Yuli Sanyoto warga Desa Tajungsari, Kecamatan Tlogowungu, Kabupaten Pati, membagikan kisah merintis usaha madu murni. Berawal dari merawat anaknya yang memiliki kebutuhan khusus, usaha madu murninya kini justru bisa datangkan cuan jutaan setiap bulan.
Yuli sendiri kini merupakan pelaku Usaha Mikro Kecil, dan Menengah di Pati. Dia memulai menekuni bisnis madu bermula dari merawat putranya ketiga yang terlahir istimewa dengan kondisi down syndrome.
Yuli menceritakan jika anaknya nomor tiga bernama Atha (10) terlahir dengan kebutuhan khusus. Tak ayal dalam keseharianya Yuli sebagai orang tua merawat dengan istimewa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satunya, anak down syndrome tidak boleh mengkonsumsi gula sintetis atau pemanis buatan. Menurut Yuli jika anaknya mengkonsumsi pemanis buatan akan bisa memicu hiperaktif hingga alergi.
"Kan dulu madunya sebenarnya aku nggak mau jualan, karena Atha anak saya down syndrome terus dari melayani teman-temannya karena pakai gula asli biasanya itu dia hiperaktif tinggi," kata Yuli saat berbincang dengan detikJateng, Minggu (20/5/2025).
Setelah itu pada tahun 2016, kebunnya yang ada di kaki Pegunungan Muria disewa oleh peternak lebah madu. Menurutnya saat itu dirinya meminta agar hasil diberikan dalam bentuk madu bukan uang.
"Jadi awalnya dari situ sejak tahun 2016. Madu liar madu asli," jelasnya.
Dari madu yang didapatkan itu selain untuk memenuhi kebutuhan anaknya, juga dijual. Akhirnya kata dia ada pelanggan tetap sampai 400 orang. Mereka kebanyakan orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.
"Mulai dari situ banyak pelanggan sampai yang reguler sampai 400 (orang)," jelasnya.
Karena produk madu dari Yuli semakin dikenal, akhirnya dia memutuskan menamai produk madu miliknya dengan nama anaknya 'Atha Honey'.
"Terus karena punya izin dan sebagainya saya urus izinnya. Terus baru keluar ke pasaran umum," ungkap dia.
Menurutnya pelanggan madunya kebanyakan dari orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Setiap habis pasti mereka datang ke rumah Yuli hingga minta untuk dikirim.
"Karena teman Atha itu pokoknya kalau habis segera dikirimi. Mereka itu tidak bisa cari di luar. Jadi sudah menjadi langganan itu saja," ungkapnya.
Yuli mengatakan biasanya pelanggannya sekali beli ukuran 500 mililiter sampai 1 liter. Adapun harganya Rp Rp 150 ribu untuk ukuran 500 mililiter dan Rp 300 ribu untuk ukuran 1 liter.
"Kalau omzet bulanan Rp 4 juta sampai Rp 5 juta," tutur dia.
Yuli yang juga sebagai Ketua Komunitas UMKM Pati atau Kita Unggulan Pati (Kupat) untuk mengembangkan usahanya memutuskan untuk bekerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia atau BRI. Pertama dalam bidang memudahkan pembayaran dengan memanfaatkan layanan QRIS BRI.
"Kita melakukan kerja sama dengan BRI. Seperti QRIS BRI," ujarnya.
Selain itu untuk menunjang usahanya agar lebih berkembang, Yuli juga meminjam kredit usaha rakyat dari BRI. Modal Itu ia gunakan untuk membangun tempat produk di rumahnya.
"Fasilitas KUR BRI juga. Kita lewat unit BRI. Saya itu dulu lewat Kepala Cabang BRI waktu itu saya ketua UMKM Pati tapi tidak punya KUR. Akhirnya disuruh menggunakan pinjaman KUR," ujarnya.
Berkat KUR BRI ini usahanya berkembang pesat. Selain usaha madu, Yuli juga berbisnis kopi khas Pati.
Terpisah Manager Mikro BRI Office Pati, Novi Ristanto mengatakan program KUR sebagai upaya membantu pelaku UMKM agar bisa membangun usahanya melalui pembiayaan yang mudah diakses. Dia berharap program KUR ini bisa membantu usaha mikro lebih berkembang.
"Adapun selama tahun 2024 lalu kami BRI Pati menyalurkan KUR mikro sebanyak Rp 2,1 Triliun," jelas Novi saat dihubungi detikJateng.
(ahr/ahr)