Teks editorial adalah sebuah artikel dalam surat kabar yang merupakan pendapat atau pandangan redaksi terhadap suatu peristiwa. Agar lebih paham, yuk simak contoh teks editorial di bawah ini.
Sebelumnya, teks editorial sendiri hanya dapat ditulis dan diterbitkan oleh redaksi sebuah media terhadap isu aktual di masyarakat. Menurut e-Modul bahasa Indonesia kelas 12 oleh Kemdikbud, opini yang ditulis oleh redaksi tersebut dianggap sebagai pandangan resmi suatu penerbit atau media terhadap suatu isu aktual.
Masalah aktual itu dapat berupa masalah politik, sosial, maupun masalah ekonomi yang berkaitan dengan politik. Contoh isu yang diangkat misalnya tentang kenaikan bbm, reshuffle kabinet, dan lain sebagainya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Opini dalam teks editorial biasanya berupa kritik, penilaian, prediksi, harapan, dan saran. Siswa juga bisa berlatih menulis teks editorial, lho.
Sebagai pembelajaran, ayo pahami cara menulis teks editorial menurut laman The State University of New York Geneseo.
Cara Menulis Teks Editorial
- Pilih topik yang memiliki sudut pandang berita terkini dan menarik minat pembaca.
- Kumpulkan informasi.
- Tuliskan pendapat secara singkat dalam bentuk pernyataan tesis.
- Jelaskan masalah secara objektif dan tekankan mengapa situasi ini penting.
- Berikan solusi untuk masalah.
- Tutup dengan kalimat penutup yang menyatakan kembali kata pembuka.
Dalam menulis teks editorial, usahakan menulis maksimal 500 kata. Kemudian tidak diperkenankan menggunakan kata ganti orang pertama seperti aku atau saya. Agar lebih paham, simak contoh teks editorial berikut.
Contoh Teks Editorial
1. Hipertensi
Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Indonesian Association of Hypertension) menerbitkan iklan berbahasa Inggris berjudul:
World Hypertension Day, 17 Mei 2019.
Bagi masyarakat Indonesia yang beberapa tahun belakangan ini didera berbagai masalah sosial, masalah tekanan darah tinggi bagaikan setetes air. Apakah karena dianggap tidak menarik dan tidak ada yang mau peduli?
Memang jika kita melihat jumlah penderita hipertensi di Indonesia, kita harus berhati-hati dan sangat prihatin. Prevalensi penyakit ini di Indonesia mencapai 31,7 persen, artinya diperkirakan satu dari tiga penduduk berusia di atas 18 tahun adalah penderita hipertensi. Hal ini berarti puluhan juta penduduk Indonesia dipastikan menderita hipertensi.
Pada keluarga yang anggotanya menderita gagal ginjal, tentu sudah merasakan betapa beratnya biaya dan beban hidup yang harus ditanggung untuk cuci darah misalnya, meski mungkin sudah dibantu asuransi. Salah satu penyebab gagal ginjal adalah hipertensi. Penyakit lain yang juga bisa dipicu oleh hipertensi adalah stroke dan jantung koroner.
Berbeda dengan penyakit demam berdarah yang dapat dengan cepat membunuh yang terkena, berbagai penyakit akibat tekanan darah tinggi dapat berlangsung lama bahkan dapat memakan biaya yang tidak sedikit. yang mempengaruhi kesehatan dan produktivitas. Oleh karena itu, editorial ini mengingatkan masyarakat untuk tidak menganggap enteng kesehatan. Masyarakat dihimbau untuk selalu menjaga pola dan pola hidup sehat.
Kemudian mengingat besarnya risiko dan kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ini, kampanye dan publisitas Hari Hipertensi ini harus dihormati. Hal ini menjadi beban tidak hanya bagi keluarga penderita hipertensi, tetapi juga bagi masyarakat.
2. Penggusuran Lahan
Banjir yang terus melanda ibu kota Jakarta sungguh tak tertahankan dan bisa dimaklumi. Kita butuh solusi cepat dan rasional untuk mengatasi Jakarta sebelum benar-benar runtuh. Salah satu solusi yang diusulkan DKI Jakarta adalah program normalisasi sungai.
Program ini terdiri dari pembukaan lahan di sekitar sungai-sungai di Jakarta. Drainase lahan juga berdampak pada semua penduduk yang tinggal di permukiman sekitar sungai. Oleh karena itu, banyak langkah yang dilakukan oleh Pemprov DKI. Namun pindah ke apartemen bukanlah kabar baik bagi warga tepi sungai yang harus menata kehidupan mereka dari awal. Sebab cukup banyak warga yang menentang penggusuran.
Tragedi Kampong Pulo pada tanggal 20 Agustus 2015 masih segar dalam ingatan. Tiga hari setelah rakyat Indonesia merayakan HUT ke-70, ternyata menjadi momen yang menakutkan bagi warga Kampung Pulo. Mereka harus berurusan dengan orang-orang yang ingin mengevakuasi pemukiman.
Hal itu mempersempit daerah aliran sungai dan banjir terus melanda Jakarta, ibu kota. Jika normalisasi aliran tidak dilakukan, seluruh penduduk Jakarta akan musnah.
Banjir yang terus melanda ibu kota Jakarta tidak dapat ditolerir dan tidak dapat diterima. Begitu pula pihak-pihak yang menjadi biang banjir harus ditindak tegas di seluruh organisasi.
Nah, itulah contoh serta cara menulis teks editorial. Siswa sudah paham?
(nir/nwk)