4 Contoh Teks Khutbah Menyambut Bulan Ramadan, Lengkap Beserta Dalilnya

4 Contoh Teks Khutbah Menyambut Bulan Ramadan, Lengkap Beserta Dalilnya

Nur Khansa Ranawati - detikJabar
Selasa, 18 Feb 2025 20:05 WIB
Ramadan Kareem photography, Lantern with crescent moon shape on the beach with sunset sky, 2024 Eid Mubarak  greeting background
Ilustrasi Ramdhan (Foto: Getty Images/sarath maroli)
Bandung -

Ramadan adalah bulan suci yang penuh rahmat dan ampunan. Selama bulan ini, umat Islam di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa sebagai bentuk ketakwaan terhadap Allah S.W.T. Lebih dari sekedar menahan haus dan lapar, bulan ini juga menjadi kesempatan untuk memperbanyak ibadah dan memperbaiki diri.

Salah satunya adalah dengan menyimak ceramah dan khutbah terkait dengan topik Ramadan. Berikut detikJabar rangkumkan beberapa contoh teks khutbah untuk memasuki bulan Ramadan 2025, berdasarkan materi Syiar Ramadan Perekat Persaudaraan: Materi Kuliah dan Khutbah di Masjid dan Musala selama Ramadan (2024) yang dikeluarkan oleg Kementerian Agama RI.

Contoh Teks Khutbah Menyambut Ramadan

1. Mengawali Ramadan dengan Senyuman

Asalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jamaah yang dirahmati Allah,
Dalam Islam, ketika kita bertemu atau bersama orang lain, maka kita sangat dianjurkan untuk menampakkan wajah ceria dan senantiasa tersenyum. Sebaliknya, kita dilarang menampakkan wajah cemberut. Hal ini tentu juga berlaku saat kita menyambut dan bertemu kembali dengan Ramadan. Senyum merupakan simbol kebahagiaan.

Saat mengawali Ramadan sudah seharusnya seorang muslim dan muslimah bahagia bertemu dengannya. Kita dapat membayangkan bahwa Ramadan itu bagaikan tamu agung yang akan berkunjung ke rumah kita. Laiknya tamu agung, kita pun perlu mempersiapkan jamuan yang pantas atas kedatangan tamu agung yang ditunggu-tunggu itu.

ADVERTISEMENT

Jamuan yang pantas kita sajikan untuk Ramadan berupa amal-amal ibadah, baik yang individual maupun sosial.

Bapak Ibu yang dimuliakan Allah,
Ibadah individual dapat dilakukan dengan cara konsisten menjalankan shalat tarawih, tadarus Al-Qur'an, melakukan ibadah umrah pada bulan Ramadan bila memungkinkan, dan terus berupaya memperbaiki diri.

Sementara itu, ibadah sosial selama Ramadan dapat ditingkatkan dengan cara menyiapkan takjil untuk masyarakat yang membutuhkan, berderma kepada yang tidak mampu, dan menyantuni anak yatim, duafa, dan para janda.

Jamaah yang dirahmati Allah,
Saat Ramadan sudah dipastikan karena sudah terlihatnya hilal, sebagai ungkapan rasa syukur dan bahagia, Rasulullah pun memanjatkan doa kepada Allah sebagaimana riwayat dari Thalhah bin Ubaidillah.

"Diriwayatkan dari Thalhah bin Ubaidillah yang menceritakan bahwa Nabi Muhammad saw. itu ketika telah melihat hilal Ramadan, beliau berdoa; Allahumma ahillahu 'alaina bil yumni wal imani was salamati wal islam. Rabbi wa rabbukallah (Ya Allah jadikanlah hilal (bulan) ini bagi kami dengan membawa keberkahan, keimanan, keselamatan, dan keislaman. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah." Hadits ini merupakan hadis hasan Gharib (HR Tirmidzi).

Jamaah yahfazhukumllah,

Rasulullah selalu mengabarkan kepada para sahabatnya mengenai datangnya Ramadan sebagaimana riwayat Abu Hurairah berikut.

"Dari Abu Hurairah yang menyampaikan bahwa Rasulullah SAW. pernah berpesan, "Ramadan itu sungguh telah datang. Ia merupakan bulan berkah. Allah mewajibkan puasa Ramadan kepada kalian. Saat Ramadan tiba, pintu surga
terbuka, pintu neraka tertutup, dan para setan pun terikat. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tak memperoleh kebaikannya itu tak memperoleh apa-apa." (HR Ahmad; Nomor 7148)

Hadirin yang dimuliakan Allah,
Ibn Rajab al-Hanbali dalam kitab Lathaif al-Ma'arif mengatakan:

Nabi Muhammad S.A.W selalu memberikan kabar gembira kepada para sahabatnya dengan datangnya bulan Ramadan

Sebagian ulama berpendapat bahwa hadis ini (hadis yang ketiga dalam tulisan ini) menjadi dasar dalam mengucapkan "selamat menyambut kedatangan bulan Ramadan" di antara satu sama lain ketika menjelang bulan Ramadan.

Di Indonesia tahniah tersebut biasanya diungkapkan dengan kalimat "ahlan wa sahlan ya ramadan". Kegembiraan dan kebahagiaan dalam menyambut bulan Ramadan harus ditampakkan satu sama lain.

Semoga kita dapat mengawali Ramadan dengan penuh senyum, suka-cita dan kegembiraan sehingga kita dapat melaksanakan anjuran-anjuran Nabi dan para ulama mengenai memperbanyak ibadah bulan Ramadan secara konsisten.

2. Keutamaan Menyiapkan Makan Sahur

Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Hadirin yang dimuliakan Allah,
Ibadah puasa harus dijalankan dengan penuh ketulusan. Sebagai bentuk ketulusan tersebut, kita harus mempersiapkan ibadah dengan sebaik-baiknya. Persiapan ini dapat berarti persiapan sebelum memasuki bulan puasa.

Islam mengajarkan agar kita menyiapkan diri sebelum menjalankan ibadah puasa dengan melakukan makan sahur. Makan sahur tidak hanya merupakan persiapan yang bersifat lahiriah, untuk menyimpan energi selama menjalankan puasa. Tetapi, ada nilai keutamaan tersendiri di luar manfaat jasadiyah. Nilai-nilai itu telah dijelaskan dalam sejumlah hadis Nabi SAW dan penjelasan para ulama terhadap hadis tersebut.

Jamaah yang dimuliakan Allah,
Dalam konteks menjelaskan nilai keutamaan sahur ini, Rasulullah SAW bersabda:

"Makan sahurlah. Karena, dalam makan sahur terdapat keberkahan." (HR. al-Bukhari).

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam kitab hahih al-Bukhari. Karenanya, kesahihan hadis tersebut tidak perlu dipertanyakan. Berdasarkan perintah dalam hadis tersebut, para ulama bersepakat disunnahkannya makan sahur. Imam al-Nawawi dalam kitab Syarah Shahih Muslim, jilid 7 halaman 206, mengatakan:

"Para ulama bersepakat akan kesunnahan makan sahur, dan bahwa makan sahur bukan perkara yang diwajibkan."

Bapak Ibu yang dirahmati Allah,
Arti keberkahan dalam hadits adalah ia mengandung banyak sekali kebaikan. Di antara bentuk kebaikan makan sahur adalah ia dapat membuat orang kuat menjalankan ibadah puasa dan membuat lebih bersemangat. Dengan seperti itu, berpuasa menjadi terasa lebih ringan dijalankan.

Ketika puasa terasa ringan, ada keinginan untuk berpuasa lagi. Berbeda dengan orang yang tidak makan sahur, ia akan merasa berat menjalankan puasa. Mungkin ia akan menganggapnya sebagai ibadah yang berat. Demikian
penjelasan Imam al-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim.

Jamaah Hafidzakumullah,
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menulis beragam bentuk keberkahan makan sahur:

"Berkah dalam sahur dapat diperoleh dengan beberapa bentuk; mengikuti sunnah Nabi, menyelisihi ahli kitab, mengambil kekuatan untuk ibadah, menambah semangat, menolak perilaku buruk yang timbul akibat rasa lapar,
mendorong sedekah kepada orang yang meminta sahur pada waktu sahur, berkumpul untuk makan sahur bersama, mendorong dilaksanakannya zikir dan doa pada waktu yang mustajab, membaca niat bagi orang yang lupa membaca niat sebelum tidur." (Fath al-Bari Syarah Shahih al-Bukhari, jilid 4, halaman 140)

Hadirin yang dimuliakan Allah,
Ada poin yang menarik dalam penjelasan Imam Ibnu Hajar di atas. Yaitu, sahur menjadi sebab kita berbagi sedekah kepada orang lain yang membutuhkan makan sahur pada waktu sahur. Poin ini penting, tidak hanya bagi orang yang bersahur, tetapi bagi orang yang mau menyediakan makan sahur bagi orang lain. Poin ini sering dilupakan masyarakat kita. Memberi atau menyiapkan makan sahur untuk orang lain adalah suatu amalan yang utama.

Amalan menyiapkan makan sahur untuk orang lain sering dianggap remeh. Padahal, ia merupakan amalan sosial yang utama. Karena, amalan tersebut merupakan ibadah sosial yang dilakukan di bulan Ramadan untuk membantu orang yang akan menjalankan kewajiban agama. Dalam sebuah kaidah fikih dikatakan, al-muta'addi afdhalu min al-qashir. Artinya, ibadah yang dapat bermanfaat untuk orang lain lebih utama dibanding ibadah yang hanya kembali kepada pelakunya.

Menyiapkan makan sahur adalah bentuk saling tolong-menolong dalam kebaikan. Al-Qur'an mengatakan, wa ta'awanu 'ala al-birri wa at-taqwa (saling tolong- menolonglah dalam kebaikan dan ketakwaan). Tidak diragukan lagi bahwa menolong orang lain yang akan menjalankan ibadah puasa Ramadan adalah bentuk tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.

Sedekah yang paling utama adalah sedekah di bulan Ramadan. Dalam riwayat Imam al-Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah mengatakan, afdhalu as-shadaqah shadaqah fi Ramadan. Artinya, sedekah yang paling utama adalah sedekah di bulan Ramadan. Berbagi makan sahur atau menyiapkan makan sahur merupakan bentuk sedekah di bulan Ramadan.

3. Tetap Produktif Saat Berpuasa

Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Jamaah yang dirahmati Allah,
Puasa Ramadan bukan penghalang untuk bekerja produktif. Justru, dengan niat yang tulus dan perencanaan yang baik, ibadah puasa bisa menjadi pendorong semangat kerja. Disiplin dan pengendalian diri yang diperoleh saat berpuasa
dapat diterapkan dalam mengatur waktu dan menyelesaikan tugas secara efisien.

Pertama, puasa melatih disiplin dan kontrol diri. Selama berpuasa, kita dituntut untuk menahan lapar dan haus. Disiplin ini terbawa ke dalam dunia kerja. Kita jadi lebih bisa mengatur waktu, fokus pada pekerjaan, dan menghindari hal-hal yang bisa mengganggu konsentrasi.

Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah,

Kedua, puasa menyehatkan tubuh dan pikiran. Dengan pola makan teratur saat sahur dan berbuka, asupan nutrisi menjadi lebih terjaga. Hal ini berdampak positif pada kesehatan secara keseluruhan, sehingga kita tetap berenergi dan bisa bekerja secara optimal. Selain itu, puasa juga diyakini dapat meningkatkan kejernihan pikiran dan ketenangan batin, yang tentunya akan mendukung produktivitas.

Ketiga, puasa menumbuhkan semangat berbagi dan kepedulian. Suasana Ramadan yang penuh kebersamaan dan kedermawanan bisa memotivasi kita untuk bekerja lebih giat. Dengan niat beribadah, kita akan merasa bahwa
pekerjaan yang kita lakukan tidak hanya mendatangkan keuntungan finansial, tetapi juga pahala.

Jamaah yang berbahagia,
Dalam Al-Qur'an, Allah mengingatkan manusia bahwa bekerja untuk memenuhi nafkah keluarga termasukkewajiban. Pada surah at-Taubah ayat 105 Allah mengingatkan pentingnya bekerja serta larangan untuk bermalas-malasan.

"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."

Jamaah yang Berbahagia,
Pada sisi lain, dijelaskan oleh Nabi Muhammad dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim bahwa bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, meskipun dengan pekerjaan yang kasar, lebih mulia daripada meminta-minta
kepada orang lain. Hal ini berlaku meskipun orang yang dimintai memberi atau menolak permintaan tersebut.

"Sungguh seorang dari kalian yang memanggul kayu bakar dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia meminta-minta kepada seseorang, baik orang itu memberinya atau menolaknya." [HR. Bukhari dan Muslim].

Mengomentari hadits tersebut Imam Nawawi mengatakan bahwa hadits ini juga menganjurkan umat Islam untuk memakan hasil kerja sendiri, bukan hasil mencuri atau menipu. Islam mendorong umatnya untuk bekerja keras
dengan sungguh-sungguh dalam mencari nafkah, karena hal ini dianggap sebagai bentuk ibadah. Rasulullah Muhammad SAW sendiri memberikan contoh dengan berusaha dan bekerja keras untuk menyediakan kebutuhan dirinya serta
keluarganya.

Pun dalam Al-Qur'an, Allah SWT juga mengingatkan
umatnya agar tidak hanya berdoa, namun juga melakukan usaha nyata dalam mencari rezeki. Hal ini menunjukkan bahwa Islam memandang kerja keras sebagai salah satu cara untuk mencapai keberkahan dan mendapatkan ridha Allah SWT.

Selain menekankan pentingnya usaha dan kerja keras, Islam juga menganjurkan agar setiap orang bekerja dengan cara yang halal. Konsep ini mengacu pada prinsip bahwa segala sesuatu yang diperoleh haruslah melalui cara yang sah dan
tidak melanggar aturan agama.

Dalam Islam, kehalalan dalam mencari nafkah dianggap sebagai bagian penting dari ibadah dan ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu, umat Islam diajarkan untuk menghindari segala bentuk pekerjaan atau praktik yang melibatkan penipuan, korupsi, atau eksploitasi terhadap orang lain.

Jamaah yang dirahmati Allah,
Imam Nawawi berkata dalam kitab Shahih Muslim:

"Sesungguhnya dalam hadits tersebut terdapat anjuran untuk bersedekah, makan dari hasil kerja tangan sendiri, dan mencari penghasilan dengan cara yang halal."

Dengan demikian, puasa bukan alasan untuk menjadi tidak produktif dalam bekerja. Justru sebaliknya, puasa melatih setiap orang untuk bisa lebih disiplin dan mandiri dalam kehidupannya.

4. Puasa Ramadan dan Ketakwaan Sosial

Asalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Jamaah yang dirahmati Allah,
Puasa dalam Islam ada yang hukumnya sunnah dan wajib. Untuk puasa sunnah, tidak semua umat Islam melaksanakanmya, terlebih puasa yang dikerjakan secara rutin seperti puasa Senin dan Kamis, Puasa Ayyamul Bidh, apalagi Puasa Nabi Daud AS.

Siapapun orangnya, selama dia adalah mukallaf yang tidak memiliki udzur, suka atau tidak, dipaksa atau tidak tetap wajib melaksanakannya. Artinya, puasa Ramadan wajib bagi pezina, pemabuk, penjudi, koruptor, perampok, penipu dan selururuh ahli maksiat lainnya dan juga wajib bagi para ulama dan orang awan sekalipun.

Karena kewajiban puasa Ramadan satu bulan penuh ini serentak dilakukan oleh seluruh mukalaf bila uzur, maka puasa Ramadan sangat berpotensi untuk menjadikan para sha'imin menjadi pribadi yang bertakwa, sebagaimana tujuan dari puasa itu sendiri, la'allakum tattaqun. Harapan kita, setelah Ramadan berakhir, umat Islam seluruh dunia adalah umat yang bertakwa, khususnya di Indonesia, aamin.

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah.

Dalam Al-Qur'an, surah Al-Baqarah ayat 183 dan 18, Allah berfirman mengenai kewajiban dan tujuan puasa Ramadan.

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (Q.S. Al-Baqarah: 183).

"Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah." (Q.S. Al-Baqarah: 185).

Jadi, dari dua ayat ini kita tahu bahwa Ramadan itu akan membentuk seorang Muslim menjadi orang yang bertakwa sebenar-benarnya.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersbada:

Dari Ibnu Umar RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Islam dibangun di atas lima (landasan); bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad
adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadlan". (Muttafaq Alaih).

Jamaah yang dimuliakan Allah

Rasulullah juga bersabda:

Dari Abu HurairahRA berkata; Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu". (Muttafaq Alaih).

Bapak dan Ibu yang dirahmati Allah,

Ketakwaan seorang yang berpuasa di antaranya dapat kita simak dalam dua hadis berikut. Rasulullah saw. bersabda:

Dari Abu Hurairah RA -secaya riwayah (menukil dan menceritakan hadits dari Nabi) beliau SAW berkata; Apabila salah seorang dari kalian berpuasa di suatu hari, maka janganlah ia berkata-kata kotor dan berbuat kesia-
siaan. Bila ia caci seseorang atau menyerangnya, maka hendaklah ia mengatakan, "Sesungguhnya saya sedang berpusa." (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah RA ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda: "Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan pahalanya selain lapar, dan berapa banyak orang yang shalat malam tidak mendapatkan selain
begadang." (HR. Ibn Majah)

Jamaah yang dimuliakan Allah

Al-Imam An-Nawawi dalam kitabnya Syarah Shahih Muslim mengatakan bahwa:

"Ketahuilah bahwa larangan berkata kotor, bertindak bodoh, permusuhan dan saling mencaci bukan hanya dikhususkan bagi orang yang sedamg berpuasa secara khusus. Semua larangan tersebut memang bersifat asal (kapan dan
dimanapun). Terlebih hal itu dilakukan oleh orang yang sedang berpuasa."

Oleh sebab itu, orang yang berpuasa bukanlah hanya menahan lapar dan haus, tapi ia menjaga seluruh anggota tubuhnya dari perbutan kotor dan maksiat kepada Allah. Dengan begitu, puasa yang berkualitas menjadikan orang yang melakukannhya bertakwa kepada Allah.

Semoga kaum muslimin seluruh dunia, terutama di Indonesia mampu menjalankan seluruh ranglaian ibadah Ramadan dengan penuh kualitas, terutama puasa Ramadan.

Dengan demikian, ketakwaan sosial Insya Allah terwujud, aamiin.

Demikian ulasan contoh teks khutbah untuk menyambut bulan suci Ramadan 2025 yang bisa Anda gunakan untuk berbagai acara dan kesempatan. Semoga membantu!




(tya/tey)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads