Dokter Spesialis Kejiwaan I Gusti Rai Putra Wiguna menjadi salah satu pembicara dalam diskusi yang digelar Forum Peduli Bali di Warung Kubukopi, Denpasar, Kamis (6/4/2023). Diskusi tersebut bertemakan "Menelisik Dampak Tragedi Pembatalan Piala Dunia U-20".
Rai membeberkan beberapa dampak dari sisi kesehatan jiwa yang menurutnya cukup gawat.
Rai memaparkan masyarakat Bali sempat trauma dengan terorisme. Nah, batalnya Bali menjadi salah satu city host ajang Piala Dunia U-20 ternyata bisa membangkitkan lagi rasa trauma tersebut. Sebab, salah satu alasan Wayan Koster menolak Timnas Israel karena khawatir ancaman terorisme. Koster sendiri disebutkan masih memiliki trauma akan Bom Bali I dan II.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Teroris ini tidak berdampak sampai ada jargonnya "kita tidak takut", sementara sekarang ditontonkan itu berdampak dan itu diklaim pemimpin kita, sehingga di masa depan kita sulit untuk mengkampanyekan kita tidak takut karena nyatanya kita takut," urai Rai.
Rai juga mengungkapkan dampak kejiwaan lain adalah hilangnya potensi masyarakat untuk bahagia. Dia mencontohkan masyarakat pecinta bola yang sudah menanti lama membayangkan bisa menonton langsung di stadion, membeli merchandise klub idolanya, tapi harus kecewa berat ketika event semakin dekat.
Sedangkan bagi para pemain Timnas U-20, mereka merasakan kekecewaan yang mendalam akibat impian sekian lama akhirnya terkubur dalam-dalam.
Rai menyebutkan angka bunuh diri di Bali naik hampir 100 persen pada 2021. Maka, Piala Dunia U-20 ini sebenarnya momen yang tepat sebagai hiburan masyarakat di Bali.
"Piala Dunia itu bagus momentumnya untuk menyatukan kita semua dari segi hiburan, untuk Bali secara ekonomi kalau kita bayangkan ini akan terjadi, nonton di stadion, merchandise-nya kita beli," kata Rai.
Praktisi pariwisata Hery Angligan membenarkan tanggapan Rai terkait terorisme yang menjadi alasan Gubernur Bali menolak Israel itu kurang sesuai.
"Tujuan dari teroris itu untuk menyebarkan teror, ketika pemimpin bilang ia takut maka teroris itu berhasil. Dan tidak ada hubungannya dengan Israel itu," tambah Hery.
Rai mengatakan Piala Dunia ini sebenarnya momen yang sesuai dirayakan di Bali. Karena kalau event seperti KTT G-20 masyarakat tidak ikut merayakan.
"Kalau sungguh-sungguh menolak sih pas sudah jelas siapa yang lolos, kalau kita liat timing-nya untuk psikologis orang sudah mau mengundi tiba-tiba ada alasan untuk menolak," sodok Hery.
(hsa/hsa)