4 Ilmuwan Indonesia Raih Penghargaan Habibie Prize 2021, Ini Sosoknya

ADVERTISEMENT

4 Ilmuwan Indonesia Raih Penghargaan Habibie Prize 2021, Ini Sosoknya

Trisna Wulandari - detikEdu
Kamis, 18 Nov 2021 18:00 WIB
Empat ilmuwan Indonesia meraih anugerah Habibie Prize 2021.
Empat ilmuwan Indonesia raih anugerah Habibie Prize 2021. Foto: Kanal Youtube BRIN Indonesia
Jakarta -

Empat ilmuwan Indonesia meraih anugerah Habibie Prize 2021, Rabu (17/11/2021). Keempat ilmuwan tersebut dianugerahi penghargaan Habibie Prize Bidang Ilmu Dasar, Bidang Kedokteran dan Bioteknologi, Bidang Ilmu Rekayasa, dan Bidang Ilmu Filsafat, Agama dan Kebudayaan.

Habibie Prize merupakan penghargaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) bergengsi di Indonesia yang diberikan pada sosok dengan keunggulan tinggi di bidang iptek. Peraih penghargaan merupakan sosok-sosok yang mampu menghasilkan temuan-temuan baru dibidangnya untuk kemajuan bangsa dan rakyat Indonesia.

Sebelum berganti pada 2020, Habibie Prize dikenal dengan nama Habibie Award. Salah satu penerima Habibie Award tahun 2019, Prof. Dr. Adi Utarini, MSc., MPH. kelak terpilih menjadi salah satu dari 10 ilmuwan berpengaruh dunia oleh jurnal ilmiah Nature pada 2020. Prof. Adi Utarini juga dinobatkan Majalah Time sebagai peneliti Indonesia yang masuk dalam 100 orang paling berpengaruh dunia pada 2021.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Habibie Award dimulai pada 1999, setelah keluarga Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie mendirikan Yayasan SDM IPTEK. Sejak itu, sebanyak 71 ilmuwan Indonesia sudah dianugerahi penghargaan Habibie Award.

Habibie Prize 2021 dilaksanakan dalam kerja sama Yayasan SDM IPTEK dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan, anugerah Habibie Prize 2021 semula dibuka dalam lima kategori, yaitu Ilmu Dasar, Ilmu Kedokteran dan Bioteknologi, Ilmu Rekayasa, Ilmu Ekonomi, Sosial, Politik, dan Hukum, serta Ilmu Filsafat, Agama, dan Kebudayaan.

ADVERTISEMENT

"Tahun ini terdapat total 90 kandidat dari kelima bidang ilmu tersebut, yang kemudian diseleksi dan dinilai oleh dewan juri yang kemudian ditetapkan dalam suatu rapat pleno yang dipimpin oleh Ketua Panitia/Dewan Juri Habibie Prize 2021", kata Handoko dalam keterangan tertulis, Kamis (18/11/2021).

Ketua Yayasan SDM IPTEK Prof. Wardiman Djojonegoro, rapat pleno dewan juri memutuskan ada empat penerima Habibie Prize 2021 untuk kelompok ilmu Bidang Ilmu Dasar, Bidang Kedokteran dan Bioteknologi, Bidang Ilmu Rekayasa, dan Bidang Ilmu Filsafat, Agama dan Kebudayaan.

"Masing-masing pemenang akan mendapatkan penghargaan berupa medali, sertifikat, dan uang senilai US$ 25.000", kata Wardiman.

Ilmuwan Penerima Anugerah Habibie Prize 2021

  • Prof. Dr. M.Hanafi

Prof. Hanafi, peraih anugerah Habibie Prize 2021Prof. Hanafi, peraih anugerah Habibie Prize 2021 Kategori Bidang Ilmu Dasar. Foto: Kanal Youtube BRIN Indonesia

Prof. Dr. M.Hanafi menerima anugerah Habibie Prize 2021 Kategori Bidang Ilmu Dasar. Fokus meneliti tentang penemuan obat dari bahan alam, alumnus S1 Kimia Universitas Indonesia 1985 merupakan pemilik 40 paten, penulis 112 jurnal internasional, 55 prosiding internasional, 46 jurnal nasional, dan penerima penerima Hitachi Global Foundation Asia Innovation Award 2020 "Encouragement Award".

Kelahiran Semarang, 12 April 1957 ini semula melanjutkan studi S2 Kimia Bahan Alam dan S3 Kimia Organik di Osaka University, Jepang . Ia kelak menjadi profesor riset pada 2012 dengan orasi Proses Penemuan Obat Baru Antikolesterol dan Antikanker.

Peneliti di Pusat Riset Kimia Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini kini tengah melakukan penelitian dalam penemuan senyawa aktif antivirus hepatitis B (HBV) dari tanaman indonesia.

"Harapan ke depan, bisa berkarya lebih maju, khususnya bagaimana menghasilkan penelitian yang prospective. Perlu banyak kerjasama, koordinasi lintas bidang, dukungan industri dan institusi, agar bisa menghasilkan obat baru dari tanaman Indonesia," kata Prof. Hanafi.

  • Assoc. Prof. dr. Nicolaas C. Budhiparama, Ph.D, Sp.OT(K), FICS

dr. Nicolaas, peraih Habibie Prize 2021dr. Nicolaas, peraih Habibie Prize 2021 Kategori Bidang Ilmu Kedokteran dan Bioteknologi. Foto: Kanal Youtube BRIN Indonesia

Assoc. Prof. dr. Nicolaas C. Budhiparama, Ph.D, Sp.OT(K), FICS meraih anugerah Habibie Award 2021 Kategori Bidang Ilmu Kedokteran dan Bioteknologi. Dedikasinya dalam kedokteran ortopedi dan kemanusiaan mendorongnya kelak mendirikan Nicolaas Institute of Constructive Orthopaedic Research & Education Foundation for Arthroplasty & Sports Medicine.

Alumnus S1 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara (USU) ini semula melanjutkan studi di Leiden Medical School, Belanda. Di sana, dr. Nicolaas lulus sebagai lulusan termuda pada tahun 1993. Ia kelak mendapat fellowship untuk mengembangkan keilmuan di pusat pendidikan ortopedi dunia seperti Lennox Hills Hospital, New York, AS, New England Baptist Hospital, Harvard Medical School, Boston, AS, dan Colorado Joint Replacement, Denver, AS.

dr. Nicolaas kelak memperkenalkan limb salvage surgery. Ilmunya kelak memberikan harapan kualitas hidup yang baik pada pasien dengan tumor tulang. Di samping itu, ia juga mengembangkan teknik bedah berbantuan komputer, unicondylar knee arthroplasty, dan hyperflex knee.

dr. Nicolaas bercerita, ia semula tertarik pada ilmu ortopedi setelah kecelakaan saat menjadi pembalap Formula 3000 di Jerman. Ilmuwan ini berjanji akan membantu banyak orang kembali bisa berjalan jika dapat sembuh saat itu. Ia pun didorong sang ayah untuk menjadi dokter agar dapat membantu yang sakit, kesusahan, dan kesulitan.

Selanjutnya Prof. Dr. Ir. Subagjo, DEA dari ITB >>>

  • Prof. Dr. Ir. Subagjo, DEA

Prof. Subagjo, peraih Habibie Prize 2021Prof. Subagjo, peraih Habibie Prize 2021 Kategori Bidang Ilmu Rekayasa. Foto: Kanal Youtube BRIN Indonesia

Prof. Dr. Ir. Subagjo, DEA meraih anugerah Habibie Prize 2021 Kategori Bidang Ilmu Rekayasa. Prof. Subagjo merupakan pencetus, perancang, dan pemimpin tim peneliti bidang teknologi katalis di Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk mengurangi impor minyak mentah, bahan bakar minyak (BBM), dan menciptakan ketahanan energi.

Alumnnus S1 ITB tahun 1975 ini semula lanjut studi hingga S3 di Universite de Poitier, Prancis. Peneliti di Kelompok Keahlian Teknologi Reaksi Kimia dan Katalis ini kelak menghasilkan inovasi yang diganjar anugerah Adibrata sebagai peneliti inovator pada Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas ) 2018. Teknologi katalis untuk ketahanan energi tersebut dikembangkan dari kerjasama tim Katalis Merah Putih ITB dengan PT Pertamina.

Prof. Subagjo juga memajukan bidang teknologi proses di Indonesia dengan membuat perusahaan patungan industri katalis PT Katalis Sinergi Indonesia antara PT Pertamina Lubricants, PT Pupuk Kujang, dan PT Rekacipta Inovasi ITB. Perusahaan ini direncanakan beroperasi secara komersil pada 2024 mendatang.

Sejak 2008, Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalis mengembangkan katalis yang mengonversi minyak sawit jadi diesel. Pengembangan ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani sawit swadaya Indonesia yang mencapai 37 juta kepala keluarga.

  • Dr. (HC) Nyoman Nuarta

NuArt Sculpture Park - I Nyoman NuartaDr. (HC) Nyoman Nuarta, peraih Habibie Prize 2021 Kategori Bidang Ilmu Filsafat, Agama, dan Kebudayaan Foto: dok.detikFood

Dr. (HC) Nyoman Nuarta meraih anugerah Habibie Prize 2021 Kategori Bidang Ilmu Filsafat, Agama, dan Kebudayaan. Nyoman Nuarta dikenal sebagai seniman pencipta Garuda Wisnu Kencana, patung serta lanskap ikonik yang menjadi atraksi wisata Indonesia di selatan Bali. sia di selatan bali. Karya Nyoman Nuarta tersebut merupakan salah satu patung tertinggi di dunia.

Kelahiran 14 November 1951 ini menuturkan, ia belajar seni dari sang paman, Ketut Darma Susila yang seorang guru seni rupa. Maestro seni patung ini kelak menciptakan karya-karya terkenal seperti patung Jalasveva Jayamahe di Surabaya, patung Sukarno di Bali, patung di Museum Nasional, dan lain-lain. Menurutnya, patung di ruang publik ini dibuat agar dapat dinikmati siapa saja.

Penerima gelar doktor honoris causa dari ITB ini kemudian mendirikan NuArt Sculpture Park di Bandung. Ia menuturkan, taman patung yang menuangkan nilai luhur budaya melalui kesenian itu berangkat dari mimpinya sejak menjadi mahasiswa untuk punya taman patung dan museum galeri seni modern, mengingat saat itu belum ada museum seni kontemporer di Indonesia.

Nuarta kelak juga memenangkan sayembara konsep desain istana negara di ibu kota negara baru. Konsep burung garuda pada arsitekturnya, menurut Nuarta, menggambarkan sinergi antara seni, sains, dan teknologi.

"Saya ingin menunjukkan, teknologi dan sains terintegrasi dalam proses kerja seorang seniman," kata Nuarta.

Nah, itu dia empat ilmuwan Indonesia peraih Habibie Prize 2021. Mau jadi ilmuwan juga, detikers?



Simak Video "Video: Kesederhanaan Siswa Kurang Mampu di Pelosok Sumbar Lolos Masuk ITB"
[Gambas:Video 20detik]

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads