday, anak perempuan outcast dari franchise Addams Family, disebut membenci kolonialisme dan Pilgrims. Siapa itu Pilgrims?

Dalam serial tersebut, Pilgrims dikisahkan sebagai pendatang di tanah Jericho, kawasan berhutan di New England, Vermont, Amerika Serikat. Pendiri Jericho, Joseph Crackstone, adalah salah satu orang Pilgrims asli yang berkuasa dan berkoloni di sana.

Joseph Crackstone dikenal tidak menyukai outcast, orang-orang dengan kekuatan di luar nalar. Karena itu, ia menggunakan kekerasan pada orang asli Amerika di Jericho, termasuk leluhur Wednesday.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tokoh Joseph Crackstone rupanya berakar dari kisah Pilgrims di Amerika.

Pilgrims adalah orang-orang Inggris yang berlayar ke Amerika dengan kapal Mayflower tahun 1620 dan mendirikan Plymouth Colony. Koloni mereka bermukim di tanah yang mereka namai New England.

ADVERTISEMENT

Kelak, orang-orang Pilgrims juga menjadi sebutan untuk orang-orang Inggris yang datang belakangan dan tinggal di Plymouth mulai tahun 1620-an, seperti dikutip dari laman Plimoth Patuxet Museum.

Kenapa Pilgrims Berlayar ke Amerika?

Pilgrims sendiri pada dasarnya berarti orang yang melakukan perjalanan jauh dengan tujuan keagamaan atau moral, umumnya ke luar negeri.

Orang Pilgrims berlayar lintas benua terutama karena menginginkan gereja baru dan terpisah (separated), di samping segelintir orang yang berangkat karena alasan ekonomi. Orang-orang ini disebut Separatist.

Keinginan mereka merupakan opini yang berbahaya pada masanya. Sebab, di tahun 1600-an, mendirikan gereja selain Church of England dianggap ilegal.

Inggris semula merupakan bangsa Katolik Roma hingga 1534. Lalu, Raja Henry VIII membuat gereja nasional Church of England dan menjadikan dirinya kepala gereja. Bersama anaknya, Ratu Elizabeth I (pemerintahan 1558-1603), Raja Henry mengubah beberapa aturan gereja, tetapi dinilai masih terlalu mirip gereja Katolik Roma.

Kemudian, muncul orang-orang yang ingin kembali ke keyakinan dan praktik ibadah yang lebih sederhana, seperti awal kemunculan Kristen. Orang-orang yang ingin mengembalikan kemurnian (purity) gereja ini disebut Puritans.

Nah, lalu muncullah Separatist, orang-orang yang kemudian menjadi Pilgrims. Separatist menginginkan formasi gereja baru dan terpisah (separated).

Pindah ke Belanda

Agar dapat menjalankan keyakinannya dengan aman, mereka yang semula berpusat di Scrooby, Nottinghamshire, Inggris, pindah ke Belanda. Selama 12 tahun, mereka berdagang pakaian, menjadi tukang kayu, penjahit, dan tukang cetak. Karena hidup di perantauan sulit, anak-anaknya sampai harus bekerja.

Sejumlah anak-anak Separatist kemudian lebih tertarik dengan kebudayaan Belanda. Mereka memilih hidup jadi pelaut atau tentara.

Pindah ke Amerika

Khawatir dengan kondisi ekonominya, keluarga kehilangan identitas ke-Inggris-an, dan khawatir akan meletus perang Belanda-Spanyol, para Separatist membawa keluarganya berlayar ke Amerika dengan dana dari investor. Di perjanjiannya, mereka akan berlayar dan hidup 7 tahun di rumah dekat New York City kini menggunakan dana dari investor, dengan imbalan kayu, ikan, dan bulu.

Semula ada dua kapal sewaan yang berlayar dari Inggris, yaitu Speedwell dan Mayflower. Namun karena Speedwell bocor hingga dua kali harus kembali ke Inggris, hanya 102 orang yang lanjut berlayar dengan Mayflower selama 66 hari. Merekalah yang disebut orang Pilgrims.

Konflik dengan Orang Asli Amerika

Para Pilgrims tinggal di tanah yang dikuasai orang-orang Wampanoag, suku asli Amerika yang sudah mendiami kawasan dekat Massachusetts tersebut selama sekitar 12.000 tahun, seperti dikutip dari The Guardian.

Pada Maret 1621, para kolonis Pilgrims dan orang asli Amerika membuat perjanjian perlindungan satu sama lain dengan pemimpin Pokanoket Wampanoag, Ousamequin (juga dinamai Massasoit oleh Pilgrims).

Orang Wampanoag yang saat itu telah mengalami penculikan, perbudakan, dan 70 persen di antaranya meninggal karena wabah koloni Eropa yang datang sebelumnya kemudian mau bersekutu dengan orang Inggris tersebut. Harapannya, mereka bisa aman dari lawannya, orang Naggaransett.

Mereka berjanji untuk tidak menyakiti satu sama lain dan tidak menggunakan senjata. Jika terjadi pencurian, pelaku dikembalikan ke kelompok masing-masing untuk dihukum. Mereka juga berjanji untuk menjadi sekutu saat perang.

Squanto, orang Pawtuxet-Wampanoag yang sempat jadi sandera pelaut Inggris di London, menjadi mediator dan hidup bersama kolonis Pilgrims dan menyuruh mereka menanam jagung Indian. Di musim gugur 1621, panen jagung pertama mereka, dirayakan 3 hari dengan makan bersama Massasoit dan 90 anggota sukunya. Tradisi Thanksgiving pertama ini kemudian menjadi akar tradisi perayaan Thanksgiving di Amerika.

Namun, konflik terjadi di antara orang asli Amerika tersebut dengan Pilgrims seiring para pendatang Inggris menyusul datang dan menguasai lebih banyak lagi tanah setempat.

Salah satunya yakni saat Perang King Philip tahun 1675, yang membuat pemimpin Wampanoag, Metacom, tewas bersama 5.000 penduduk New England, tiga perempatnya adalah orang asli Amerika. Orang-orang asli yang bertahan hidup menjadi budak. detik.com/tag/pilgrims

Akhir Pilgrims

Koloni Pilgrims di Plymouth tidak sesukses koloni Puritan di New England. Para anggota utama Pilgrims awal, seperti Brewster, Winslow, dan Standish, meninggalkan kelompoknya dan membentuk komunitas baru, seperti dikutip dari History.

Biaya Perang King Philip juga menyulitkan para koloni Pilgrims. Pada 1692, orang Plymouth akhirnya lebur dalam kawasan Massachusetts.




(twu/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads