Riwayat Lembaga Eijkman & Kisah Tragis Pengorbanan Direktur demi Anak Buah

ADVERTISEMENT

Riwayat Lembaga Eijkman & Kisah Tragis Pengorbanan Direktur demi Anak Buah

Novia Aisyah - detikEdu
Minggu, 02 Jan 2022 14:00 WIB
Eijkman terkait tes virus corona COVID-19
Foto: 20Detik
Jakarta -

Lembaga Eijkman atau yang biasa dikenal sebagai Eijkman Institute dikabarkan telah dilebur ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dikutip dari situs resminya, lembaga ini adalah institusi nirlaba yang melakukan penelitian dasar dalam bidang biologi molekuler medis dan bioteknologi melalui dana pemerintah, serta telah diperbarui.

Nama lembaga Eijkman didapat dari nama ilmuwan asal Belanda yang meneliti beri-beri di lembaga ini saat akhir abad ke-19, Christiaan Eijkman. Melalui penelitiannya itu, peraih nobel ini juga menemukan vitamin untuk pertama kalinya.

Sejarah Lembaga Eijkman

Lembaga Eijkman awalnya berdiri sebagai Laboratorium Penelitian Patologi dan Bakteriologi pada 1888. Christiaan Eijkman sebagai direktur pertama menemukan hubungan kekurangan vitamin B1 dan penyakit beri-beri. Penemuannya itu menjadi konsep dasar vitamin modern dan membuatnya memenangkan Hadiah Nobel tahun 1929.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Laboratorium ini pun akhirnya dikembangkan sebagai Laboratorium Medis Pusat dan pada peringatannya yang ke-50 ditetapkan sebagai Eijkman Institute atau Institut Eijkman.

Saat puncak kejayaannya di awal abad yang lalu, Lembaga Eijkman menjadi pusat pengobatan tropis yang terkenal di seluruh dunia. Sayangnya, institusi ini sempat ditutup pada 1960-an disebabkan himpitan ekonomi pasca kemerdekaan Indonesia.

ADVERTISEMENT

Kemudian, Eijkman Institute pun dihidupkan kembali sebagai respons kebutuhan mendesak Indonesia akan lembaga penelitian biomedis. Gagasan membangkitkan kembali organisasi ini sebagai lembaga penelitian bertaraf internasional bidang biologi sel molekuler, dilakukan di kantor Menteri Riset dan Teknologi. Pada peringatan 100 tahun penemuan Christiaan Eijkman tentang keterkaitan beri-beri dan kekurangan vitamin B1 Desember 1990, Presiden Soeharto memperkenalkan lembaga ini kembali.

Pada Juli 1992, Eijkman Institute for Molecular Biology resmi berdiri dan mulai berjalan April 1993. Presiden Soeharto melakukan momen peresmiannya pada 19 September 1995.

Kisah Tragis Eksekusi Direktur Indonesia Lembaga Eijkman

Tragedi ini berawal dari tuduhan kolonial Jepang atas sejumlah dokter dan ilmuwan usai suntikan vaksin tifus, kolera, dan disentri yang menyebabkan tewasnya ratusan romusha di Juli 1944 di Klender, Jakarta. Isi tuduhannya adalah sabotase setelah lebih dari 1.000 romusha tewas, demikian dikutip dari arsip detikhealth 2010.

Tetapi, vaksinasi tersebut sebetulnya tidak dilakukan Lembaga Eijkman, melainkan Lembaga Pasteur Bandung yang kala itu dikelola militer Jepang.

Perlu diketahui, dikatakan dalam Science Magazine 02 Juli 2010, sejumlah detail tragedi ini mungkin tidak akan pernah terungkap. Misalnya mengenai jumlah romusha yang divaksin diperkirakan 1.500 orang.

Para pekerja paksa itu mengalami gejala tetanus dan mendorong pihak Jepang menyuruh dokter-dokter Lembaga Eijkman mengobati mereka. Meski para peneliti berhasil menemukan kontaminasi racun tetanus pada vaksin yang diberikan, Jepang justru melempar tuduhan bahwa para peneliti in memiliki skenario tersembunyi.

Ada sejumlah dokter dan staf Eijkman yang ditangkap dan disiksa agar mengaku, termasuk juga Achmad Mochtar yang saat itu menjabat sebagai direktur pertama Lembaga Eijkman.

Bulan Oktober 1944 tentara Jepang, Kenpeitai, menangkap Mochtar, rekannya, para dokter, dan staf. Seorang dokter meninggal saat disiksa dan ada seorang yang mati dalam tahanan.

Orang-orang yang selamat akhirnya dibebaskan pada Januari 1945, kecuali Mochtar. Dugaannya, Mochtar meyakinkan Jepang agar anak buahnya dibebaskan. Sebagai gantinya dirinya menjadi tahanan dan dieksekusi. Mochtar pun dihukum pancung tanggal 03 Juli 1945.

Direktur Lembaga Eijkman yang pada 2010 tengah menjabat, Sangkot Marzuki pernah mengatakan berbagai bukti menilai Mochtar sebetulnya tidak bersalah. Melalui pengadilan Australia terkait kejahatan perang di tahun 1945, tokoh militer Jepang Hirosato Nakamura dijatuhi hukuman 4 tahun penjara.

Profil Achmad Mochtar

Achmad Mochtar adalah sosok kelahiran 1892 di Sumatera Barat. Dia lulus dari STOVIA pada 1916 dan menjalani 2 tahun penempatan wajib di sebuah klinik terpencil di Panyabungan, Sumatra Utara.

Di tempat itu Mochtar bertemu W. A. P. Schuffner, peneliti mikroskopik longitudinal pertama parasit malaria. Dan berkat pengaruh Schuffner ini, administrasi kolonial Belanda kala itu menerbangkan Mochtar ke Universitas Amsterdam agar memperoleh pendidikan doktoral.

Mochtar menulis soal leptospira pada tesisnya di tahun 1927. Penelitiannya ini dilanjutkan saat Mochtar kembali ke Indonesia dan sebelum dia menjadi bagian dari The Central Medical Laboratory Indonesia atau Laboratorium Medis Pusat pada 1937. Mochtar pun ditunjuk sebagai direktur dan laboratorium itu berganti nama menjadi Eijkman Institute.

Itulah sejarah Lembaga Eijkman sekaligus kisah tragis yang pernah mewarnai institusi tersebut.




(nah/lus)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads